Ibuku Bukan Figuran

Ibuku Bukan Figuran

Oleh : Cut Iza Aila Azzuhra

Sastrapuna.com-Cerita ini mengisahkan kerasnya perjuangan seorang ibu yang single parent, demi membahagiakan dan memenuhi kebutuhan putri satu-satunya yaitu Cantika. Asmita yang merupakan ibu dari Cantika memilki pekerjaan sebagai pemeran figuran atau pemeran pengganti pada sebuah rumah produksi film. Hubungan kasih sayang antara seorang ibu dan anak tidak selalu berjalan dengan harmonis. Banyak lika-liku kehidupan yang membuat hubungan mereka merenggang, tapi tetap tidak bisa Cerita menghilangkan kasih sayang antara keduanya.

Sebagai seorang ibu yang single parent, Asmita harus dituntut sebagai pencari nafkah, mengurus berbagai macam keperluan rumah tangga dan hal paling penting lainnya. Tidak mudah menjadi seorang ibu yang single parent untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan putrinya. Asmita bertekad bahwa Cantika harus tumbuh dengan baik dan berpendidikan tinggi. 

Asmita adalah sosok ibu yang selalu bersikap hangat,peduli, dan rasa penuh kasih sayang kepada Cantika, Asmita juga sosok pelindung dan pengayom bagi kehidupan Cantika. Asmita  mencoba untuk menutupi kenyataan hidup yang dihadapinya sebagai seorang figuran dalam  produksi film. Cantika sendiri tumbuh sebagaimana umumnya remaja usia SMA. Cantika mempunyai kepribadian yang mudah bergaul, baik dan mempunyai prestasi yang bagus di sekolahnya. 

Permasalahan bermula ketika Cantika yang sudah duduk di kelas 3 SMA membutuhkan laptop untuk bisa melaksanakan ujian sekolah yang berlangsung secara online. Mengetahui keadaan keuangan keluarganya, Cantika awalnya tidak ingin membebani ibunya yang hanya bekerja sebagai pemain figuran. Bahkan, dia tidak keberatan memiliki nilai ujian yang rendah sehingga dia tidak harus kuliah. Cantika berencana untuk langsung mencari pekerjaan setelah lulus SMA agar dapat membatu ibunya mecari nafkah, sehingga beban ibunya bisa berkurang.

“Aku tidak ingin terus membebani dan menambah penderitaan ibu. Jika aku kuliah, ibu akan terus banting tulang dan kelelahan demi bisa menyambung pendidikan Ku.“

Namun Asmita tidak menerima keputusan Cantika tersebut dan bersikeras untuk tetap ingin membelikan laptop demi anak semata wayangnya bisa melaksanakan ujian online di sekolah. Meskipun pekerjaannya sebagai pemeran figuran tidak selalu menghasilkan uang, ia tetap memaksa anaknya untuk mengenyam pendidikan yang lebih tinggi yaitu kuliah. Situasi keuangan yang semakin buruk memaksa Asmita untuk melepaskan egonya yang besar sebagai mantan pemain figuran berbakat untuk mendapatkan pinjaman dari berbagai pihak dan bekerja serabutan sana-sini untuk biayai hidup mereka.

Sementara di sisi lain, Cantika berusaha memahami maksud dari penolakan ibunya yang tetap ingin dirinya memiliki pendidikan yang tinggi, meskipun secara keadaan ekonomi mereka saat ini amatlah sulit. Cantika yang tidak tega melihat ibunya berkerja serabutan agar ia dapat tetap sekolah, bahkan diam-diam berusaha mencarikan pekerjaan lain untuk ibunyan agar ibunya dapat sedikit bersantai diusianya yang sudah tua. Ia meniru tanda tangan ibunya dan mengirimkan surat lamaran kerja ke sebuah restoran hingga ibunya itu diterima bekerja sebagai pramusaji.

Namun tindakannya ini semakin membuat hubungan Cantika dengan Asmita yang saling menyayangi menjadi makin rumit dan kompleks. Ibunya merasa tidak pernah mengirimkan surat lamaran ke restoran tersebut. Cantika kemudian mengaku bahwa dirinya yang mengirimkan lamaran kerja ke restoran agar ibunya berhenti berkerja sebagai pemain figuran dan memilki penghasilan tetap. Asmita menolak saran Cantika tersebut karena tidak ingin berganti perkejaan yang tidak sesuai dengan keinginannya dan  beranggapan bahwa memang sudah menjadi tugasnya untuk berperan sebagai seorang ibu maupun ayah bagi Cantika, jadi ia tidak ingin Cantika mengkhawatirkan tentang masalah ekonomi mereka dan hanya fokus dan pendidikan nya saja. Hidup susah tak membuat sang pemain figuran menghilangkan mimpi-mimpinya. Bagi Asmita, Cantika adalah cahaya di hidupnya dan bertekad agar putrinya begitu lulus harus melanjutkan pendidikan ke perguruaan tinggi.

“Ibu ingin aku jadi cahaya  dalam hidupnya, sebagai pembuktian  bahwa dengan pekerjaan sebagai pemeran figuran, dia bisa membiayai pendidikan ku hingga perguruan tinggi.”

“Ibuku melihat hidup ini seperti panggung kehidupan, permasalahan datang silih berganti, membuat penonton bahagia, sedih, menangis, dan tertawa”

Di tengah situasi panas-dingin antara  ibu dengan anak ini, hadirlah sosok Alan yang memiliki ketertarikan dengan Cantika, sehingga terus memberikan perhatian dan berusaha untuk bisa diterima bukan hanya oleh Cantika tetapi juga oleh Asmita. Alan merupakan temen sekelas Cantika di SMA. Nasib Alan dan Cantika juga hampir sama, sama-sama hanya memilki satu orang tua. Bedanya, Alan memilki seorang ayah yang kaya raya sedangkan Cantika hanya memilki seorang ibu yang sederhana. 

Tapi perbedaan itu tidak menghalangi mereka untuk menjadi teman akrab. Alan sering bermain ke rumah Cantika dan bertemu dengan ibunya, walaupun awal-awal berkujung, Asmita kurang berkenan dengan Alan yang dia anggap hanya ingin mempermaikan anaknya. Tapi lambat laun Asmita melihat bahwa Alan memilki niat baik pada Cantika karena sering melihatnya membuat cantika tertawa dan juga sering membantu anaknya tersebut. Hal ini terbukti karena Alan sering kali membantu Cantika ketika dalam masalah, salah satunya ketika mengikuti ujian online yang diadakan oleh sekolah. Alan meminjamkan laptopnya agar Cantika dapat mengikuti ujian sekolah tersebut. Kerhadiran Alan jugga menjadi malaikat penolong bagi Cantika dan membuat hari-hari Cantika lebih berwarna.

Suatu hari SMA Sukma Harapan tempat Cantika bersekolah mengadakan upacara kelulusan. Asmita tidak dapat berhadir di upacara kelulusan anaknya tersebut dikarenakan sedang berkerja, sehingga Cantika datang bersama Alan. Kemudian sambil berjalan menuju aula sekolah tempat acara kelulusan diadakan, mereka berbincang mengenai rencana mereka setelah lulus SMA.

“Serius kamu gak akan lanjut kuliah ?”, Ucap Alan

“Iya, aku mau langsung mencari perkerjaan saja”, Ucap Cantika sambil melihat Alan yang menaikkan alisnya, dan kemudian bertanya “kenapa dengan ekspresimu?”

“kamu ingat gak? Waktu itu kamu pernah kasih tau aku bahwa kamu adalah cahaya hidup ibumu” Ucap Alan

“ Ya,lalu kenapa ?” 

“Kalo kehidupan ini adalah sebuah pameran, maka ibu mu akan menjadi pemenang pameran, tapi tanpa cahaya karena beliau tidak hadir. Tapi dia tetap keren kok” 

Acara kelulusan telah berlangsung dengan khidmat dan tibalah pada penghujung acara yaitu pengumuman yang meraih nilai tertinggi pada ujian nasional diskolah. Pada saat hasil diumumkan di depan depan seluruh siswa yang datang bersama orangtuanya, Cantika terkejut ternyata dia keluar sebagai lulusan terbaik. Cantika yang terkejut dan tidak kuasa untuk menahan kebahagiaan dan bergegas naik ke atas panggung untuk menerima penghargaan. Namun saat dia Cantika menyampaikan pidato di atas panggung, terjadi adegan yang membuat haru. Ratusan peserta yang ada di aula kelulusan sekolah itu berkaca-kaca hingga terisak. 

“Ibuku hari ini tidak bisa hadir karena beliau memilki kesibukan, pasti beliau tidak menyangka bahwa aku akan menjadi lulusan terbaik tahun ini. Aku sudah membanyangkan bagaimana nyesalnya beliau karena tidak hadir ” ucap Cantika sambil tertawa kecil

“Ibuku memilki pribadi paling unik yang aku kenal. Kadang bikin merasa aneh, sangat tegas namun penyayang, dan yang pasti keras kepala. Suatu ketika aku pernah protes, Ibu kok keras kepala begini? Eh, dia bilang begini, kalo gak keras, ya bukan kepala namanya.”

“Berprofesi menjadi pemain figuran merupakan pilihan hidup yang di pilih ibuku, walaupun pekerjaan itu hanya menjadi pelengkap dalam sebuah adegan. Ibuku tidak pernah cerewet soal peran yang dia dapat. Semua dia jalani dengan bangga demi bisa menghidupi kehidupan kami. Karena itu sudah menjadi panggilan hidupnya”

Cantika menceritakan bagaimana ibunya menjadi seorang pemain peran figuran. Namun,dari sekian banyak peran, peran paling disukainya adalah peran menjadi ibunya. “Sebuah peran yang sama sekali tidak mudah jalani karena ia harus menjadi ibu sekaligus ayah bagiku. Kelahiranku memisahkan dia dengan satu-satunya pria yang menjadi cinta sejatinya. Ayahku meninggal karena kecelakaan saat mencari biaya untuk membayar biaya rumah sakit. Sejak saat itu ibuku banting tulang sana-sini untuk membiayai hidup kami berdua” ucap Cantika berlinang air mata mengingat air mata mengingat perjuangan ibunya.

“Jika aku tidak dilahirkan, mungkin ibu sampai saat ini masih bersama ayah. Aku ingin menghentikan penderitaan ibu. Karenanya aku memutuskan untuk tidak melanjutkan ke perguruan tinggi.  Jika itu hanya akan menambah beban bagi ibu.”

“Tapi seseorang akhirnya menyadarkan aku, terimakasih untuk dia karena telah menyadarkan dari pemikiran ku yang bodoh ini. Aku ingin bilang, jika Ibuku ada disini, Cantika akan ke perguruan tinggi ibu. Cantika akan menjadi cahaya dalam seni pertunjukan hidupmu ibu. Ibu adalah pemeran utama dan hadiah terbaik dalam hidup Cantika” Ucap Cantika dengan Lantang.

Namun tiba-tiba, muncul sesosok wanita dari belakang bangku peserta acara kelulusan menuju arah panggung. Ternyata itu adalah Asmita, ibu dari Cantika, Asmita rupanya sudah hadir ke acara kelulusan sekolah anaknya dari tadi dan berdiri di deret belakang bangku peserta. Ia telah mendengar pidato anaknya sambil menahan air mata haru. Cantika yang melihat kedatangan ibunya sontak menunjuk kedapan dan berbicara dengan lantang.

“Itu ibuku, Itu ibuku, dialah ibuku. Ibuku bukan figuran, bukan figuran dialah aktor sagala”, ucap Cantika sambil berlinang air mata dan mengangkat piala nya tinggi-tinggi.

Peserta yang hadir di acara kelulusan sekolah semuanya berdiri dan bertepuk tangan atas adegan yang mengharukan tersebut. Alan juga semakin kagum kepada Cantika atas keberaniannya berbicara mengenai perkerjaan ibunya di atas panggung dan tidak merasa malu. Kemudian setelah acara kelulusan sekolah selesai, Cantika berbicara dengan ibunya di depan gedung aula sekolah.

“Ibu, maafkan atas sikap cantika selama ini” Ucap Cantika sambil mencium tangan ibunya

“Tidak, tidak nak, ibu yang seharusnya minta maaf karena tidak bisa membuatmu bahagia” Ucap Asmita sambil menahan tangis.

Baca Juga:Setangkai Mawar untuk Mama


“Tidak bu, Aku sangat beruntung dan bahagia memilki seorang ibu yang luar biasa seperti dirimu. Bu aku akan melanjutkan pendidikan perguruan tinggi” Ucap Cantika

“Terima Kasih nak, Kamu memang anak kebanggaan dan cahaya hidup ibu”. Ucap Asmita sambil memeluk erat anaknya

“Aku memangilnya Ibu, hadiah terbaik yang dikirimkan Tuhan untukku”

-TAMAT-

Hikmah Cerita : 

Cerita ini mengajarkan agar kita lebih banyak bersyukur dan pentingnya menjaga komunikasi agar bisa saling mengerti. Cerita ini cocok menjadi bacaan para pelajar agar mereka dapat mengambil pelajarannya. Karena, masih banyak orang tua lain diluar sana yang rela susah payah mencari nafkah demi pendidikan dan kebahagiaan anaknya. Apapun pekerjaan orang tua, kita harus berbangga. Karena mereka tidak meminta balasan apa pum dan hanya ingin kita bahagia. Cukup dengan sekolah yang benar agar berprestasi dan bisa membanggakan orang tua kita.


Penulis adalah Siswa Kelas X Unggul SMAN 1 Lhokseumawe 

Berita Terkait

Posting Komentar

0 Komentar