Teknik Menulis Puisi dan Permasalahannya

 

Oleh: Mukhlis, S.Pd., M.Pd.


"Penulis yang Baik adalah Pembaca yang Cerdas"

Pernyataan di  atas,  membuktikan bahwa  keterampilan menulis berkaitan erat dengan membaca. Jika keterampilan menulis termasuk kegiatan produktif, maka membaca termasuk dalam kegiatan konsumtif. 

Sebuah karya yang hebat ditentukan dari bagaimana penulis mengonsumsi bahan bacaan. Kualitas membaca mempunyai korelasi yang signifikan dengan produk  tulisan.

Baca Juga:

Sastra dalam Perspektif Islam

Daniel Parera (1996:26) menyatakan bahwa bacalah sebanyak - banyaknya. Apa yang kamu baca akan bersarang di benakmu. Akan tetapi, apa yang tersimpan di bawah alam sadarmu suatu saat akan keluar dalam bentuk tulisan.  

Analogi yang tepat untuk kutipan pendapat tersebut adalah membaca ibarat seseorang mengonsumsi makanan. Apabila Ia banyak mengonsumsi makanan, maka ia akan melakukan produktivitas yang tinggi. 

Dua paragraf pengantar di atas  adalah upaya penulis  menggiring pembaca ke arah penulisan puisi. Pertanyaannya mengapa puisi yang dijadikan objek dalam Esai ini? Jawabannya adalah sekaligus menjawab beberapa pertanyaan para sahabat Facebook yang selalu melontarkan soal tanya ketika penulis melakukan postingan di beranda penulis.  Menulis puisi sebenarnya hanya olah kata dalam unit-unit  dan menempatkan tema secara tepat. 

Amatan penulis di sosial media, banyak penulis puisi sering melupakan roh sebuah puisi. Kadang temanya entah kemana? Lariknya tidak beraturan, diksi sering tidak cocok dengan isi yang diemban oleh misi tema yang dibawakan. 

Namun yang mendominasi adalah gaya bahasa yang digunakan kadang terlalu lebay ( dalam bahas Jawa disebut leway). Sebagian penulis beranggapan bahwa sebuah puisi adalah tumpukan gaya bahasa dan diksi yang mewah, akan tetapi mereka luput dari konsep -konsep aliterasi dan konsonansi. 

Untuk menjawab pertanyaan pembaca di media sosial pada setiap postingan penulis. Berikut  disajikan beberapa teknik menulis puisi berdasarkan pemahaman penulis. Penulisan puisi dibagi dalam tiga versi, yaitu menulis berdasarkan inspirasi, perenungan dan menulis berdasarkan objek yang telah ditentukan. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada uraian berikut:1.

1. Menulis Puisi Berdasarkan Inspirasi

inspirasi adalah suatu proses yang mendorong atau merangsang pikiran untuk melakukan sesuatu tindakan terutama melakukan sesuatu yang kreatif.

Selanjutnya, Inspirasi merupakan suatu proses dimana mental dirangsang untuk melakukan tindakan setelah melihat atau mempelajari sesuatu yang ada di sekitar. Dengan bahasa lain inspirasi adalah sebuah karunia yang diberikan tuhan kepada hambanya. 

Hampir semua makhluk hidup ( manusia ) memiliki rangsangan jiwa terhadap suatu permasalahan yang ingin diungkapkan. Namum hanya sedikit di antara mereka yang mampu menangkap sehingga berwujud sebuah maha karya yang bermanfaat bagi orang lain. Seandainya manusia mampu dan peka mengelola inspirasi, mungkin hampir setiap waktu berlalu sudah menghasilkan karya. 

Selanjutnya, inspirasi tidak pernah datang berulang dalam kepenulisan puisi. Penyair hebat memahami hal ini. Inspirasi datang menjenguk sang penyair hanya sekejap saja setelah itu pergi tanpa meninggalkan bekas sedikitpun. 

Lalu kapan inspirasi itu datang? Nah untuk menjawab pertanyaan  adakah  waktu khusus yang bisa ditentukan  menunggu datangnya inspirasi. 

Pengalaman menunjukkan bahwa penulis secara pribadi pernah bangun tengah malam mencatat inspirasi yang datang, lalu ditulis dalam bentuk puisi. Faktor kelelahan, kesehatan dan keseriusan yang memudar membuat inspirasi tak dapat dituangkan dalam bentuk karya. Perkiraan penulis hampir setiap sepekan penulis kehilangan karya-karya brilian akibat dari kecerobohan mengelola inspirasi. 


Penyair yang profesional memandang inspirasi ini sebagai sebuah Ilham dalam menulis. Kepribadian penyair dalam menulis juga berperan dalam mengolah inspirasi kearah proses kreativitas yang tinggi.

 Ada penyair yang dapat menulis di tengah keramaian dan ada juga membutuhkan ruang dan waktu yang sepi, nyaman dan aman dari hiruk-pikuk dunia. Sebenarnya faktor faktor tersebut bukan penghambat dalam menulis, yang paling penting adalah kemauan dan motivasi dalam mengelola Inspirasi, sehingga tidak ada inspirasi yang menghampiri penulis lalu pergi lagi.


Hal yang biasa dilakukan agar inspirasi muncul yang pertama adalah mencari referensi puisi dari penyair-penyair lewat buku puisi, majalah sastra, koran, dan bahkan internet. Kita akan mendapat inspirasi setelah membaca beberapa karya penyair tersebut, karena dengan membaca seseorang akan lebih mudah untuk menulis atau menuangkan ide-ide dalam bentuk tulisan. Namun bila inspirasi tersebut belum muncul coba langkah kedua. 

Langkah kedua, melakukan hal-hal yang disukai seperti membaca novel, menata bunga-bunga di taman, mendengarkan musik, bersepeda, atau pergi ke tempat favorit.

 Seseorang akan lebih tertarik dengan hal-hal yang disukai sehingga hal ini dapat mengirimkan inspirasi dalam menulis puisi. Apa yang dilihat, didengar, dirasa dapat menjadi tulisan dalam puisi, dan butuh sedikit pembenahan bila menginginkan puisi yang lebih bagus, seperti memilih diksi, penggunaan majas dan sebagainya.

2. Menulis Puisi Berdasarkan Perenungan

Beberapa sahabat pernah mengeluh tentang hal penulisan puisi. "Saya harus mulai dari mana?" , " Lalu bagaimana cara mulai?darimana idenya? Keringnya pengetahuan terhadap ilmu menulis dan referensi yang ingin dijadikan ide utama membuat penulis satgnan dalam berkarya. Nah ..! Untuk menjawab pertanyaan sejenis yang telah dilontarkan di atas  perenungan merupakan proses menulis puisi yang lebih tepat dalam melatih diri dalam menulis.

Jika dilihat secara etimologi perenungan itu sendiri berasal dari kata dasar renung  yang tergolong dalam kelas kata kerja yang bermakna adalah suatu kegiatan berpikir  diambang sadar dan tidak. Kegiatannya sering disebut dengan merenung dan hasil dari merenung namanya renungan. Ketika hukum afiksasi melekat pada kata tersebut maka muncullah kata "perenungan" . 


Perenungan dalam hal ini bermakna suatu proses berpikir di luar ilmiah yang dipandu oleh halusinasi jiwa tentang masa lalu, sekarang, dan akan datang. Kebiasaan hal hal yang menjadi perenungan  kebanyakan bersifat individual.  Proses berjalan dalam ruang waktu alam bawah sadar inilah yang membuat penyair mampu menghasilkankan karya yang kaya yang bernuansa puitis.

3. Menulis Puisi Berdasarkan Objek

Dalam buku Tertib Menulis, Sabarti Akhadah ( 1999) Membagi tahap menulis dalam tiga bagian, yaitu tahap pramenulis, tahap menulis, dan tahap pascamenulis. Tahap pramenulis adalah tahap penulis menentukan tema menyusun kerangka tulisan dan mengumpulkan semua referensi yang berhubungan dengan tema yang telah dipilih sebelumnya. Tahap selanjutnya adalah tahap menulis. 

Biasanya tahap ini merupakan tantangan tersendiri dalam menulis. Kepiawaian mengunakan kalimat -kalimat dalam untaian yang sistematis dan mengusung satu tema yang padu. Kemampuan mengatur ide atau gagasan secara apik dan tidak menggunakan kalimat yang ambigu merupakan suatu Ilmu tersendiri yang tidak dapat dikupas pada badan tulisan ini. 

Ketika tulisan sudah dianggap rampung, maka tahap ketiga yaitu tahap pascamenulis atau sering dikenal dengan tahap revisi. Revisi yang dilakukan adalah proses cross and check terhadap tulisan yang sudah dibuat. Secara umum yang direvisi meliputi penggunaan tanda baca, kalimat efektif serta pengembangan ide yang berulang.

Salah satu pendekatan yang dapat digunakan dalam penulisan puisi adalah teknik objek langsung. Teknik ini menggunakan objek secara langsung. Objek yang dimaksud adalah benda, orang, dan suasana yang mau dijadikan sebuah puisi. Sebelum puisi dilahirkan dari objek ini, penulis diwajibkan mengobservasi semua bagian dari objek yang dijadikan puisi secara mendetail. Puisi- puisi yang ditulis dengan teknik objek langsung sangat praktis dilakukan oleh penulis pemula. 

Setelah observasi dilakukan secara saksama, penulis dituntut untuk menghidupkan imaji dan diksi secara tepat untuk menciptakan bahasa yang bernuansa.


Simpulan:

Setiap penulis dituntut untuk banyak membaca dan mengobservasi objek yang mau ditulis. Selanjutnya menulis puisi juga merupakan sebuah kreativitas dalam menuangkan gagasan yang apik dalam bentuk puisi. Agar puisi puisi yang ditulis bernilai sastra tinggi penulis dituntut harus membaca karya karya penyair terkenal.

Penulis adalah    Pemimpin Redaksi Jurnal Aceh Edukasi dan Guru SMA Negeri 1 Lhokseumawe 

Berita Terkait

Posting Komentar

0 Komentar