Kepada Perempuan Senja
sastrapuna.com - Muklis Puna
Potongan cahaya memantik api pada karcis terusan
Saat siulan perdana membusur di bibir mungilku
Aku sudah menyulam cita untukmu,
wahai perempuan setengah dewa
Ia kupapah dari terik menyengat,
ku kulum dari rinai mendera
Saat siulan perdana membusur di bibir mungilku
Aku sudah menyulam cita untukmu,
wahai perempuan setengah dewa
Ia kupapah dari terik menyengat,
ku kulum dari rinai mendera
Kusemai bunga rampai dalam vas kertas warna pelangi
Jika pagi menyapa, kusiram dengan doa kerinduan
Kini merekah di pucuk kasih
Senyum mu menempel dalam anganku
Siulan cita- cita seolah tak ada jengkal untuk kugapai
Jika pagi menyapa, kusiram dengan doa kerinduan
Kini merekah di pucuk kasih
Senyum mu menempel dalam anganku
Siulan cita- cita seolah tak ada jengkal untuk kugapai
Wahai perempuan senja....
Kupikul bunga rampai dalam keranjang harapan
Kutawarkan pada setiap taman bacaan di negeri ini
Lewat irama gambus mengalun, mereka menyiram dengan aki kedaluarsa
Kupikul bunga rampai dalam keranjang harapan
Kutawarkan pada setiap taman bacaan di negeri ini
Lewat irama gambus mengalun, mereka menyiram dengan aki kedaluarsa
Wahai perempuan senja..
Keraguan melingkar di pinggang,
aku tak mampu melangkah
Cita telah menagih harapan,
sebagai pengabdian tak berbatas
Mega memantulkan ikrar
Keraguan melingkar di pinggang,
aku tak mampu melangkah
Cita telah menagih harapan,
sebagai pengabdian tak berbatas
Mega memantulkan ikrar
pada bumi memikul waktu
Karcis terusan menuju rumah suci
telah digerus percikan sinar
Seandainya Dekat dalam ribuan meter
Punggungku masih sanggup membopong Mu bertandang ke rumah -Nya
Biar kaki dihadang kerikil bukan penghadang dalam melangkah
Biar kerontang menghadang jalan,
Seandainya Dekat dalam ribuan meter
Punggungku masih sanggup membopong Mu bertandang ke rumah -Nya
Biar kaki dihadang kerikil bukan penghadang dalam melangkah
Biar kerontang menghadang jalan,
masih ada peluh pelepas dahaga
Jika laut memutus jarak,
Jika laut memutus jarak,
kan ku kulum jasadmu melewati arus
Wahai perempuan di ujung senja
Maafkan belahan jiwamu
Aku tak sanggup menunai janji
Jangan usut tetesan susu yang kutelan
Jangan tagih upah ragamu mengulumku
selama sembilan purnama
Maafkan belahan jiwamu
Aku tak sanggup menunai janji
Jangan usut tetesan susu yang kutelan
Jangan tagih upah ragamu mengulumku
selama sembilan purnama
Wahai perempuan setengah dewa
Walupun karcis terusan menuju rumahNya ,
tlah pudar dikunyah malam
Di jantung matahari akan kuukir harapanmu
Biarlah dalam sujud-sujud malamku
Kau kuantar menuju rumah suci
Walupun karcis terusan menuju rumahNya ,
tlah pudar dikunyah malam
Di jantung matahari akan kuukir harapanmu
Biarlah dalam sujud-sujud malamku
Kau kuantar menuju rumah suci
Bunga rampaiku bersujud layu dil lututmu
Pucuknya tak mampu menembus angan Mu
Pucuknya tak mampu menembus angan Mu
Lhokseumawe, 5 Mei 2022
0 Komentar