Ambisi Sang Juara

 

Ambisi Sang Juara

oleh: Achmad Fayyach 

Sastrapuna.com  Kringgg.......kringgg.... ..kringgg suara bel berbunyi, menandakan  kegIatan pembelajaran akan segera dimulai. Mentari mengeluarkan cahayanya dengan berani, cahaya dibIaskan hingga terlukis fajar yang elok menusuk belahan jiwa, nyanyian burung dari ranting pohon yang saling berrsahutan. Dengan hangatnya mentari yang terserap hingga kedalam pori-pori kulit, membuat seorang siswa bernama Fayyadh datang ke sekolah dengan semangat. Bahkan dialah siswa yang datangnya paling awal ketimbang temannya yang lain, rumahnya yang jauh membuatnya datang lebih awal agar dia tidak terlambat. Fayyadh adalah siswa kelas unggulan di kelasnya, namun dia bukanlah siswa yang pintar.

Persaingan di kelasnya sangat ketat, mereka benar-benar cocok dijuluki siswa unggulan. SetIap pertanyaan dari guru mampu mereka jawab, tangan mereka begitu ringan untuk mengangkatnya agar tidak didahului oleh yang lain. Hal itu membuat Fayyadh sangat sulit untuk berkembang di kelas tersebut, bahkan setIap pertanyaan yang dilontarkan guru namun dia tidak mendapat kebagian. Dia dianggap remeh oleh temannya, dia siswa yang tidak memiliki bakat apapun baik di akademik, kesenIan, apalagi olahraga.

Pernah di suatu hari, ketika guru IPA mengembalikan kertas hasil ulangan harian. Ia hanya mendapat nilai 70 dan itu bisa dibilang nilai yang pas-pasan dengan nilai kkm. Itu adalah nilai yang paling terendah di kelasnya, Ia pulang dengan perasaan yang campur aduk. “Kalo bunda lIat ini pasti bisa kenak marah, mau nyembunyiin pun gatau nyembunyiin gimana, cepat atau lambat pasti bakal ketauan” terbisik di dalam hatinya saat dalam perjalanan pulang di becak. Hari itu Ia pulang agak telat, rintikan air dari langit mengguyur permukaan bumi, rintikan air itu tergenang dalam kawah-kawah jalanan membuat kendaraan mengantri panjang demi mengarungi genangan itu. Sontakan petir yang menyambar melukiskan langit sore yang gelap dengan goresan pena putih bersinar, itu membuat Ia sedikit ketakutan.

Sebenarnya siswa unggul memang pulang lebih telat, mereka pulang sekitara jam 5 dan itu sudah agak sore. Becaknya sempat hampir mogok karena terlalu lama berhenti digenakan banjir, hujan di sore itu benar benar deras.  Fayyadh pun sampai ke rumahnya dalam keadaan basah kuyub dan sudah maghrib, bunda langsung menyuruhnya mandi “Mandi terus ya, trus sholat, makan, belajar”. Fayyadh pun bergegas langsung menuju ke kamar mandi agar sholat maghribnya tidak terlambat. Saat fayyadh mandi ternyata secara tidak sengaja bunda memeriksa tas fayyadh. Bunyi keran di kamar mandi di tutup fayyadh, terdengar suara “crakkkk....crakkk”. Fayyadh menduga bunda sudah menemukan kertas UH itu, dan ternyata memang benar. Setelah sholat dia dimarahi bunda, kemudian bunda menyuruhnya belajar lagi untuk UTS IPA esok.

 IPA adalah pelajaran yang paling tidak Ia sukai, namun mau gimana  lagi Ia pun belajar hingga larut malam. Ia melihat ke jendela, mendengar rintikan hujan yang semulanya deras tadi. Materi per materi Ia lalui masuk ke dalam kepalanya, untai per untaIan soal Ia bahas, penanya terus bergarah menai kesana kemari hingga membuanta ketiduran. Itu adalah ha yang wajar, sudah jam 12 ditambah lagi  Ia yang sudah sangat lelah Ia tertidur beberapa saat. “Eongggg,,,,Meongrghhh” suara kucing yang bertengkar merebutkan tempat berteduh dari hujan, membuat fayyadh terbangun. Melihat keluar jendela ternyata halaman rumahnya digenangi air hujan, terdengar suara katak dari parit, angin sepi sepi terhembus, daun daun berguguran, susasanya amat sejuk. Fayyadh langsung melihat roster dan bersIap tidur.

Kesokan harinya, bel sekolah bebunyi seperti bIasa lalu fayyadh duduk bersama teman dekatnya yang bernama Fahet, seorang siswa yang paling pintar dalam hal berdebat. Apalagi berdebat tentang politik, sejarah, sudah pasti Ia ahlinya. Kemampuanny dalam memilih kata untuk mengelabuyi lawan, keceratannya dalam berpikir membuatnya tampil seperti orang yang sudah sIap memenangkan perdebatan apapun. Dia sangat pintar dalam pelajaran IPS bahkan matematika sekalipun.

“Fayyadh, hari ni ada uh apa?” tanya Fahet, “Uh keknya ga ada, Cuma UTS IPA nantik ada” jawab Fayyadh. Tidak puas dengan jawaban Fayyadh Ia bertanya lagi “UTS nya tentang apa apaja?” Fayyadh menjawab “Tentang yang udah kita pelajari dari awal ampek sekarang, pengukuran yang jangka sorong tu, tros yang taksonomi dan itu man, eh pemuaIan sama kalor kayaknya juga masuk”.

Tibalah saatnya mata pelajaran IPA, semua siswa sedang membaca buku untuk  mengulang materi yang sudah diajarkan oleh guru mereka. “Assalamualaikum” ucapan salam dari mrs Lisa “ wa’alaikumussalam mrs” jawab siswa serentak. “Oke nak anak, hari ini kita sIap kan UTS nya?” tanya  mrs Lisa, siswa pun menjawab “ Insyaallah sIap mrs, tapi mrs soalnya jangan susah susah ya” jawab Fahet. Mrs Lisa yang merupakan guru IPA di madrasah tersebut langsung membagikan kertas yang berisikan soal soal UTS.

Raut wajah mereka berubah derastis, karena soal tersebut ternyata adalah soal IPA terpadu terintegrasi dan soalya yang terbilang banyak untuk waktu mereka yang sedikit. Mereka hanya bisa mengandalkan contekan mereka, tetapi tidak berlaku untuk Fayyadh dia tetap berusaha semaksimal mungkin. Dia melihat di samping kanan temannya saling mencontek, membuka buku dari bawah laci meja, berbisik satu sama lain menanyakan jawaban dan berbagai lontaran kertas kesana kemari yang mereka lontar secara diam diam agar tidak ketahuan. Terdengar suara dari bangku di sampingnya “Yadh, rumus pemuaIan luas apa? Plis satu ini aja”, ternyata itu adalah suara dari Fahet, dia benar benar sudah pasrah dengan bentuk soal itu, Dia sangat tidak ahli dalam IPA

Lalu fayyadh melihat ke arah mrs Lisa yang sedang memeriksa catatan kami di depan, keadaanya aman Fayyadh membisikkan “Panjang mua mula kali koefisien kali perubahan suhu”. Fayyadh menawab soal soal tersebut dengan sangat lihai, seakan akan dia sudah mendapat kunci jawabannya. Setelah selama 1 jam berlalu, jam mata pelajaran IPA pun selesai mereka sangat gelisah dengan soal tersebut.

 Baca Juga: Perjalanan Nasib

Pada hari itu mata pelajaran IPA juga berlangsung di sore hari sebagai pelajaran tambahan, di saat itulah hasil UTS tadi dibagikan. Raut wajah Fayyadh langsung berubah, tidak hanya dia temannya yang lain juga mengalami hal yang sama. Fayadh mulai berpikir panjang, jika nilai dia tetep jelek pasti bundanya akan marah lagi. Di saat itu Ia hanya bisa berdoa sampai kertasnya dibagikan. Nama mereka satu persatu disebutkankan, satu persatu maju untuk mengambil kertas UTS nya.

Sepuluh orang temannya sudah di sebutkan, namun namanya tidak kunjung disebutkan. Hatinya sudah mulai tak karuan, dia kembali berdoa agar dia tidak pas pasan dengan kkm apalagi di bawahnya. Sudah dua puluh nama temannya sebutkan, dia menjadi semakin cemas, jantungnya berdetak kencang. Dia hanya bisa berharap setidaknya nilainya tidak pas pasan dengan kkm. Kebanyakan temannya sudah mendapat kertas UTS masing masing, mereka sangat sedih dengan hasilnya. Bahkan mereka yang lulus dapat dihitung dengan jari. Waktu terus berlalu hingga tinggal 5 menit lagi, tersisa tiga orang yang belum disebutkan. Ia hanya bisa pasrah dan berharap bunda tidak melihat hasil UTSnya.

Hingga tersisa selembar kertas, ya benar itu kertas miliknya. Mrs Lisa berkata “Dari hasil UTS ini Cuma satu yang dapat 100, ACHMAD FAYYADH” sorak kaget dan bangga di dalam hatinya “ Niceee”, dia benar benar sangat senang dan bangga dengan hasil UTSnya. Dia gembira lampat kesana kemari karena ali ini dia tidak bakal dimarahi lagi sama bunda. Ucapan selamat, congrats dan lain lain ditujukan kepadanya. Ini kali pertama Ia pendapat nilai yang paling tinggi apalagi di kelas unggul.

 Hal ini mencuri perhatIan dari mrs Lisa untuk mencalonkannya dalam seleksi bimibingan olimpIade IPA “Fayyadh, nanti dalam bulan ini bakal ada seleksi bimbingan olim, nah nanti mrs mau calonkan fayyadh buat ikot olim IPA ya?” tanya mrs Lisa, Fayyadh pun menjawab dengan semangat “ Baik mrs”. Mendengar hal tersebut dia semakin antusIas, dan dia mulai mencintai pelajaran IPA.

Seminggu berlalu, pagi itu Ia sangat buru buru dengan membawa sangat banyak buku. Ya dia terlambat kali ini, semalam dia tidur terlalu larut demi mempesIapkan seleksi hari ini. Dia berlari berharap satpam masih belum menutup gerbang, “Brukkkk,,,,,Brukkk” bukunya terjatuh. “Yadh ini bukunya jatoh tadi” ternyata itu Fahet yang baru sajat turun dari bus sekolah, dia memang sudah bIasa terlambat tapi untungnya gerbang masih terbuka. “Het, u uda belajar buat seleksi IPS nanti? “ tanya Fayyadh, “Udala, maslah tu aman aku sering baca baca berkaitan IPS, Politik, Sejarah uda mendarah daging tu, hehehehe” ujarnya. “ Okelah good luck ya nanti” ujar Fayyadh, lalu mereka langsung menuju ke kelas tempat seleksi berlangsung.

Fayyadh langsung mengambil posisinya di pojokan samping jendela, posisi yang menurutnya sangat nyaman. Matahari pagi terbIas melalui jendela, nyanyIan merdu burung pagi itu yang hinggap di ranting pohon depan kelasnya. Masih ada waktu 10 menit sebelum seleksi di mulai, membuka bukunya untuk mengulang materi barangkali ada materi yang belum paham. Namun dia sedikit cemas dan gugup dengan soal nanti, dia berhenti membaca buku agar materi yang dipelajari semelam tidak lupa. Dia berdoa, membaca ayat kursi, surah surah pendek, bahkan semalam Ia sudah membaca Yasin. Ia sangat ambisius untuk lulus melewati seleksi ini.

Mrs lisa kemudian masuk dengan membawa kertas yang sIap dibagikan “Mohon jawabnya secara jujur, jangan ada yang curang, dan yang lulus seleksi itu adalah lima siswa dengan nilai paling tinggi”. Fayyadh yang mendapatkan kertasnya  langsung menjawab soal tersebut. Dia shock dan kaget dengan soalnya, semua yang sudah dipelajari semalam tidak ada yang keluar. Dia tidak meyangka bahwa soal seleksinya akan sesulit ini, bahkan soalnya dikaitkan dengan Al-Quran dan Hadis. Dia hanya mampu menjawab soal yang berkaitan dengan surah yang pernah Ia hafal.

Baca Juga:Preman Parkiran

Waktu sudah berlalu satu jam dan tersisa setengah jam lagi, hanya baru terisi 6 soal dari 25 soal. Dia sudah pasrah walapun dia sudah berusaha semaksimal mungkin. Dia menatap keluar jendela melihat burung yang hinggap di sarangnya, berharap datangnya petunjuk. Matanya mulai menutup dan tak sengaja Ia tertidur sejenak bermimpi dia lulus seleksi ini, “Fayyadh jangan tidur, cuci mukanya dulu” teguran dari mrs Lisa sontak Ia terbangun dari tidurnya. Waktu tersisa 5 menit lagi dan kertasnya masih banyak yang kosong. Tanpa berpikir panjang dia langsung menjawabnya dengan cap cip cup. “Kringgg...kringggg” Bunyi bel menandakan pergantIan pelajaran, mrs Lisa menyuruh mereka mengumpulkan kertas tersebut. Fayyadh keluar dari ruangan dan tidak berharap lebih untuk lulus di seleksi itu.

Kemudian Ia kembali ke kelasnya dan mendengar pengumuman penting dari depan pintu. Ternyata ada info terbaru tentang sekolah. Bahwa sekolah akan diliburkan selama 2 minggu untuk menghindari penyebaran virus COVID-19, para siswa sangat gembira mendengar informasi tersebut. Mereka akan menghabiskan waktu mereka dengan rebahan, tidur, dan bermain game tanpa belajar sama sekali. Kemudian temannya mengajak mabar game saat libur nanti, Ia pun ikut ikutan mendownload game tersebut. Ia usdah tidak memikirkan lagi hasil seleksi tadi, “Tingggg” suara notif pesan baru masuk dari WhatsAppnya yang ternyata itu adalah hasil seleksi tadi. Dan hasilnya, yaa benar dia tidak lulus seleksi tadi, namun Ia tidak merasa begitu kecewa.

Saat tiba di rumah, dia tidak memikirkan tentang pelajaran lagi Ia hanya berpikir untuk memainkan game tersebut selama libur. Pagi sIang dan malam dihabiskan di depan gadget sembari login game tersebut tanpa mengingat untuk belajar. Selalu Ia lakukan di belakang bunda agar tidak ketahuan. Dua minggu berlalu dan ternyata madrasah mereka memberlakukan pembelajaran secara daring atau online. Para guru hanya bisa memberikan materi melalui vidio  dari grup WhatsApp dan setIap paginya para siswa harus mengabsen dirinya.

Pagi itu Fayyadh bangun dan mengabsen dirinya tepat waktu. Ia menunggu beberapa saat sampai bunda pigi kerja, setelah itu Ia lanjut bermain game. Ia bermain game sampai tidak kenal waktu, semua vidio dan materi pengajaran hanya mengambang di WhatsApp nya tanpa Ia catat ataupun baca. Setap sIang Ia mabar bersama teman kelasnya yang gemar bermain game, dia sudah tidak peduli lagi dengan belajar dan sekolah. Namun hal tersebut tidak diketahui bundanya.

Kini Ia sudah berubah 180, Ia sudah tidak memiliki nIat dan minat lagi dalam belajar apalagi berambisius mendapat ranking 1. Ini semua karena pengaruh dari temannya, kini harinya dilalui semata mata bermain game. Tugas sekolah tidak Ia kerjakan, banyak guru yang menergurnya tetapi Ia hanya bersikap cuek terhadap itu semua. Buku catatannya kosong tidak ada segores tinta apapun di dalamnya. Tugasnya semakin menumpuk seperti bukit, tetapi pikirannya tetap saja dipenuhi dengan game kesayangannya itu. DunIa game sudah memanipulasi dirinya dan membuat Ia candu bagaikan obat hingga tidak kenal waktu, semua waktunya terbuang sIa sIa dengan hal yang tidak bermanfaat. Sampai lingkungannya saja dimana tempat Ia beraktivitas tidak dikontrol. Kamarnya menjadi sangat kotor, pakaIan berserakan dimana-mana, kumuh, Kamarnya sudah menjadi habitat jaring laba-laba. Apalagi dengan nilai ulangan, jangan ditanya lagi hampir semua nilai ulangan harIannya yang paling jelek.  Nilainya menurun secara drastis bahkan sampai-sampai Ia pernah mendapat nilai 40 di ulangan harIan mata pelajaran IPA.

Hingga suatu malam, ketika Ia sedang asik-asiknya bermain game tiba-tiba muncul notif telepon dari mrs Lisa. “Assalamualaikun Fayyadh, besok Fayyadh ikut bimbingan olimpIade IPA ya?” ujar mrs Lisa dari telepon tersebut, seketika Ia langsung gembira mendengar ucapan mrs Lisa dan langsung mengiyakan. Namun, tetap saja tidak ada rasa dari dalam dirinya untuk berubah dan fokus ke mata pelajaran seperti dulu. Tetapi entah mengapa mrs Lisa tetap memberikan dia kesempatan dan kepercayaan untuk berubah seperti duu kala.

Baca Juga:Aku, Malaikat Kecilku, dan Bidadari

Keesokan harinya, Ia pergi ke sekolah untuk mengikuti bimbngan itu, walaupun saat itu kegIatan belajar masih dilakukan secara online. SetIap pagi pukul 8 dia sudah berangkat dengan becak langganannya. Namun, alangkah ruginya Ia tidak memanfaatkan kelas bimbingan itu. Sampai disekolah Ia hanya menghabiskan waktu dengan sibuk bermain gadget. Ia tidak memperhatikan ke papan tulis saat mrs Lisa menjelaskan, belIau sudah menegurnya berkali-kali tetapi tidak dihiraukan olehnya. Kelas bimbingan sekarang itu menjadi tempat pelarIannya agar lebih leluasa bermain gadget tanpa ketahuan bunda. Dia selalu pulang terlambat kadang bisa sampai sore demi bermain game, padahal kelas bimbingan itu hanya diadakan setengah hari saja.

Dua bulan berlalu, setIap hari Ia mengikuti bimbingan itu dengan sIa-sIa, tidak ada yang berubah dari dirinya. Tidak ada ilmu yang dapat iya bawa kembali, Ia datang ke sekolah dengan Cuma-Cuma bernIat bermain game. Sungguh anak yang malang, Ia tidak pernah berpikir tentang bagaimana nasibnya kedepan. Dia berpikir dengan dia bersantai santai bermain game dapat mencapai impIannya, dapat mewujudkan impIannya. Seiring berjalannya waktu pandangan guru terhadapnya semakin buruk, dia di cap sebagai anak yang malas dan bodoh. Sampai dia pernah di panggil ke BK (Bimbingan Konseling) karena tidak pernah mengerjakan pr, tetapi tetap saja itu tidak mempan untuk merubah perilakunya.

Kemudian setelah tiga bulan mereka mengikuti bimbingan, mereka diinfokan oleh mrs Lisa bawa akan diadakan seleksi tingkat lanjut lagi. Dari yang semulanya hanya lima siswa kemudian hasil seleksinya hanya dipilih satu siswa saja. Dimana siswa tersebut akan mengikuti sebuah event olimpIade tahunan yang disediakan KEMENAG yang lebih dikenal dengan KSM (Kompetisi Sains Madrasah). Mereka melakukan seleksi seperti seleksi pertama yang pernah mereka lalui. Namun, tingkat kesukarannya soalnya bahkan jauh lebih susah. Setelah melewati seleksi, sesuai dugaan Ia tidak lulus seleksi. Dan parahnya lagi nilainya adalah yang paling sedikit  diantara lima siswa itu.

Di sisilain teman dekatnya yaitu Fahet, Ia terpilih menjadi kandidat peserta KSM yang sIap menjuarai kompetisi tersebut di bidang IPS. Dan alhasil terpilih lah 3 orang kandidat yang masing masing mewakili satu mata pelajaran yaitu Matematika, IPA dan IPS. Dan hebatnya Fahet adalah satu satunya anak kelas 8 yang tergolong masih muda untuk mewakili nama madrasahnya itu. Selang beberapa saat setelah kompetesi itu selesai. Tersebarlah berita tentang para siswa yang menjuarai kompetisi itu. Berita tersebut ternyata menghebohkan suasana di dalam ruang guru dan ruang kepala sekolah. Karena dari tiga siswa perwakilan tIap bidangnya hanya Fahet yang menjuarai kompetisi di bidang IPS sampai ke tahap Nasiona. Dan usIanya yang masih terbilang terlalu cepat untuk memenangkn kompetisi itu hingga tahap nasionall. Tak hanya itu, Fahet membuat nama madrasahnya menjadi harum dan terkenal di provinsi.

 

Hal itu membuat guru menjadi kagum kepadanya  dan sangat mengapresIasi prestasinya tersebut. Karena tanpanya mungkin madrasah mereka tidak mendapat prestasi apa apa di KSM tahun ini. Para guru mulai mempercayakan kepadanya pada setIap perlombaan olimpIade yang berbau IPS. Fayyadh menjadi cemburu kepada temannya tersebut “wihhhh kalo aja aku rajin kek Fahet aku pasti bisa sampek nasional, aku bakal fokus belajar lagi deh bIar bisa banggain sekolah sama bisa banggain bunda” terlintas di dalam hatinya ingin mengubah kebIasaan jeleknya itu. Ia mulai sadar bahwa kebIasaanya sekarang dapat mendatangkan kegagalan dimasa depan dan tidak memiliki dampak yang positif untuknya.

Sedikit demi sedikit Ia mulai mengubah kebIasaanya itu, pelan pelan tapi pasti. Ia mengejar semua materi yang tertinggal, materi yang belum Ia pahami. Sidat ambisnya mulai muncul kembali, tekadnya yang bulat ingin menang hingga ke tahap nasional demi membanggakan kedua orang tuanya dan gurunya. Tak hanya mengulang dan mempelajari materi di kelas Ia juga sudah mulai fokus kembali untuk mempelajari materi olimpIade dan membahas soal-soal olimpIade. Ia mengoleksi semua buku OSN/KSN/KSM IPA, tingkat kabupaten/kota, tingkat provinsi, dan tingkat nasional semua itu kini lengkap di rak bukunya. Seakan semua buku tersebut sIap di copy ke dalam otaknya.

Seiring berjalannya waktu, bulan silih berganti Ia kemudian muncul kembali di kelasnya sebagai siswa yang dipandang pintar dikalangan  temannya. Nilainya kini meningkat dengan sangat stabil dan baik,dia mengubah semua persepsi guru tentang kebIasaan buruknya dulu.. Satu persatu mata pelajaran Ia kuasai dengan baik, Ia juga sering menjadi guru pengganti disaat tidak ada guru yang masuk. Nilai Uhnya adalah yang paling tinggi di kelas, Ia juga sering membagi ilmunya kepada temannya byang kurang paham. NIatnya menjadi siswa yang mendapat ranking 1 tercapai di semester itu, tetapi Ia tidak puas. Dia tetap bertekat memenangkan olimpIade IPA hingga ke nasional.

 Tak lama diadakan lomba olimpIade oleh MAN 1 Banda Aceh yang merupakan salah satu MA terbaik di provinsinya. Semua temannya menjuarai lomba tersebut namun tidak untuknya. Padahal Ia sudah berusaha semaksimal mungkin, semua buku olimpIade sudah Ia pelajari tetapi apalah daya jika kali ini rezeki bukan untuknya.  Lagi lomba olimpIade kembali diselenggarakan oleh Fatih Bilingual School, meskipun Ia sudah mempelajari semua kesalahannyan tetap saja temannya memborng semua juara dan dia hanya bisa menerima kekalahan dengan lapang dada. Dia mengikuti semua olimpIade dengan gIat tanpa putus asa meskipun Ia tidak memenangkan lomba itu. Ia menjadi minder kepada teman-temannya yang memenangkan olimpIade itu. Tetapi Ia tetap mempelajari kembali kesalahan-kesalahan yang membuatnya kalah pada olimpIade sebelumnya.

Waktu silih berganti, maraknya serangan COVID-19 memperpanjang pelaksanaan pembeajaran secara online. Mereka sudah menjalankan pembelajaran tersebut selama kurang lebih 18 bulan tetapi tidak kunjung membaik. Di sela-sela waktu kosong yang Ia miliki, Fayyadh fokus mempelajari soal-soal olimpIade bahkan sampai-sampai Ia mempelajari materi kelas 10, 11, dan 12 SMA demIa memenangkan kompetisi tersebut.

Setelah berbulan-bulan menunggu, tanpa berlama-lama Ia langsung dipilih menjadi perwakilan madrasahnya di KSM bidang IPA. Ia mempelajari kembali, mengulangkaji materi-materi yang kiranya belum dipahami dan dimengerti. Membahasa soal-soal olimpIade nasioonal untuk mengasah otaknya. Hingga pada satu malam sebelum KSM diadakan, Ia menghabiskan buku olimpIade sebanyak 8 buah buku hanya dalam satu malam. Ia benar-benar bersungguh-sungguh memenangkan kompetisi itu.

Keesokan harinya, saat bangun pagi Ia mengkhatamkan Al-Qur’annya, membaca suarh Yasin dan Al-Kahfi, dan berdoa seraya meminta ampun kepada tuhannya.  Sebelum berangkat sekolah tidak lupa Ia menyalami ayah dan bundanya meminta restu kepada keduanya. Seakan saat dalam perjalanan hingga tiba di lokasi beruntai doa dari sang ayah dan bunda ditujukan kepadanya demi kemenangan sang anak. Ia mengambil posisi di bangku favoritnya dekat jendela yang menghadap pada suatu pohon. Selang setengah jam perlombaan dimulai, Ia menjawab semua jawaban dengan yakin dengan tekad yang kuat untuk menang ke nasional. Setelah lomba sekesai Ia berserah diri kepada Allah, berharap hasil yang di dapat sesuai dengan jerih payah usahanya.

Kemudian Ia hanya menunggu hasilnya, tetapi Ia tidak tahu kapan hasilnya diumumkan mungkin barangkali 2 minggu. Seminggu kemudian datanglah kepala sekolah ke kelasnya memberitakan informasi “Baik bapak akan memberitakan informasi terbaru, bahwa siswa kita sekaligus teman kita ACHMAD FAYYADH mendapat peringkat 2 di nasional yang hasilnya baru saja diumumkan tadi pagi” sontak heboh kelas tersebut, temannya senang dan gembira karena temannya Fayyadh itu adalah yang terbaik kedua di nasional. Mendengar berita itu Fayyadh sujud syukur, dan membuatnya hampir meneteskan air mata. Semua jerih payahnya itu sekarang terbayarkan, impIannya kini terwujud. Air membashi pipi sang Bunda mendengar hasilnya, hari itu adalah hari yang paling bahagIa di dalam hidup Fayyadh. Berbondong-bondong SMA favorit di Indonesia ingin merekrutnya menjadi bagian dari mereka.

 Penulis adalah siswa kelas unggul  X-10  SMA N 1  Lhokseumawe 

 

 

Berita Terkait

Posting Komentar

0 Komentar