Sajak Buat Kekasih di Simpang Waktu
sastrapuna.com - Muklis Puna
Wahai kekasih...
telah lenyap kisah yang tertata,
Seandainya bisa..
Kan kuhalau debu peradaban yang mewabah
Bersemanyam dan menghadang bayang
Ada banyak resah dihembus angin malam
Terjerembab ke lembah- lembah
Karena matahari terlalu galak di sanubarimu
Kaki-kaki hujan begitu tajam menjahit balada hidup
Wahai kekasih...
Kumparan api kemarahan telah melilit ikatan sakral
Menjilat duka dalam bara, hingga kau menampar sebuah keputusan
Kita adalah korban dari kemajuan teknologi yang berhulu ledak tinggi
Ia telah mencabik jaring suci dalam dekapan malaikat
Wahai kekasih...
Ketika jemari masih membisu
Bergelap -gelapan kita dalam satu rasa
Membakar lilin asmara sampai membara
Ujung jari hanya untuk menggegam janji
Kisah- kisah masih perawan
Ketika jemari masih membisu
Bergelap -gelapan kita dalam satu rasa
Membakar lilin asmara sampai membara
Ujung jari hanya untuk menggegam janji
Kisah- kisah masih perawan
Perubahan mendadak datang menyambang
Sepuluh jemari mulai berkelit,
Mengait dalam semu
Kejujuran terusir dari dada
Jalanan tak lagi berbelok dan mengular
Udara meludah dusta
Jiwa- jiwa kemarau rasa
Mengobral pesona menjemput kepalsuan
Sepuluh jemari mulai berkelit,
Mengait dalam semu
Kejujuran terusir dari dada
Jalanan tak lagi berbelok dan mengular
Udara meludah dusta
Jiwa- jiwa kemarau rasa
Mengobral pesona menjemput kepalsuan
Wahai kekasih...
Kita adalah korban peradaban
Mengidolakan kotak lima inci
Berlari mengejar yang tak pasti,
Membangun mimpi di atas menara berkabut
Kita adalah korban peradaban
Mengidolakan kotak lima inci
Berlari mengejar yang tak pasti,
Membangun mimpi di atas menara berkabut
Wahai kekasih...
Lewat puisi ini aku menembang tembang
Bersenandung dalam rima mengajak pulang
Adalah tapal telah kau tinggalkan
Lapisan langit dan bumi menagih ikrar
Lewat puisi ini aku menembang tembang
Bersenandung dalam rima mengajak pulang
Adalah tapal telah kau tinggalkan
Lapisan langit dan bumi menagih ikrar
Matahari tak jemu mengeja waktu,
meramu perjalanan panjang
Waktu memang tak boleh dikorup
Karena pisaunya menikam dalam gelap
Kita memang tak kuasa melawan haluan kisah
Namun kita adalah nakhoda di atas biduk
meramu perjalanan panjang
Waktu memang tak boleh dikorup
Karena pisaunya menikam dalam gelap
Kita memang tak kuasa melawan haluan kisah
Namun kita adalah nakhoda di atas biduk
Wahai kekasih...
Telah lenyap kisah yang tertata,
Mari jeda mengasah dendam,
Mungkin ada ruang mewaktu buat kita
Telah lenyap kisah yang tertata,
Mari jeda mengasah dendam,
Mungkin ada ruang mewaktu buat kita
Lhokseumawe, 28 Januari 2020
0 Komentar