Semburat Makna dalam Antologi Puisi “ Sehimpun Puisi Jalanan 57” Karya Mustiar. AR

Semburat Makna dalam Antologi Puisi “ Sehimpun Puisi Jalanan 57” Karya Mustiar. AR

 


Oleh: Muklis Puna 


Puisi " Sehimpun Puisi Jalanan 57'" merupakan antologi puisi semasa dan se-zaman dengan kelahiran penyair. Nama aslinya  Mustiar AR. Penyair kelahiran Meulaboh negeri Teuku Umar ini dikenal  bernuansa sastra tinggi. Kiprahnya dalam menulis puisi sudah tidak diragukan lagi. Goresan dingin selalu memburat dari pikirannya. Suasana yang dibangun dalam puisi sangat tergantung pada situasi politik negeri ini yang fluktuatif. Penyair kelahiran pantai barat Aceh dikenal didunia maya dengan nama pena Mustiar AR. Walaupun sebagai penyandang disabilitas, namun Ia punya talenta yang luar biasa dalam bidang seni. Bukan hanya puisi yang digelutimya selama menjadai penyair bahkan bidang hikayatpun  Ia merupakan salah satu pakar yang dipercayakan oleh masyarakat setempat. 

Penyair yang dikenal sudah melanglang buana di dunia maya dan dunia nyata sudah menghasilkan berbagai karya dalam bentuk antologi puisi. Tema yang diusung dalam setiap antologi selalu bersifat kekinian sesuai dengan konteks dan berkearifan lokal. Selanjutnya karya-karyanya selalu berhubungan    dengan politik, sosial,religius,  dan alam.   Ketika  Aceh diterjang mega tsunamipun  penyair kelahiran  Tahun  1957 masih tetap exis dan berkarya. Tentunya tema-tema  yang diusung saat itu  selalu berkaitan dengan peristiwa yang menghebohkan dunia.

Antologi puisi " Sehimpun Jalanan 57" merupakan rentetan karya ditulis dengan gaya yang apik, sarat makna dan typografi yang menarik. Dilihat dari typografi, puisi yang ditulis oleh penyair kawakan yang melegenda ini dalam bentuk pendek. Walaupun pendek, akan tetapi sublimitas yang dikandung oleh puisi tersebut membutuhkan penalaran yang luar biasa untuk sampai ke maksud yang dipasakkan dalam tataran bait dan larik. Diksi yang dipilih begitu selektif, sehingga menimbulkan  daya  hayal tinggi, ketika puisi itu dibacakan. Bagi penikmat puisi yang sudah senior, puisi-puisi seperti ini  merupakan pertualangan panjang dalam mengulik maksud dari penyair. Artinya, penyair sudah berhasil bersembunyi di balik dinding-dinding  kesopanan dengan memanfaatkan license puitika sebagai media.

Dalam hal ini, kehadiran puisi bagi penikmat, apapun jenisnya  sama saja yaitu menantang pembacanya untuk melakukan petualangan jiwa (istilah yang dipinjam Budi Darma dari Anatole France), masuk ke dalam dunia puisi itu. Petualangan itu mengasyikkan apabila bisa membentuk suasana hati (puisi-suasana) dan menggugah perasaan dengan keharuan yang ditimbulkan oleh cerita(puisi-cerita).https://matapuisi.com/2020/04/02/budi-darma-sublimitas-dankontemplativitas-puisi/amp/#aoh=16444993529027&referrer=https%3A%2F%2Fwww.google.com&_tf=Dari%20%251%24s diakses 10 Februari 2022.

Selanjutnya, puisi "Puisi Sehimpun Jalanan 57" selain ditulis dengan bahasa yang sublim, tingkat kegelapan isi puisi memang menarik untuk ditelusur lebih jauh bagi pengamat puisi nasional. Hal ini dapat dilihat pada salah satu puisi " Desau Meulaboh"  seperti terlihat pada larik /di negeri ini, orang orang menyeret Hatinya/ Larik ini sangat menarik untuk diulas. Diksi /orang- orang menyeret hatinya/ merupakan pilihan yang luar biasa. Hal yang tak terpikirkan oleh penyair lain, namun larik ini membusur begitu hangat dalam ingatan pembaca.  Dapat dibayangkan bagaimana imajinasi pembaca seperti menerawang dalam angan mencari  tujuan yang ingin digapai oleh penyair.

Selanjutnya, pada puisi " Senja Kala"   pada larik"/ sepotong senja mabuk/  larik ini menggunakan imaji penglihatan yang luar biasa. Padahal  secara gamblang pembaca bisa menerawang bahwa yang dimaksud penyair adalah suatu keadaan yang menggambarkan  hari hampir malam, atau sebuah usia yang  menua. Namun     ketika frasa /sepotong senja/ digabungkan dengan kata mabuk , maka nuansa sastra bernilai mewah  muncul seketika dan menghebohkan alur imaji pembaca, sehingga roh puisi mendadak jadi bermakna estetika.

Dalam puisi " Senja Kala" penyair banyak menggunakan diksi yang jarang ditemui layaknya  puisi konvensional. Kepiawaian penyair memilih diksi tersebut tentunya memiliki alasan secara spesifik. Untuk hal ini penulis berpendapat bahwa itu privasi dari penyair. Intinya sebuah puisi yang ditulis dengan berbagai pertimbangan dan menggunakan diksi yang masih terasa asing di kalangan pembaca.

Dari segi bentuk, secara keseluruhan antologi Puisi" Sehimpun Puisi Jalanan 57" hampir mirip dengan Pusai ( Puisi Bonsai) puisi ini merupakan puisi jenis baru dalam belantara puisi Indonesia saat. Puisi yang diprakarsai oleh senior sastra dunia maya " Sugiono MPP" lebih mementingkan  pemadatan makna dibandingkan kebutuhan lain dari puisi. Umumnya puisi jenis ini bentuknya pendek. Pemadatan makna dipilih sedemikian rupa, sehingga diksi yang dipilih perlu kehati-hatian. Satu diksi yang telah dipilih merupakan berbagai perwujudan makna dan representasi dari objek yang digambarkan.

Simpulan:

Masih banyak keunikan yang tersembunyi  dibalik larik-larik indah milik Mustiar AR. Di samping makna  yang dimunculkan juga diksi dan tataran makna  bernuansa. Hampir setiap puisi dalam antologi  “Sehimpun Puisi Jalanan 57” selalu berepresentasi dengan suasana yang berkaitan dengan kondisi georafi, politik,sosial , dan  religius yang bersifat aktual dalam dunia nyata . 


Penulis adalah Pemimpin Redaksi Jurnal Aceh Edukasi, Pengurus IGI Wilayah Aceh Divisi Literasi dan Guru SMA N 1 Lhokseumawe. 



Berita Terkait

Posting Komentar

0 Komentar