Terjebak dalam Kegelapan

Terjebak dalam Kegelapan

 



Terjebak dalam Kegelapan

Oleh: Raymond Salim

Tik , tik , tik, suara itu terdengar jelas di kelasku yang kosong. Tampaknya di luar baru saja terjadi hujan rintik - rintik. Suasana yang dingin karena hujan membuat kulitku terasa sedikit menggigil. Pada saat itu aku baru saja menyelesaikan tugas sekolah yang sangat merepotkan. Kelasku tampak kosong dan gelap karena aku telat menyelesaikan tugasku. Bergegas aku keluar dari kelas dan melihat seluruh lorong sekolah yang gelap dan hanya di terangi lampu - lampu kecil. Kegelapan itu membuatku merasa sedikit takut karena sepertinya hanya tersisa aku sendiri di sekolah ini. Melihat jam di sekolah yang juga sudah menunjukkan pukul 18:37, aku segera berlari untuk pulang. Ketika menyusuri lorong lalu menuruni tangga, baru kusadari bahwa botol minumku tertinggal di dalam kelas. Menyadari hal itu, aku langsung berlari menuju kelasku tanpa memperdulikan apapun lagi. "Nah, itu dia botol minumku, ya ampun diriku ini ceroboh sekali" ucap aku yang sedikit kesal karena membuang - buang waktu yang berharga.

Baca Juga:BerandaCerpenKeluarga Boneka

Aku pun langsung bergegas menuruni banyak anak tangga dengan tergesa - gesa. Keburu - buruan tersebut membuat diriku yang memikul tas berat hampir saja terjatuh. Aku berkata dalam hati , "hufh capek juga ternyata berlari, masih agak jauh  sepertinya untuk sampai ke gerbang". Sekolahku ini sangat besar dan luas, membuatku harus berlari jauh dan menuruni banyak anak tangga untuk sampai ke gerbang sekolah. Saat sedang berlari, aku melihat kantin di depanku. Melihat kantin sekolah yang sepi dan gelap aku berkata , "serem juga ya kantin pada saat ini, biasanya kantin ini dipenuhi oleh siswa siswi, tetapi sekarang menjadi tempat yang sepi dan gelap". Aku pun ingin duduk sebentar di bangku kantin untuk beristirahat.

Saat aku baru saja menduduki bangku kantin, tiba - tiba terdengar suara langkah kaki dari seseorang. Mendengar itu sontak aku kaget dan langsung berlari dengan kecepatan maksimalku menuju gerbang. Saat berlari, diriku dipenuhi rasa ketakutan yang luar biasa dan aku berkata dalam hati, "sial ! suara darimana itu". Aku terus berlari dengan sangat kencang seolah merasa dikejar oleh seseorang. Tangga demi tangga sudah kuturuni, sampailah aku di lobby sekolah dengan wajah yang tadinya ketakutan sekarang menjadi penuh kebahagian. "Yess , akhirnya sudah sampai di lobby sekolah, sekarang tinggal menuju ke gerbang saja" ujar aku sambil berlari terus - terusan. Tetapi , saat sudah mendekati pintu keluar, akupun terdiam memandangi hujan yang semakin deras disertai dengan petir yang menyambar di langit yang hitam.  "Tampaknya sekarang hujannya sudah begitu deras , bagaimana ya?, aku juga lupa membawa payung, tanya aku kepada diriku sendiri yang sedang bingung. Ketika aku melihat jam tanganku , jam ternyata sudah menunjukkan pukul  18:55. Karena hujan yang semakin deras, aku pun memikirkan cara bagaimana caranya aku pulang ke rumah. 

Akupun berpikir untuk meminjam  payung dari sekolah, tetapi payung tersebut disimpan di gudang sekolah. Saat itu aku berkata "agak jauh sih sebenarnya jika mau menuju gudang dari sini, Ok lah gapapa , yang penting aku mendapatkan payung untuk bisa segera pulang".

Tiba - tiba saja seluruh lampu - lampu kecil di sekolah mati dengan sendirinya, membuat ruangan di sekolah yang sebelumnya sudah terasa gelap bagiku sekarang menjadi gelap gulita. Melihat ruangan menjadi gelap gulita membuat diriku menjadi sangat ketakutan dan berkeringat dingin. Untung saja pintu keluarnya sudah berada di depan mataku, itu membuatku sedikit merasa tenang. Aku pun langsung segera berlari menerobos hujan yang begitu deras tanpa mempedulikan apa yang terjadi sebelumnya. 

"Sepertinya itu gerbang sekolah, akhirnya aku bisa pulang  juga!" ucap aku dalam hati dengan perasaan gembira. Perasaan kegembiraan ku pun seketika hangus, ketika melihat gerbang sekolah yang terkunci dengan gembok yang besar. Pada saat itu , perasaanku tercampur aduk, dan tidak tahu harus berbuat apa lagi, jadi aku menendang dan memukul gerbang sekolah dengan sangat keras sambil berteriak, "heyyy...... apakah ada orang di sana, tolong !!!  aku terjebak di sekolah ini ! Tolong aku !!". Berkali - kali kuteriak dengan kata - kata yang sama , sayangnya tidak ada satu orang pun yang mendengarnya .

Aku pun merasa sangat pasrah dan sedih karena harapanku untuk pulang ke rumah terhalang oleh gerbang sekolah. Dinding di sekolah sangat tinggi, membuatku tidak bisa memanjatnya. Selain itu tidak ada jalan keluar lain lagi. Hatiku terasa hancur, perasaanku yang kesal, dan diriku yang terlihat menyedihkan. Sambil bermandikan hujan, aku terus berjalan menuju pintu masuk sekolah karena sekolah merupakan satu - satunya tempat yang bisa kutempati untuk saat ini. Air hujan terus mengalir di wajahku dan membasahi seluruh badanku, sambil berjalan aku menangis, tetapi bukan tangisan yang keluar lewat mata, melainkan tangisan dalam hati. Langkah demi langkah pun terlewati, dengan perasaan penuh kesedihan aku sampai juga di lobby sekolah. Tidak ada cahaya sama sekali di sini, kecuali cahaya di luar yang berasal dari petir yang menyambar. Pikiranku pun mulai terasa kosong, perlahan aku mulai merasa lemas dan pandangan mataku perlahan - lahan menjadi buram. Pada saat itu, aku terjatuh pingsan dan tergeletak di lantai dengan tubuh yang bermandikan air hujan.

Kira - kira setelah 45 menit berlalu, aku akhirnya terbangun dari pingsan. Penglihatanku menjadi buram karena baru bangun dari pingsan, aku seolah melihat kegelapan tanpa batas. Setelah penglihatan mataku mulai terasa normal , tetap saja aku melihat kegelapan yang rasanya tidak ada batasnya.

 Mulai kugerakkan kepalaku untuk melihat keadaan sekitar, ternyata ada cahaya yang membuat ruangan sekilas terang. Cahaya tersebut berasal dari petir yang menyambar. Hujan masih saja sangat deras membuatku mendengar suara petir dan hujan yang berisik. Badanku mulai terasa kedinginan karena sebelumnya mandi hujan. Sadar bahwa sudah lama berbaring, perlahan aku mulai bangkit dan bangun dari lantai yang dingin. Karena seluruh tubuhku terasa sangat dingin, akupun melepas seragam sekolah dan menjemurnya di bangku sekolah. Walaupun udara dari luar membuatku kedinginan , tetapi tidak lebih parah dari memakai baju yang basah. Aku menjadi pasrah karena keadaan ini dan tidak memiliki harapan apapun, jadinya aku tidak takut akan kegelapan lagi. Karena memang tidak ada yang bisa kulakukan kecuali menunggu sampai besok pagi. 

Akupun baru kepikiran kenapa tidak menggunakan hp saja untuk menelepon petugas sekolah. Segeralah aku mencari tas sekolahku dan akhirnya sudah kutemukan. Di dalam tasku aku menemukan hp dan baju ganti. Akupun langsung memakai baju ganti tersebut karena kedinginan. Saat kuhidupkan hp, entah mengapa HP ku tidak bisa hidup. Aku masih saja terus berusaha untuk menghidupkan hp tetapi usaha tersebut hanya sia - sia saja. Jam tanganku sudah menunjukan pukul 20.08, yang dimana tersisa 10 jam lagi sampai gerbang sekolah terbuka. 

Di dalam lobby sekolah yang gelap sambil memandangi hujan deras, aku berteriak dengan suara yang besar dan kencang "Huahhhhhhhhhhh". Aku berteriak karena ingin melepaskan gundah dalam hatiku. Setelah itu, aku mengangkat bangku sekolah lalu memindahkannya di dekat pintu masuk sekolah .Aku melakukan itu untuk duduk sambil menghabiskan waktu dengan memandangi hujan lalu tertidur sampai esok pagi. Setelah beberapa saat duduk di bangku, perutku pun berbunyi, "Oh Iyaa, aku kan belum makan malam" ucap diriku sambil menatap perut sendiri. Lalu ,aku melanjutkan perkataanku "Ah.. sudahlah, masa bodoh dengan perutku , aku akan tetap duduk di sini lalu tidur sampai esok pagi".

Lama - kelamaan aku mulai merasa ngantuk , lalu tertidur di bangku sekolah. Setelah beberapa saat, tiba - tiba ada seseorang yang mengejutkanku dari belakang, sontak aku terbangun dari tidurku dan kaget lalu berkata "Siapa lu !!! Mau apa lu di sini?", lalu seseorang tersebut menjawab "aku hanya mengelilingi sekolah ini dan bertemu kamu yang tampaknya sedang tertidur, karena aku usil jadinya aku mengejutkanmu hehe". "Dasar kamu membuatku terbangun dari tidur, awas kamu ya !!" Ucap aku yang kesal karena terbangun dari tidur yang lelap. "Haha , kalo begitu aku minta maaf ya telah membangunkan mu , perkenalkan namaku Rino Hafian, panggil saja aku Rino , lalu kamu siapa?, perkenalkan dirimu juga dong" Tanya Rino ke aku. Lalu akupun menjawab "Siapa juga yang mau memberitahu namanya ke orang yang ngeselin kayak kamu" jawab aku dengan perasaan yang kesal. Sekilas ku pandangi ke arah Rino, dan aku menduga  Ia merupakan adik kelasku karena masih terlihat muda dan kekanak- kanakan. 

Aku ingin melanjutkan tidurku tetapi tampaknya tidak bisa karena ada Rino yang membuatku tidak bisa tidur dengan nyaman lagi. Lalu, akupun bertanya kepada Rino "ngomong - ngomong kok kamu juga masih di sekolah ini ? Sebenarnya apa yang kamu lakukan ?" Tanya aku kepada Rino. Rino pun kemudian menjawab "Sebenarnya... aku itu dihukum oleh guruku selama 8 jam dari jam 12 siang karena terlibat dalam suatu masalah , jadinya aku masih berada di sekolah ini sampai sekarang." Rino pun bertanya kepadaku  "kamu juga kenapa masih berada di sekolah ini ? ,bahkan sampai tertidur seperti itu, haha" Tanya Rino dengan  usil. "Yah.. ceritanya panjang, intinya aku sangat sial di sekolah ini" jawab aku kepada Rino.

Aku pun merasa heran mengapa Rino masih terlihat tenang - tenang saja padahal ia juga terjebak dalam sekolah yang penuh kegelapan ini.  "Lalu , sekarang apa yang ingin kamu lakukan Rino ?" Tanya aku kepada Rino. Lalu, Rino pun menjawab dengan senyumannya yang terlihat mencurigakan" Ayok , kita uji nyali di sekolah ini , berani ga kamu?" . "Berani lahhh  siapa  yang takut coba" jawab aku dengan sombong. "Okehh, mari kita buktikan siapa yang paling berani, sekarang kita cari lilin atau senter terlebih dahulu di ruangan sarana dan prasarana, ayok kita lomba lari ke sana" ujar Rino dengan semangat . aku menjawab " okeee, 1..... 2.... 3.... mulaiii". Lomba lari antara aku dan Rino pun dimulai. Aku terus berlari dengan sangat kencang dan tampaknya sudah melewati Rino, tetapi pada satu waktu Rino menjadi lebih cepat dari diriku. Saat di pertengahan jalan menuju ruangan sarana, kami masih terus berlari dengan penuh semangat, dan pada akhirnya hasil lomba lari dimenangkan oleh kami berdua alias seri.   "Haha , yang tadi seru sekali" ucap Rino dengan senyum. "Sial, padahal sedikit lagi aku sudah bisa menang" ucap aku dengan kekecewaan tetapi walaupun begitu pertandingan tadi tetap menyerukan. Setelah itu aku dan Rino mencari - cari senter atau lilin tetapi belum menemukannya. Pada akhirnya, kami menemukan sebuah lilin yang nampaknya sudah sangat lama sekali tidak terpakai di dalam lemari bekas. Rino kemudian mulai mengajakku memulai uji nyali di sekolah ini, akupun langsung menyalakan lilin dengan korek api yang kuambil dari tasku dan memulai uji nyali bersama dengan Rino. Kami cuman menemukan 1 lilin saja, jadinya harus berhemat dalam menggunakan lilin ini.

Uji nyali pun dimulai, pertama kami ingin menuju ke ruangan pentas yang sudah lama ditinggalkan. Saat sudah sampai di sana, aku dan Rino memandangi ruangan pentas yang berserakan membuat suasana ruangan menjadi sedikit menakutkan. "Heyy coba lihat ke sini" ucap Roni kepadaku. Begitu aku ke sana, terlihat patung - patung  atau manekin yang awalnya digunakan untuk memajang baju - baju yang akan dipakai oleh pemeran, sekarang sudah tidak terpakai dan hancur. 

Muka manekin - manekin tersebut terlihat mengerikan. Seketika kami pun meninggalkan ruangan tersebut dan melanjutkan kegiatan uji nyali. Tempat kedua yang kami kunjungi yaitu toilet. Karena toilet merupakan salah satu tempat populer untuk melakukan uji nyali. Ketika mau menuju ke toilet, kami mematikan lilin agar lilin tidak cepat habis. Saat kami sudah sampai di toilet, segera kunyalakan lilin dengan korek. Rino berkata "kamu siap ga melakukan uji nyali di sini?" Aku pun menjawab Rino dengan berkata dengan semangat padahal aku sendiri sedikit merasa ketakutan "Siap la !". Kami pergi ke toilet lama untuk membuat suasana semakin menegangkan. Toiletnya memiliki banyak juga ruangan dan lantainya sudah sangat kotor. Pada saat itu aku merasa ingin membuang air kecil, jadi aku menyuruh Rino untuk menunggu di luar pintu kamar mandi. Toiletnya kotor dan mengerikan, segera ku buang air kecil . Saat aku sudah siap membuang air kecil , tiba - tiba Rino pun menghilang. 

Aku pun menjadi sedikit panik dan takut. Setelah mengelilingi toilet aku tidak menemukan Rino, tiba - tiba ada suara seperti barang terjatuh. mendengar suara itu, aku kaget dan langsung cepat - cepat berlari keluar dari toilet. Ketika aku keluar dari toilet muncul Rino yang mengagetkanku dengan usil. Rino pun berkata "Hahaha , kamu pasti panik mencariku lalu kaget karena kotak yang kubuat jatuh, menegangkan sekali ya kan" ujar Rino dengan muka usilnya. "Ternyata suara itu ulah kamu ya , dasar Rino"  ujar aku kepada Rino dengan perasaan marah.

Lilin tersisa setengah batang dan jam pun sudah menunjukkan pukul 22:13. Kami melanjutkan uji nyali ke perpustakaan. Ide uji nyali ini berasal dari diriku sendiri dan Rino setuju - setuju saja samaku. Ini adalah kegiatan uji nyali terakhir karena lilin yang kami pegang sudah  tersisa setengah batang. Kami ke perpustakaan untuk mencari buku horror lalu membacanya. Seperti biasa kami tidak tidak menyalakan lilin ketika sedang menuju tempat uji nyali. Rino tampaknya masih bersemangat untuk melakukan uji nyali di sekolah, padahal aku sudah terasa capek. Jalan untuk menuju perpustakaan sedikit jauh, jadinya kami beristirahat di bangku yang ada di sekitar kami. Sambil duduk , kami banyak bercerita tentang hal - hal yang konyol atau lucu yang kami alami, sampai kami menghabiskan sekitar 30 menitan untuk mengobrol tentang kejadian lucu dan masalah - masalah yang kami alami. Itu membuat hubungan kami semakin dekat seperti sudah menjadi teman ataupun sahabat. Mungkin Rino adalah teman pertamaku yang bisa membuatku merasakan apa itu pertemanan yang sebenarnya. Selama ini aku mempunyai teman yang hanya mengambil keuntungan dariku. Orang - orang yang seperti itu tidak bisa kuanggap sebagai teman. Namun berbeda dengan Rino, Rino itu orang yang asik dan riang. Dia juga memiliki hati yang baik walaupun sedikit usil. Yah begitulah Rino, dia adalah sosok yang bisa dijadikan sebagai teman sejati.

Saat sedang asik - asiknya mengobrol, terdengar suara barang jatuh dan petir yang sangat besar bunyinya. Kejadian itu membuat kami berdua sangat kaget dan langsung berlari menuju perpustakaan. Sesampainya di perpustakaan, kami sudah kecapekan karena berlari terus - terusan, tetapi sangat seru karena kami seakan sedang dikejar sesuatu. Beruntungnya perpustakaan sepertinya lupa dikunci oleh petugas sekolah. Kami langsung memasuki perpustakaan dan di dalamnya juga gelap. Perpustakaan sekolah kami di kelilingi oleh banyak jendela , jadinya kami bisa melihat hujan yang begitu deras , dan juga petir yang menyambar. Kemudian, aku menyalakan lilin yang tersisa setengah batang dengan korek apiku. Rino bertanya kepadaku "hey, buku horror seperti apa yang akan kita cari ?". Sambil memegang lilin, aku menjawab "Hmm, aku juga tidak tahu". Lalu, Rino dan aku berkeliling perpustakaan untuk mencari buku horror. Nampaknya, tidak ada buku horror yang menarik bagi kami berdua. Namun, kami terus mencari ke seluruh rak perpustakaan, dan akhirnya kami mungkin menemukan satu buku yang menarik. "Hey Rino, buku yang berjudul  'Kegelapan Dalam Kehidupanku'  ini nampaknya menarik". Alasan buku ini menarik karena sepertinya menceritakan tentang kehidupan seorang tokoh, dimana tokoh tersebut menjalankan kehidupan penuh kegelapan. Begitulah sinopsis yang kubaca secara singkat dari buku itu. Rino pun setuju untuk mengambil buku itu. Kemudian, kami berdua berniat membaca buku ini di dalam kelas saja, sambil menghabiskan waktu lalu tidur.

Rino ingin membaca buku ini di kelasku . Tetapi aku pun berkata pada Rino "jarak dari perpustakaan ke kelasku itu lumayan jauh loh, apakah kamu yakin mau ke sana ?". "Iyaaa tentu saja !, tidak apa - apa walaupun jauh ,karena kita bisa berjalan sambil mengobrol" jawab Rino. Aku pun setuju - setuju saja ke kelasku asalkan Rino juga mau. Dalam perjalanan menuju kelasku , kami mengobrol banyak, tetapi ada 1 obrolan yang tidak kupahami, "mungkin saja itu berhubungan dengan privasi Rino" pikirku , makanya masalah tersebut belum sepenuhnya bisa kupahami dengan jelas.. Setelah beberapa obrolan, kami sudah sampai di kelasku. Suasananya juga sama seperti di perpustakaan, yaitu gelap disertai suara hujan dan petir yang menyambar. Kami berdua duduk di kursi paling belakang, yaitu tempat dudukku yang biasa di kelasku. 

Aku langsung menyalakan lilin yang tersisa seperempat batang. Rino berkata, "Hey, siap untuk membaca buku ini ?" Aku lalu menjawabnya "Tentu saja, mari kita membacanya bersama - sama". Suasana kelas yang lumayan dingin disertai kegelapan membuat kami yang membaca buku horror merasa merinding dan takut. Untuk membuat suasana tidak menjadi menegangkan, kadang - kadang Rino membuat lawakan dan bercanda denganku. Kebersamaan tersebut terasa hangat di suasana ruangan yang dingin dan menegangkan. 

'Kegelapan Dalam Kehidupanku' , buku tersebut berhasil membuat kami merasa ketakutan, walaupun ada candaan dan lawakan dari Rino , tetapi tetap saja aura kegelapan dari buku ini mengalahkan kami. Cerita dalam buku tersebut sangatlah gelap. Benar - benar terasa seperti kita yang mengalami kehidupan gelap tersebut. Saat membaca klimaks dari ceritanya , Rino berkata kepadaku "Penulis buku ini tampaknya sangat ahli dalam membuat cerita  ini, cerita ini benar - benar kompleks. "Iya kan ?" Tanya Rino kepadaku. "Iya sih cerita ini merupakan jenis cerita horror yang baru pernah kubaca, benar - benar cerita yang unik" Jawab aku. "Ah.. Sudahlah, aku benar - benar menyesal membaca cerita ini" ujar Rino yang sedang ketakutan. Penulis buku ini seolah sedang menyiksa tokoh utamanya dengan membuat kehidup yang dijalankannya penuh dengan kepedihan dan kesengsaraan. "Benar - benar cerita yang mengejutkan juga memilukan" ucap aku . Saat sudah di akhir cerita , kami berdua terdiam memandangi buku yang kami baca. Karena di akhir cerita, sang tokoh utama mengakhiri hidupnya dengan menggantung diri. Ketakutan terus menyelimuti kami berdua. "Penulis dari cerita ini benar - benar hebat , bisa membuat cerita seperti ini, sangat hebatt kan ??!!" Tanya aku ke Rino. Rino tampaknya hanya terdiam sambil memendam sesuatu dalam hatinya. Aku tidak tahu dan mengerti apa masalah yang sedang dialami olehnya sekarang Kemudian lilin pun mati, membuat satu - satunya cahaya kehangatan di kelas hilang seketika.

Jam tanganku sudah menunjukkan pukul 00:21, sudah sangat malam, tetapi hujan malah semakin deras dan petir terus menerus menyambar. Aku sama sekali tidak mengerti mengapa cuaca hari ini berbeda dengan yang pernah kulihat seumur hidupku. Semenjak membaca buku itu, ekspresi Rino benar - benar berubah total. Dari yang awalnya penuh semangat dan riang sekarang menjadi muram dan lemas. Padangan matanya pun menjadi kosong dan hanya menatap ke bawah lantai. Aku terus bertanya kepada Rino "apa yang terjadi denganmu?". Tetapi dia hanya merespon dengan "ntahlah, aku tidak tahu". Aku tidak mengerti apa yang terjadi dengan Rino, dia hanya termenung dari tadi memandang buku tersebut. Kemudian, Rino akhirnya berbicara , dia berkata "Kamu.. tidur saja, biarkan aku duduk di sini". Aku menjawab "Oh, baiklah Rino , kamu juga cepat tidur ya". "Selamat tidur !" ucap aku sebelum tidur. Jam 00.39 aku sudah tertidur, tetapi Rino nampaknya masih duduk diam sambil termenung, seperti ada masalah yang tidak bisa dia ungkapkan.

Keesokan paginya, jam menunjukkan pukul 05.30. Aku terbangun karena tiba - tiba terdengar suara petir menyambar dengan sangat keras. Diluar masih terjadi hujan deras , aku benar - benar tidak paham dengan cuaca saat ini. Ku lihat sekelilingku dan aku tidak melihat Rino. Buku yang berjudul 'Kegelapan Dalam Hidupku' juga hilang. Kemudian aku bergegas mencari Rino yang keberadaan tidak diketahui. Aku mencarinya di seluruh ruangan sekolah tetapi masih belum menemukannya. Aku terus berlari mencari Rino setiap ruangan sudah kucek tetapi masih juga belum menemukan Rino. 

Perasaanku yang penuh kegundahan dan kecemasan membuat aku menjadi gila.Aku terus berlari sangat kencang mengecek setiap ruangan sekolah , tapi tidak menemukan Rino. Ada 1 tempat lagi yang belum kuperiksa, yaitu lantai paling atas. Aku bergegas menuju lantai paling atas dan menyepak pintunya dengan kakiku. Tampaknya aku melihat seseorang di pagar. Aku menduga itu Rino dan hatiku langsung tenang karena pagar di sekolah ini sangat tinggi dan tidak mungkin ada murid yang bisa melakukan bunuh diri. Aku berteriak "Oiiii !!!! Rino, apakah kau mendengarkanku !!!??, Oiiiiii !!!! apa yang kau lakukan di sana ?!!". 

Saat sudah mendekati Rino , aku melihat Rino yang kelihatannya sedang berdiri di pagar. Aku tidak melihatnya dengan jelas karena hujan yang sangat deras menghalang pandangan mataku. Suasana udara yang dingin dan hujan deras disertai petir yang menyambar ,aku terus berlari menuju ke Rino , Rino terlihat sedang menatap langit dengan tatapan yang kosong. Aku makin memaksimalkan kecepatan lariku , sampai pada akhirnya.... . Orang yang berdiri di pagar tersebut melakukan bunuh diri dengan terjun dari lantai tertinggi. "Sialllllll !!! Sialllll !!! Sialllllllllll !!!" Aku berteriak dengan sangat kencang dan kuat sambil menangis di keadaan hujan yang deras. "Bagaimana mungkin dia bisa melakukan bunuh diri di siniii ??!!! Tidak mungkinn !!!! Sialannn.. !!!! Bagaimana mungkinn !!!!" Teriak aku saat melihat kejadian yang membuat hatiku seperti tersayat pisau  . Saat kudekati aku dibuat terkejut oleh pagar tempat Rino bunuh diri, ternyata pagar tersebut dibuat bolong olehnya. Terlihat darah yang masih tersisa di pagar. Sepertinya Rino menggunakan tangan dan alat sederhana yang ia temukan untuk membolongi pagar sekolah.  Aku menangis dengan sangat keras dan kencang. Hatiku terasa sangat hancur sampai aku merasa ingin bunuh diri juga. Aku pun segera bersiap untuk melakukan bunuh diri. Akan tetapi, banyak murid yang tiba - tiba datang untuk mencegahku karena melihatku ingin melakukan hal yang sama seperti Rino. Kejadian tragis yang kulihat benar - benar membuat diriku terasa hancur dan menyedihkan.

Sebelum melakukan bunuh diri, Rino meninggalkan buku yang berjudul 'Kegelapan Dalam Kehidupanku' di belakangnya. Buku itu sekarang sudah dibakar oleh pihak sekolah karena diduga menjadi penyebab mengapa Rino melakukan bunuh diri saat itu juga. Buku itu mungkin berhubungan dengan kehidupan Rino yang sekarang ini. Saat sedang menceritakan masalah masing - masing ia juga tampaknya menghindari pembicaraan mengenai masalah yang berhubungan dengan kehidupannya. Aku benar - benar tidak mengerti dengan alasan dia melakukan bunuh diri. 

Padahal awalnya ia selalu tersenyum riang dan gembira. Tetapi setelah membaca buku itu , sikapnya menjadi sangat aneh. Buku yang ia baca mungkin saja menyuruh dia untuk melakukan bunuh diri karena kehidupan ini tidak berguna serta dipenuhi kegelapan. Mungkin juga berhubungan dengan masalah pribadinya. Banyak dugaan yang muncul di pikiranku. "Aku juga tidak tahu lebih jelasnya dan aku benar - benar merasa sangat menyesal memilih buku itu untuk dibaca, jika saja tidak membacanya , mungkin dia masih tetap ada di sini dan kami bisa mengobrol bersama lagi" ucap aku sambil menangis. Sepanjang hari, aku terus mengingat betapa serunya kejadian - kejadian yang kami alami di sekolah, candaan Rino, serta obrolan kami. Semua itu pastinya tidak dapat terulang lagi. Rino membuatku tahu  walaupun kehidupan terasa membosankan, tetapi dengan adanya kawan yang terus menemani dengan perasaan riang, kehidupan yang awalnya terasa membosankan sekarang menjadi sangat seru. Apalagi kebersamaan yang terbentuk dan membuat suasana menjadi hangat. Itu semua sudah kurasakan ketika saat - saat bersama Rino. 

Bagiku Rino itu teman sejatiku yang tidak akan pernah tergantikan oleh siapapun. Kejadian bunuh diri Rino masih sangat jelas kuingat. Rino tampak pasrah dan sedih sebelum melakukan hal itu. Kejadian ini terus menerus menghantui diriku. Setiap hari yang kujalankan terasa hambar seperti tidak ada tujuan yang ingin kugapai lagi.

 Aku sudah tidak bersekolah selama 1 bulan sejak kejadian Rino. Aku terus merasakan kesedihan dan ketakutan akibat trauma yang mendalam. Tiap hari aku mengurung diri dikamar dan jarang mengonsumsi makanan. Pada suatu malam, aku bermimpi. Di dalam mimpi itu terlihat Rino yang menungguku di suatu tempat. Akupun langsung berlari menuju ke arah Rino. Kemudian Rino menoleh ke arahku dan berbalik badan sambil tersenyun memandangku. " Oiiiii !!! Rino, akhirnya aku berjumpa lagi denganmu. 

Di dalam mimpi tersebut aku terus berlari menuju ke arah Rino tetapi tampaknya mustahil aku bisa ke sana karena sejauh apapun aku berlari, tetap tidak akan bisa mendekati Rino. Aku hanya bisa melihat senyumannya saja dari jarak yang lumayan jauh. Rino berkata dengan suara yang besar "Hey sobatku, kesedihanmu membuat hatiku juga terasa perih, jadi janganlah kau bersedih terus - terusan".Rino melanjutkan perkataannya "Aku akan bisa hidup dengan tenang bila kau tidak bersedih lagi" . 

Setelah Rino mengakhiri perkataannya, aku pun terbangun dari mimpi tersebut. Menyadari bahwa kesedihan terus - terusan itu membuat Rino semakin menderita, akupun berhenti bersedih walaupun sulit rasanya bagiku untuk melupakannya. Perlahan - lahan aku melangkah sedikit demi sedikit dari kesedihan dan akhirnya keluar dari kesedihan walaupun belum sepenuhnya. Demi meringankan trauma mentalku, akupun mengunjungi dokter psikologis, membuatku sedikit merasa lebih baik dan termotivasi. 

Setelah keluar dari kesedihan, akupun mulai bersekolah lagi. Sudah 1 bulan aku tidak bersekolah. Saat dalam perjalanan sekolah, seperti biasa aku selalu sendirian berangkat ke sekolah. "Rasanya akan lebih baik lagi jika dia masih di sampingku" ucap aku sambil tersenyum memandang ke langit yang cerah". Semenjak itu, aku menjalani hari - hariku dengan baik walaupun kejadian Rino masih melekat di kepalaku.

Penulis adalah Siswa Kelas X - 9 Unggul SMA Negeri 1 Lhokseumawe 

Berita Terkait

Posting Komentar

0 Komentar