Antara Puisi dan Hujan
sastrapuna.com - Muklis Puna
Pagi berkabut
Mendung menggantung,
Awan mengulum embun,
Ku kayuh angin dengan motor butut
Ku pacu rasa agar jarak bisa dilipat
Mendung menggantung,
Awan mengulum embun,
Ku kayuh angin dengan motor butut
Ku pacu rasa agar jarak bisa dilipat
Mendung bertandang di langit ku
Sedikit angin mengayun,
Mega membusur bumi
Mencumbu pucuk- pucuk dahaga rindu
Membelai daun - daun tua menanti masa
Pelan- pelan berjuntai di ujung ranting,
lalu jatuh bersama rindu yang mendayu
Sedikit angin mengayun,
Mega membusur bumi
Mencumbu pucuk- pucuk dahaga rindu
Membelai daun - daun tua menanti masa
Pelan- pelan berjuntai di ujung ranting,
lalu jatuh bersama rindu yang mendayu
Aku berteduh menunggu jeda
Sambil menata bait ini menjadi puisi
Sebagai penutup ruang kosong dalam jiwa
Menghibur kata agar mengubah makna
Ku jadikan pipa mengalirkan tetesan hujan
Sambil menata bait ini menjadi puisi
Sebagai penutup ruang kosong dalam jiwa
Menghibur kata agar mengubah makna
Ku jadikan pipa mengalirkan tetesan hujan
Sebelum larik- larik ini padu
Hujan pun jenuh
Matahari garang
Angin mengapit mendung
Mengusung entah kemana
Kisah ini harus ku tutup
Motor butut siap menunggu petualangan,
setelah hujan berpamitan
Lhokseumawe, April 2022
0 Komentar