Persaingan di kelasnya sangat ketat, mereka benar-benar cocok dijuluki
siswa unggulan. SetIap pertanyaan dari guru mampu mereka jawab, tangan mereka
begitu ringan untuk mengangkatnya agar tidak didahului oleh yang lain. Hal itu
membuat Fayyadh sangat sulit untuk berkembang di kelas tersebut, bahkan setIap
pertanyaan yang dilontarkan guru namun dia tidak mendapat kebagian. Dia dianggap
remeh oleh temannya, dia siswa yang tidak memiliki bakat apapun baik di
akademik, kesenIan, apalagi olahraga.
Pernah di suatu hari, ketika guru IPA mengembalikan kertas hasil ulangan
harian. Ia hanya mendapat nilai 70 dan itu bisa dibilang nilai yang pas-pasan
dengan nilai kkm. Itu adalah nilai yang paling terendah di kelasnya, Ia pulang
dengan perasaan yang campur aduk. “Kalo bunda lIat ini pasti bisa kenak marah,
mau nyembunyiin pun gatau nyembunyiin gimana, cepat atau lambat pasti bakal
ketauan” terbisik di dalam hatinya saat dalam perjalanan pulang di becak. Hari
itu Ia pulang agak telat, rintikan air dari langit mengguyur permukaan bumi,
rintikan air itu tergenang dalam kawah-kawah jalanan membuat kendaraan
mengantri panjang demi mengarungi genangan itu. Sontakan petir yang menyambar
melukiskan langit sore yang gelap dengan goresan pena putih bersinar, itu
membuat Ia sedikit ketakutan.
Sebenarnya siswa unggul memang pulang lebih telat, mereka pulang sekitara
jam 5 dan itu sudah agak sore. Becaknya sempat hampir mogok karena terlalu lama
berhenti digenakan banjir, hujan di sore itu benar benar deras. Fayyadh pun sampai ke rumahnya dalam keadaan
basah kuyub dan sudah maghrib, bunda langsung menyuruhnya mandi “Mandi terus
ya, trus sholat, makan, belajar”. Fayyadh pun bergegas langsung menuju ke kamar
mandi agar sholat maghribnya tidak terlambat. Saat fayyadh mandi ternyata secara
tidak sengaja bunda memeriksa tas fayyadh. Bunyi keran di kamar mandi di tutup
fayyadh, terdengar suara “crakkkk....crakkk”. Fayyadh menduga bunda sudah
menemukan kertas UH itu, dan ternyata memang benar. Setelah sholat dia dimarahi
bunda, kemudian bunda menyuruhnya belajar lagi untuk UTS IPA esok.
IPA adalah pelajaran yang paling
tidak Ia sukai, namun mau gimana lagi Ia
pun belajar hingga larut malam. Ia melihat ke jendela, mendengar rintikan hujan
yang semulanya deras tadi. Materi per materi Ia lalui masuk ke dalam kepalanya,
untai per untaIan soal Ia bahas, penanya terus bergarah menai kesana kemari
hingga membuanta ketiduran. Itu adalah ha yang wajar, sudah jam 12 ditambah
lagi Ia yang sudah sangat lelah Ia
tertidur beberapa saat. “Eongggg,,,,Meongrghhh” suara kucing yang bertengkar merebutkan
tempat berteduh dari hujan, membuat fayyadh terbangun. Melihat keluar jendela
ternyata halaman rumahnya digenangi air hujan, terdengar suara katak dari parit,
angin sepi sepi terhembus, daun daun berguguran, susasanya amat sejuk. Fayyadh
langsung melihat roster dan bersIap tidur.
Kesokan harinya, bel sekolah bebunyi seperti bIasa lalu fayyadh duduk
bersama teman dekatnya yang bernama Fahet, seorang siswa yang paling pintar dalam
hal berdebat. Apalagi berdebat tentang politik, sejarah, sudah pasti Ia ahlinya.
Kemampuanny dalam memilih kata untuk mengelabuyi lawan, keceratannya dalam
berpikir membuatnya tampil seperti orang yang sudah sIap memenangkan perdebatan
apapun. Dia sangat pintar dalam pelajaran IPS bahkan matematika sekalipun.
“Fayyadh, hari ni ada uh apa?” tanya Fahet, “Uh keknya ga ada, Cuma UTS
IPA nantik ada” jawab Fayyadh. Tidak puas dengan jawaban Fayyadh Ia bertanya
lagi “UTS nya tentang apa apaja?” Fayyadh menjawab “Tentang yang udah kita
pelajari dari awal ampek sekarang, pengukuran yang jangka sorong tu, tros yang
taksonomi dan itu man, eh pemuaIan sama kalor kayaknya juga masuk”.
Tibalah saatnya mata pelajaran IPA, semua siswa sedang membaca buku
untuk mengulang materi yang sudah diajarkan
oleh guru mereka. “Assalamualaikum” ucapan salam dari mrs Lisa “
wa’alaikumussalam mrs” jawab siswa serentak. “Oke nak anak, hari ini kita sIap
kan UTS nya?” tanya mrs Lisa, siswa pun
menjawab “ Insyaallah sIap mrs, tapi mrs soalnya jangan susah susah ya” jawab Fahet.
Mrs Lisa yang merupakan guru IPA di madrasah tersebut langsung membagikan
kertas yang berisikan soal soal UTS.
Raut wajah mereka berubah derastis, karena soal tersebut ternyata adalah
soal IPA terpadu terintegrasi dan soalya yang terbilang banyak untuk waktu
mereka yang sedikit. Mereka hanya bisa mengandalkan contekan mereka, tetapi
tidak berlaku untuk Fayyadh dia tetap berusaha semaksimal mungkin. Dia melihat
di samping kanan temannya saling mencontek, membuka buku dari bawah laci meja,
berbisik satu sama lain menanyakan jawaban dan berbagai lontaran kertas kesana
kemari yang mereka lontar secara diam diam agar tidak ketahuan. Terdengar suara
dari bangku di sampingnya “Yadh, rumus pemuaIan luas apa? Plis satu ini aja”,
ternyata itu adalah suara dari Fahet, dia benar benar sudah pasrah dengan
bentuk soal itu, Dia sangat tidak ahli dalam IPA
Lalu fayyadh melihat ke arah mrs Lisa yang sedang memeriksa catatan kami
di depan, keadaanya aman Fayyadh membisikkan “Panjang mua mula kali koefisien
kali perubahan suhu”. Fayyadh menawab soal soal tersebut dengan sangat lihai,
seakan akan dia sudah mendapat kunci jawabannya. Setelah selama 1 jam berlalu,
jam mata pelajaran IPA pun selesai mereka sangat gelisah dengan soal tersebut.
Baca Juga: Perjalanan Nasib
Pada hari itu mata pelajaran IPA juga berlangsung di sore hari sebagai
pelajaran tambahan, di saat itulah hasil UTS tadi dibagikan. Raut wajah Fayyadh
langsung berubah, tidak hanya dia temannya yang lain juga mengalami hal yang
sama. Fayadh mulai berpikir panjang, jika nilai dia tetep jelek pasti bundanya
akan marah lagi. Di saat itu Ia hanya bisa berdoa sampai kertasnya dibagikan.
Nama mereka satu persatu disebutkankan, satu persatu maju untuk mengambil
kertas UTS nya.
Sepuluh orang temannya sudah di sebutkan, namun namanya tidak kunjung
disebutkan. Hatinya sudah mulai tak karuan, dia kembali berdoa agar dia tidak
pas pasan dengan kkm apalagi di bawahnya. Sudah dua puluh nama temannya
sebutkan, dia menjadi semakin cemas, jantungnya berdetak kencang. Dia hanya
bisa berharap setidaknya nilainya tidak pas pasan dengan kkm. Kebanyakan
temannya sudah mendapat kertas UTS masing masing, mereka sangat sedih dengan
hasilnya. Bahkan mereka yang lulus dapat dihitung dengan jari. Waktu terus
berlalu hingga tinggal 5 menit lagi, tersisa tiga orang yang belum disebutkan. Ia
hanya bisa pasrah dan berharap bunda tidak melihat hasil UTSnya.
Hingga tersisa selembar kertas, ya benar itu kertas miliknya. Mrs Lisa
berkata “Dari hasil UTS ini Cuma satu yang dapat 100, ACHMAD FAYYADH” sorak
kaget dan bangga di dalam hatinya “ Niceee”, dia benar benar sangat senang dan
bangga dengan hasil UTSnya. Dia gembira lampat kesana kemari karena ali ini dia
tidak bakal dimarahi lagi sama bunda. Ucapan selamat, congrats dan lain lain
ditujukan kepadanya. Ini kali pertama Ia pendapat nilai yang paling tinggi
apalagi di kelas unggul.
Hal ini mencuri perhatIan dari mrs
Lisa untuk mencalonkannya dalam seleksi bimibingan olimpIade IPA “Fayyadh,
nanti dalam bulan ini bakal ada seleksi bimbingan olim, nah nanti mrs mau
calonkan fayyadh buat ikot olim IPA ya?” tanya mrs Lisa, Fayyadh pun menjawab
dengan semangat “ Baik mrs”. Mendengar hal tersebut dia semakin antusIas, dan dia
mulai mencintai pelajaran IPA.
Seminggu berlalu, pagi itu Ia sangat buru buru dengan membawa sangat
banyak buku. Ya dia terlambat kali ini, semalam dia tidur terlalu larut demi
mempesIapkan seleksi hari ini. Dia berlari berharap satpam masih belum menutup
gerbang, “Brukkkk,,,,,Brukkk” bukunya terjatuh. “Yadh ini bukunya jatoh tadi”
ternyata itu Fahet yang baru sajat turun dari bus sekolah, dia memang sudah bIasa
terlambat tapi untungnya gerbang masih terbuka. “Het, u uda belajar buat
seleksi IPS nanti? “ tanya Fayyadh, “Udala, maslah tu aman aku sering baca baca
berkaitan IPS, Politik, Sejarah uda mendarah daging tu, hehehehe” ujarnya. “
Okelah good luck ya nanti” ujar Fayyadh, lalu mereka langsung menuju ke kelas
tempat seleksi berlangsung.
Fayyadh langsung mengambil posisinya di pojokan samping jendela, posisi
yang menurutnya sangat nyaman. Matahari pagi terbIas melalui jendela, nyanyIan
merdu burung pagi itu yang hinggap di ranting pohon depan kelasnya. Masih ada
waktu 10 menit sebelum seleksi di mulai, membuka bukunya untuk mengulang materi
barangkali ada materi yang belum paham. Namun dia sedikit cemas dan gugup
dengan soal nanti, dia berhenti membaca buku agar materi yang dipelajari
semelam tidak lupa. Dia berdoa, membaca ayat kursi, surah surah pendek, bahkan
semalam Ia sudah membaca Yasin. Ia sangat ambisius untuk lulus melewati seleksi
ini.
Mrs lisa kemudian masuk dengan membawa kertas yang sIap dibagikan “Mohon
jawabnya secara jujur, jangan ada yang curang, dan yang lulus seleksi itu
adalah lima siswa dengan nilai paling tinggi”. Fayyadh yang mendapatkan kertasnya
langsung menjawab soal tersebut. Dia
shock dan kaget dengan soalnya, semua yang sudah dipelajari semalam tidak ada
yang keluar. Dia tidak meyangka bahwa soal seleksinya akan sesulit ini, bahkan
soalnya dikaitkan dengan Al-Quran dan Hadis. Dia hanya mampu menjawab soal yang
berkaitan dengan surah yang pernah Ia hafal.
Baca Juga:Preman Parkiran
Waktu sudah berlalu satu jam dan tersisa setengah jam lagi, hanya baru
terisi 6 soal dari 25 soal. Dia sudah pasrah walapun dia sudah berusaha
semaksimal mungkin. Dia menatap keluar jendela melihat burung yang hinggap di
sarangnya, berharap datangnya petunjuk. Matanya mulai menutup dan tak sengaja Ia
tertidur sejenak bermimpi dia lulus seleksi ini, “Fayyadh jangan tidur, cuci
mukanya dulu” teguran dari mrs Lisa sontak Ia terbangun dari tidurnya. Waktu
tersisa 5 menit lagi dan kertasnya masih banyak yang kosong. Tanpa berpikir
panjang dia langsung menjawabnya dengan cap cip cup. “Kringgg...kringggg” Bunyi
bel menandakan pergantIan pelajaran, mrs Lisa menyuruh mereka mengumpulkan
kertas tersebut. Fayyadh keluar dari ruangan dan tidak berharap lebih untuk
lulus di seleksi itu.
Kemudian Ia kembali ke kelasnya dan mendengar pengumuman penting dari depan pintu. Ternyata ada info terbaru tentang sekolah. Bahwa sekolah akan diliburkan selama 2 minggu untuk menghindari penyebaran virus COVID-19, para siswa sangat gembira mendengar informasi tersebut. Mereka akan menghabiskan waktu mereka dengan rebahan, tidur, dan bermain game tanpa belajar sama sekali. Kemudian temannya mengajak mabar game saat libur nanti, Ia pun ikut ikutan mendownload game tersebut. Ia usdah tidak memikirkan lagi hasil seleksi tadi, “Tingggg” suara notif pesan baru masuk dari WhatsAppnya yang ternyata itu adalah hasil seleksi tadi. Dan hasilnya, yaa benar dia tidak lulus seleksi tadi, namun Ia tidak merasa begitu kecewa.
Saat tiba di rumah, dia tidak memikirkan tentang pelajaran lagi Ia hanya
berpikir untuk memainkan game tersebut selama libur. Pagi sIang dan malam
dihabiskan di depan gadget sembari login game tersebut tanpa mengingat untuk
belajar. Selalu Ia lakukan di belakang bunda agar tidak ketahuan. Dua minggu
berlalu dan ternyata madrasah mereka memberlakukan pembelajaran secara daring
atau online. Para guru hanya bisa memberikan materi melalui vidio dari grup WhatsApp dan setIap paginya para
siswa harus mengabsen dirinya.
Pagi itu Fayyadh bangun dan mengabsen dirinya tepat waktu. Ia menunggu
beberapa saat sampai bunda pigi kerja, setelah itu Ia lanjut bermain game. Ia
bermain game sampai tidak kenal waktu, semua vidio dan materi pengajaran hanya
mengambang di WhatsApp nya tanpa Ia catat ataupun baca. Setap sIang Ia mabar
bersama teman kelasnya yang gemar bermain game, dia sudah tidak peduli lagi
dengan belajar dan sekolah. Namun hal tersebut tidak diketahui bundanya.
Kini Ia sudah berubah 180, Ia sudah tidak memiliki nIat
dan minat lagi dalam belajar apalagi berambisius mendapat ranking 1. Ini semua
karena pengaruh dari temannya, kini harinya dilalui semata mata bermain game.
Tugas sekolah tidak Ia kerjakan, banyak guru yang menergurnya tetapi Ia hanya
bersikap cuek terhadap itu semua. Buku catatannya kosong tidak ada segores
tinta apapun di dalamnya. Tugasnya semakin menumpuk seperti bukit, tetapi pikirannya
tetap saja dipenuhi dengan game kesayangannya itu. DunIa game sudah memanipulasi
dirinya dan membuat Ia candu bagaikan obat hingga tidak kenal waktu, semua
waktunya terbuang sIa sIa dengan hal yang tidak bermanfaat. Sampai
lingkungannya saja dimana tempat Ia beraktivitas tidak dikontrol. Kamarnya
menjadi sangat kotor, pakaIan berserakan dimana-mana, kumuh, Kamarnya sudah
menjadi habitat jaring laba-laba. Apalagi dengan nilai ulangan, jangan ditanya
lagi hampir semua nilai ulangan harIannya yang paling jelek. Nilainya menurun secara drastis bahkan
sampai-sampai Ia pernah mendapat nilai 40 di ulangan harIan mata pelajaran IPA.
Hingga suatu malam, ketika Ia sedang asik-asiknya bermain game tiba-tiba
muncul notif telepon dari mrs Lisa. “Assalamualaikun Fayyadh, besok Fayyadh
ikut bimbingan olimpIade IPA ya?” ujar mrs Lisa dari telepon tersebut, seketika
Ia langsung gembira mendengar ucapan mrs Lisa dan langsung mengiyakan. Namun,
tetap saja tidak ada rasa dari dalam dirinya untuk berubah dan fokus ke mata
pelajaran seperti dulu. Tetapi entah mengapa mrs Lisa tetap memberikan dia
kesempatan dan kepercayaan untuk berubah seperti duu kala.
Baca Juga:Aku, Malaikat Kecilku, dan Bidadari
Keesokan harinya, Ia pergi ke sekolah untuk mengikuti bimbngan itu,
walaupun saat itu kegIatan belajar masih dilakukan secara online. SetIap pagi
pukul 8 dia sudah berangkat dengan becak langganannya. Namun, alangkah ruginya Ia
tidak memanfaatkan kelas bimbingan itu. Sampai disekolah Ia hanya menghabiskan
waktu dengan sibuk bermain gadget. Ia tidak memperhatikan ke papan tulis saat mrs
Lisa menjelaskan, belIau sudah menegurnya berkali-kali tetapi tidak dihiraukan
olehnya. Kelas bimbingan sekarang itu menjadi tempat pelarIannya agar lebih
leluasa bermain gadget tanpa ketahuan bunda. Dia selalu pulang terlambat kadang
bisa sampai sore demi bermain game, padahal kelas bimbingan itu hanya diadakan
setengah hari saja.
Dua bulan berlalu, setIap hari Ia mengikuti bimbingan itu dengan sIa-sIa,
tidak ada yang berubah dari dirinya. Tidak ada ilmu yang dapat iya bawa kembali,
Ia datang ke sekolah dengan Cuma-Cuma bernIat bermain game. Sungguh anak yang
malang, Ia tidak pernah berpikir tentang bagaimana nasibnya kedepan. Dia
berpikir dengan dia bersantai santai bermain game dapat mencapai impIannya,
dapat mewujudkan impIannya. Seiring berjalannya waktu pandangan guru
terhadapnya semakin buruk, dia di cap sebagai anak yang malas dan bodoh. Sampai
dia pernah di panggil ke BK (Bimbingan Konseling) karena tidak pernah
mengerjakan pr, tetapi tetap saja itu tidak mempan untuk merubah perilakunya.
Kemudian setelah tiga bulan mereka mengikuti bimbingan, mereka diinfokan
oleh mrs Lisa bawa akan diadakan seleksi tingkat lanjut lagi. Dari yang
semulanya hanya lima siswa kemudian hasil seleksinya hanya dipilih satu siswa
saja. Dimana siswa tersebut akan mengikuti sebuah event olimpIade tahunan yang
disediakan KEMENAG yang lebih dikenal dengan KSM (Kompetisi Sains Madrasah). Mereka
melakukan seleksi seperti seleksi pertama yang pernah mereka lalui. Namun,
tingkat kesukarannya soalnya bahkan jauh lebih susah. Setelah melewati seleksi,
sesuai dugaan Ia tidak lulus seleksi. Dan parahnya lagi nilainya adalah yang paling
sedikit diantara lima siswa itu.
Di sisilain teman dekatnya yaitu Fahet, Ia terpilih menjadi kandidat
peserta KSM yang sIap menjuarai kompetisi tersebut di bidang IPS. Dan alhasil
terpilih lah 3 orang kandidat yang masing masing mewakili satu mata pelajaran
yaitu Matematika, IPA dan IPS. Dan hebatnya Fahet adalah satu satunya anak
kelas 8 yang tergolong masih muda untuk mewakili nama madrasahnya itu. Selang
beberapa saat setelah kompetesi itu selesai. Tersebarlah berita tentang para
siswa yang menjuarai kompetisi itu. Berita tersebut ternyata menghebohkan
suasana di dalam ruang guru dan ruang kepala sekolah. Karena dari tiga siswa
perwakilan tIap bidangnya hanya Fahet yang menjuarai kompetisi di bidang IPS
sampai ke tahap Nasiona. Dan usIanya yang masih terbilang terlalu cepat untuk
memenangkn kompetisi itu hingga tahap nasionall. Tak hanya itu, Fahet membuat
nama madrasahnya menjadi harum dan terkenal di provinsi.
Hal itu membuat guru menjadi kagum kepadanya dan sangat mengapresIasi prestasinya tersebut.
Karena tanpanya mungkin madrasah mereka tidak mendapat prestasi apa apa di KSM
tahun ini. Para guru mulai mempercayakan kepadanya pada setIap perlombaan olimpIade
yang berbau IPS. Fayyadh menjadi cemburu kepada temannya tersebut “wihhhh kalo
aja aku rajin kek Fahet aku pasti bisa sampek nasional, aku bakal fokus belajar
lagi deh bIar bisa banggain sekolah sama bisa banggain bunda” terlintas di
dalam hatinya ingin mengubah kebIasaan jeleknya itu. Ia mulai sadar bahwa kebIasaanya
sekarang dapat mendatangkan kegagalan dimasa depan dan tidak memiliki dampak
yang positif untuknya.
Sedikit demi sedikit Ia mulai mengubah kebIasaanya itu, pelan pelan tapi
pasti. Ia mengejar semua materi yang tertinggal, materi yang belum Ia pahami.
Sidat ambisnya mulai muncul kembali, tekadnya yang bulat ingin menang hingga ke
tahap nasional demi membanggakan kedua orang tuanya dan gurunya. Tak hanya
mengulang dan mempelajari materi di kelas Ia juga sudah mulai fokus kembali
untuk mempelajari materi olimpIade dan membahas soal-soal olimpIade. Ia
mengoleksi semua buku OSN/KSN/KSM IPA, tingkat kabupaten/kota, tingkat
provinsi, dan tingkat nasional semua itu kini lengkap di rak bukunya. Seakan
semua buku tersebut sIap di copy ke dalam otaknya.
Seiring berjalannya waktu, bulan silih berganti Ia kemudian muncul
kembali di kelasnya sebagai siswa yang dipandang pintar dikalangan temannya. Nilainya kini meningkat dengan
sangat stabil dan baik,dia mengubah semua persepsi guru tentang kebIasaan
buruknya dulu.. Satu persatu mata pelajaran Ia kuasai dengan baik, Ia juga
sering menjadi guru pengganti disaat tidak ada guru yang masuk. Nilai Uhnya
adalah yang paling tinggi di kelas, Ia juga sering membagi ilmunya kepada
temannya byang kurang paham. NIatnya menjadi siswa yang mendapat ranking 1
tercapai di semester itu, tetapi Ia tidak puas. Dia tetap bertekat memenangkan
olimpIade IPA hingga ke nasional.
Tak lama diadakan lomba olimpIade
oleh MAN 1 Banda Aceh yang merupakan salah satu MA terbaik di provinsinya.
Semua temannya menjuarai lomba tersebut namun tidak untuknya. Padahal Ia sudah
berusaha semaksimal mungkin, semua buku olimpIade sudah Ia pelajari tetapi
apalah daya jika kali ini rezeki bukan untuknya. Lagi lomba olimpIade kembali diselenggarakan oleh
Fatih Bilingual School, meskipun Ia sudah mempelajari semua kesalahannyan tetap
saja temannya memborng semua juara dan dia hanya bisa menerima kekalahan dengan
lapang dada. Dia mengikuti semua olimpIade dengan gIat tanpa putus asa meskipun
Ia tidak memenangkan lomba itu. Ia menjadi minder kepada teman-temannya yang
memenangkan olimpIade itu. Tetapi Ia tetap mempelajari kembali
kesalahan-kesalahan yang membuatnya kalah pada olimpIade sebelumnya.
Waktu silih berganti, maraknya serangan COVID-19 memperpanjang
pelaksanaan pembeajaran secara online. Mereka sudah menjalankan pembelajaran
tersebut selama kurang lebih 18 bulan tetapi tidak kunjung membaik. Di
sela-sela waktu kosong yang Ia miliki, Fayyadh fokus mempelajari soal-soal
olimpIade bahkan sampai-sampai Ia mempelajari materi kelas 10, 11, dan 12 SMA demIa
memenangkan kompetisi tersebut.
Setelah berbulan-bulan menunggu, tanpa berlama-lama Ia langsung dipilih
menjadi perwakilan madrasahnya di KSM bidang IPA. Ia mempelajari kembali,
mengulangkaji materi-materi yang kiranya belum dipahami dan dimengerti. Membahasa
soal-soal olimpIade nasioonal untuk mengasah otaknya. Hingga pada satu malam
sebelum KSM diadakan, Ia menghabiskan buku olimpIade sebanyak 8 buah buku hanya
dalam satu malam. Ia benar-benar bersungguh-sungguh memenangkan kompetisi itu.
Keesokan harinya, saat bangun pagi Ia mengkhatamkan Al-Qur’annya, membaca
suarh Yasin dan Al-Kahfi, dan berdoa seraya meminta ampun kepada tuhannya. Sebelum berangkat sekolah tidak lupa Ia
menyalami ayah dan bundanya meminta restu kepada keduanya. Seakan saat dalam
perjalanan hingga tiba di lokasi beruntai doa dari sang ayah dan bunda
ditujukan kepadanya demi kemenangan sang anak. Ia mengambil posisi di bangku
favoritnya dekat jendela yang menghadap pada suatu pohon. Selang setengah jam
perlombaan dimulai, Ia menjawab semua jawaban dengan yakin dengan tekad yang
kuat untuk menang ke nasional. Setelah lomba sekesai Ia berserah diri kepada
Allah, berharap hasil yang di dapat sesuai dengan jerih payah usahanya.
Kemudian Ia hanya menunggu hasilnya, tetapi Ia tidak tahu kapan hasilnya
diumumkan mungkin barangkali 2 minggu. Seminggu kemudian datanglah kepala
sekolah ke kelasnya memberitakan informasi “Baik bapak akan memberitakan
informasi terbaru, bahwa siswa kita sekaligus teman kita ACHMAD FAYYADH
mendapat peringkat 2 di nasional yang hasilnya baru saja diumumkan tadi pagi”
sontak heboh kelas tersebut, temannya senang dan gembira karena temannya
Fayyadh itu adalah yang terbaik kedua di nasional. Mendengar berita itu Fayyadh
sujud syukur, dan membuatnya hampir meneteskan air mata. Semua jerih payahnya
itu sekarang terbayarkan, impIannya kini terwujud. Air membashi pipi sang Bunda
mendengar hasilnya, hari itu adalah hari yang paling bahagIa di dalam hidup
Fayyadh. Berbondong-bondong SMA favorit di Indonesia ingin merekrutnya menjadi
bagian dari mereka.
0 Komentar