Oleh: Putri Azhari
jiwanya sudah padam,
harapan pun telah hilang.
Kento, andai di waktu itu aku tahu tentang masa depan,
Akan ku teriaki tubuh tegap siap berperang mu itu sekeras mungkin..
Akan aku tarik tubuh kuat mu ke dalam dekapan.
Ajal tengah merapat, tidak perduli lemah atau kuatnya dirimu, dia, sang kematian kian mendekat.
Ucapmu di tempo hari adalah tidak akan ada yang mencari jika pun kamu menghilang.
Nyatanya, ribuan jiwa ini mencari mu, mengharapkan mu untuk kembali lagi.
Baca Juga: Harmoni dalam Keseimbangan
Kento, sesal ku tidak pernah berhenti, sedih ku sudah tidak teruji lagi. Ken, masih banyak momen yang belum terwujud lagi, masih terlalu banyak masa untuk kita tapaki, masih ada hari yang harus kita ulangi walau itu hanya sekedar mampir di toko roti atau pun belajar matematika bersama.
Ken, rindu mu kepada sang sahabat baik sudah tidak terbendung lagi ya sampai kamu tidak sabar untuk menjumpai?
Takdirmu di tengah kota Shibuya memang sudah menyatu dengan yang namanya mati, namun nama maupun pencapaian yang kamu buat tidak pernah mati walau yang jahat membakar mu berkali-kali. Jiwa mu kini tetap abadi walau sang penunggu mu seperti ku sering marah kepada yang sepantasnya mati.
Tapi Ken, tidak dapat terhitung lagi manipulasi keikhlasan atas matimu, tapi itu tetap aku jalani. Terima kasih sudah berjuang sampai akhir, terima kasih sudah berusaha menerima diri dan takdir di detik terakhir.
Selamat bertemu dengan sahabat yang selalu menjalin kasih, dan selamat jalan untuk mu,
Nanami Kento yang terkasih.
Lhokseumawe, September 2023
0 Komentar