Aku Fathia Balqis, biasa disapa Tia, anak keempat dari lima bersaudara.Ayahku seorang pedagang kelontong grosiran besar di pasar dekat rumahku. Dia Terkenal dengan kejayaan tokonya yang bernama “Berkat”. Berkat kala itu berdiri dengan megahnya menjadi toko grosiran terlengkap di daerahku.
Sedangkan Ibu,hanya seorang ibu rumah tangga yang biasanya mengurusi kebutuhan ayah dan lima orang anaknya. Seorang ibu yang hebat dengan ambisiusnya mendidik anak-anak dengan baik berharap kesuksesan akan menjemput kami.
Aku memiliki keluarga yang lengkap dan itu cukup membuatku bahagia.Seorang kakak perempuan pertama dengan perawakan pendiam namun ada ketegasan dalam dirinya. Abangku juga dengan sikap tegas yang selalu menjaditamengkalauayahtidakadadirumah.Kakakkuyangketiga,yang menjadi sahabat aku di rumah, manusia yang paling dekat denganku diantara yang dekat.Dan adikku si bungsu yang paling simple hidupnya, yang selalu manja dengan semua kakak-kakanya. Sungguh sempurna, rasa syukur selalu hadir dalam diri ku atas kenikmatan yang Allah berikan.
Pada Tahun 2010,tahun yang cukup bersejarah bagi hidup kami. Hari minggu kala itu, ayah pulang berjualan dari pasar begitu cepat dari biasanya. Dia Mengeluh lemas dan langkahnya terasa berat. kakinya muncul gelembung besar berair yang membuat dia kesulitan untuk berjalan dan memakai alas kaki. Namun,karena merasa sakit itu, dia tetap berusaha pulang ke rumah untuk beristirahat.Disambut oleh ibu dengan sedikit panik dan masih belum tahu bertindak apa untuk kondisi Ayah saat ini. Ibu hanya menyarankan ayah untuk tidur, lalu dia berusaha bertanya dan mencari obat ke klinik dekat rumah kami.
Kondisi ayah sejak saat itu semakin memburuk, dia diagnosa terjepit urat saraf bagian punggung. Penyakit itu berefek ke seluruh tubuhnya, tangannya kini sudah susah digenggam dan sulit memegang benda apapun. Jalannya pincang dan sudah tidak stabil,sesekali kadang butuh dipegangi walau hanya sekedar ke kamar.
Penulis adalah Alumni SMA N 1 Lhokseumawe, Saat ini sedang Menempuh Pendidikan di Universitas Malikussaleh.
0 Komentar