Kampung Taif |
Kisah Kampung Thaif
Muklis Puna
Perjalanan menuju Thaif
ditempuh empat kali putaran bumi
Bersama sahabat menyusur kawah berdebu
Busuran api mengupas peluh
Bersama sahabat menyusur kawah berdebu
Busuran api mengupas peluh
dari tubuhi -tubuh suci
Perjuangan menuju Thaif menebar perintah Ilahi disambut batu dan kerikil
Perjuangan menuju Thaif menebar perintah Ilahi disambut batu dan kerikil
Ya Rasulullah kekasih Allah...!
Satu purnama Kau dikupas duka di negeri Thaif
Wajah- wajah bebal Kau sapa dalam kasih
Senyum merekah menyulam kasih
Tak peduli Yahudi , Nasrani dan Majusi
Sepasang bulan sabit menebar keikhlasan
Satu purnama Kau dikupas duka di negeri Thaif
Wajah- wajah bebal Kau sapa dalam kasih
Senyum merekah menyulam kasih
Tak peduli Yahudi , Nasrani dan Majusi
Sepasang bulan sabit menebar keikhlasan
Baca Juga: Udara Terbakar
Perjalanan menuju Thaif
menegakkan janji Ilahi
Setiap bersua Kau tawarkan nikmat iman menuju surga
Perjuangan menegakkan La Ilahaillallah tak semulus harapan
Cacian berbalut murka menampar telinga
menegakkan janji Ilahi
Setiap bersua Kau tawarkan nikmat iman menuju surga
Perjuangan menegakkan La Ilahaillallah tak semulus harapan
Cacian berbalut murka menampar telinga
Suatu pagi....
Ketika ujung kaki mencium tanah Thaif
Seperti kilat disambut petir,
kaum kafir melingkar barisan
Pagar betis melintang langkah,
Dendam diasah tajam merejam
Ketika ujung kaki mencium tanah Thaif
Seperti kilat disambut petir,
kaum kafir melingkar barisan
Pagar betis melintang langkah,
Dendam diasah tajam merejam
Laksana serdadu beradu mata di Medan laga
Jiwa - jiwa kemarau iman menerjang batas
Tangan menggenggam batu dan kerikil
Sorot mata mencari sasaran murka
Rasulullah kekasih Allah dikurung
Jiwa - jiwa kemarau iman menerjang batas
Tangan menggenggam batu dan kerikil
Sorot mata mencari sasaran murka
Rasulullah kekasih Allah dikurung
dalam amarah
Batu -batu terbang menghujam
Batu -batu terbang menghujam
wajah suci kekasih Allah
Di tengah amukan bara membakar dendam
Penghulu alam menyulam kata
" Jika kalian menolak, biarkan aku pergi,”
Gayung tak pernah bersambut.
Batu-batu terus melumat tubuh sang Nabi
Mendung meludah batu di langit Thaif
Penghulu alam menyulam kata
" Jika kalian menolak, biarkan aku pergi,”
Gayung tak pernah bersambut.
Batu-batu terus melumat tubuh sang Nabi
Mendung meludah batu di langit Thaif
Hari pun gelap, malam matahari pulang ke sarang
Bulan bermuram durja, langit seakan runtuh
Rasulullah lolos dari amukan Thaif
Lapar mendera,
Dahaga menguras tenggorokan
Tubuh suci penuh luka
Kepala lebam bersimbah duka
Sedih mengurat cerita
Bulan bermuram durja, langit seakan runtuh
Rasulullah lolos dari amukan Thaif
Lapar mendera,
Dahaga menguras tenggorokan
Tubuh suci penuh luka
Kepala lebam bersimbah duka
Sedih mengurat cerita
Harapan terpancar di wajah
Hatinya seputih kapas
Dendam digiring ke lembah- lembah
Hatinya seputih kapas
Dendam digiring ke lembah- lembah
Tiba- tiba Jibril membisikkan penawar duka
"Wahai Rasulullah kekasih Allah!
Seandainya Engkau mau?
Gunung Uhud ini Ku campakkan
"Wahai Rasulullah kekasih Allah!
Seandainya Engkau mau?
Gunung Uhud ini Ku campakkan
di wajah para durjana.
Mendengar bisikan Jibril
Tubuh sang Nabi gemetar,
Tubuh sang Nabi gemetar,
kesedihan mendera
Semangat menebarkan Lailahaillallah membara.
Semangat menebarkan Lailahaillallah membara.
Dengan wajah penuh duka,
Jasad melemah
"Wahai Jibril ...!
Mereka belum tau
Akulah Rasulullah utusan Allah "
Perjalanan menuju Taif penuh lara
Jalan terjal penuh duri telah kau tapaki
Hari ini Kami mengenang kisah -Mu wahai Rasulullah
Lhokseumawe, 29 Oktober 2022
0 Komentar