Mencipta Sosok Fiktif Nan Imajinatif dalam Cerpen


Oleh :Mukhlis, S.Pd., M.Pd.

Menulis sastra adalah suatu kegiatan berpikir yang imajinatif. Imanjitif sendiri merupakan adalah suatu pola pikir secara kreatif dan inovatif.  Pertanyaan pemandu dalam tulisan ini adalah bagaimana sih peran tokoh dalam cerita yang imajinatif. Pertanyaan seperti ini kadang jarang diperhatikan oleh penulis, apalagi yang baru berkutat dalam dunia kepenulisan.  Apalagi si penulis belum banyak mengonsumsi tulisan- tulisan yang bernada fiksi .   

Pengalaman dari amatan penulis dalam menilai tulisan cerpen di kalangan peserta didik menunjukkan bahwa tokoh yang digunakan dalam cerita fiksi terlalu satgnan. 

Artinya tokoh yang seharusnya berfungsi sebagai pengantar alur dalam cerita jadi mengambang, sehingga ketertarikan pembaca untuk menyusur lebih dalam cerita jadi terhenti. Sudah dipahami bersama bahwa peran tokoh dalam cerita fiksi adalah roh yang harus dihembus pada setiap bidang cerita yang dihantarkan. 

Baca Juga Sembilan Langkah Menulis Konsep Tanpa Plagiat

Lalu siapa tokoh bagaimana perannya dalam cerita fiksi.? Sujiman Panuti ( 1998 : 23) mengemukakan bahwa tokoh adalah sosok rekaan yang diciptakan oleh pengarang dalam cerita. Perannya  punya korelasi erat dengan cerita. 

Selanjutnya  tokoh secara umum mempunyai tiga dimensi yaitu dimensi psikologis, phisiologis dan sosiologis. Ketiga dimensi tersebut akan dikupas secara jelas pada tubuh tulisan ini. Dimensi psikologis artinya tokoh yang dihadirkan dalam cerita fiksi adalah punya psikologis yang mapan dan mirip dengan tokoh dalam  cerita nyata. Jika merujuk pada ilmu psikologi tokoh itu punya perubahan sikap atau tingkah laku sebagaimana yang ada dalam teori behavior

Perubahan karakter tokoh yang tidak tetap membuat pembaca berasumsi bahwa tokoh itu benar benar ada bukan rekayasa belaka.  Temparamen tokoh yang selalu berubah dari sedih menjadi senang dari  ceria tiba tiba menangis ini termasuk replika kehidupan sebenarnya.  Hal- hal seperti ini dalam cerita fiksi, kemunculannya dipicu oleh stimulus yang direkayasa oleh pengarang. 

Emosional tokoh yang disetting dengan berbagai konflik  membuat pembaca larut dalam gelora kehidupan sang tokoh. Emosional yang dilakapkan pada tokoh oleh pengarang telah menarik emosional pembaca untuk menentukan keberpihakan pada cerita yang dihantarkan.  Sebenarnya psikologi tokoh dalam cerita fiksi, jika diusut lebih dalam akan berdampak pada psikologis dari pengarangnya. 

Selanjutnya dimensi tokoh yang kedua adalah dimensi psiologis. Dimensi ini menggambarkan bentuk fisik tokoh yang menyerupai tokoh pada kehidupan sesungguhnya. Dalam hal ini semua atribut yang dimiliki tokoh misalnya hidung, mata. Kaki dan tangan juga dimiliki oleh tokoh dalam dunia imajinasi. 

Hanya saja tokoh rekaan ini tidak memiliki kesamaan yang kompleks dengan dunia nyata.  Jikapun ada kesamaan salam bentuk fisik ini hanya kebetulan belaka tanpa ada unsur kesengajaan. Untuk cerita -cerita tentang biografi tokoh biasanya tokoh rekaan ini diobservasi secara komprehensif dan akurat hingga kesamaan gaya dan tingkah laku betul betul menyerupai tokoh yang diceritakan. 

Dimensi ketiga dari tokoh adalah  sosiologis tokoh.  Status sosial yang dimilki tokoh pada hakikatnya sama dengan tokoh dalam kehidupan sesungguhnya. Berbagai peran sosiologis yang diperankan tokoh merupakan representatif tokoh nyata pada dunia sesungguhnya. Dengan kata lain tokoh bisa berperan sebagai guru, dosen, tukang becak, petani dan bahkan gelandangan. Setiap misi sosial yang diemban oleh tokoh selalu punya pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang. 

Baca Juga:Merdeka Belajar atau Merdeka dari Belajar

Dalam konteks  lain, Tarigan ( 1996) menyatakan bahwa berdasarkan kemunculannya dalam  cerita tokoh dibagi dua yaitu tokoh utama dan tokoh  pembantu. Berdasarkan  karakteristik yang dipunyai tokoh dibagi tiga yaitu tokoh antagonis, protagonis dan tirtagonis. Ketiga hal ini sudah dipahami secara umum kiranya penulis tak perlu berpeluh peluh menguraikan hal ini secara kompleks.  Namun yang menjadi soal dalam hal menciptakan sosok fiktif adalah bagaimana sang pemilik cerita menggambarkan setiap karakter tokoh. 

Burhan Nurgiantoro dalam Pengkajian Fiksi (2014) memberikan gambaran bahwa terdapat dua cara yang digunakan pengarang dalam menggambarkan karakter tokoh. Pertama pengarang mendistribusikan karakter tokoh melalui proses analitik. Sedangkan yang kedua pengarang melakukan secara dramatik  walaupun kedua hal ini berbeda, akan tetapi tujuan utama pengarang adalah mendeskripsikan setiap karakter dari tokoh yang telah direkayasa sedemikian rupa.  

Penggambaran  tokoh secara analitik adalah secara  implisit memberitahukan pembaca bahwa begini lho  karakteristik tokoh ini. Pembaca secata gamblang dapat mengindentifikasi watak tokoh yang digambarkan.  Hal ini ditandai dengan diksi diksi yang mengarah pada karakter yang dimiliki oleh tokoh. Misalanya," Si A termasuk orang yang sombong sehingga ia dijauhkan oleh teman sepermainanya '  dalam konteks ini pembaca tahu bahwa Si A adalah orang sombong.

Penggambaran  karakter tokoh secara dramatik adalah meliputi 1) Dialog antartokoh, 2) ,Tingkah Laku dan Tindakan Tokoh 3)  Bentuk Fisik dan perilaku Tokoh 4) Lingkungan sekitar tokoh 5) Penggambaran melalui jalan pikiran tokoh, dan 6).    Penggambaran melalui tokoh lain. 

 Untuk lebih jelas tentang kelima hal diatas kiranya penulis perlu membentangkan penjelasan secara transparan agar tidak ada penyiksaan dalam tulisan ini. 

  Dialog Antartokoh

Dialog merupakan suatu percakapan yang dilakukan oleh tokoh dalam sebuah cerita mulai dari awal kemunculan sampai ending dari kisah yang diperankan. Selain mengantarkan karakteristik tokoh dialog juga termasuk salah satu ciri utama dari sebuah teks naratif. 

Dialog  antartokoh, dalam berdialog atau bercakap-cakap terkadang kita dapat mengetahui watak orang yang berbicara tersebut. Dari apa yang diucapkan secara langsung ataupun yang tersirat dalam perkataan-perkataan tokoh, kita dapat mengetahui bagaimana watak seseorang. Jadi, pengarang dalam menggambarkan perwatakkan tokoh-tokoh dilakukan dengan perantara dialog yang dilakukan oleh tokoh-tokoh dalam cerita.

  Tingkah Laku dan Tindakan Tokoh

Melalui tingkah laku atau tindakkan tokoh, yaitu penggambaran perwatakkan tokoh yang dilakukan dengan penggambaran perbuatan yang dilakukan oleh tokoh. Sebagai contoh, jika seorang tokoh digambarkan sedang mengamuk, merampok, atau memukuli orang, tentu kita dapat mengambil kesimpulan bahwa orang tersebut memiliki watak keras, jahat, dan kejam. Begitulah penggambaran watak tokoh jenis ini dilakukan. Penggambaran karakter seperti ini sangat mudah diidentifikasi setiap tokoh yang disajikan. Dalam kehidupan normal tingkah laku dan tindakan merupakan cerminan karakter seseorang. 

Bentuk Fisik dan Perilaku Tokoh

Bentuk fisik juga termasuk cerminan watak yang dilabeli oleh pengarang pada tokoh pilihanya. Biasanya bentuk fisik ini tidak selamanya sesuai dengan harapan. Ini membuktikan bahwa kulit tidak selamanya berkolerasi dengan isi. Akan tetapi secara hakikat kadang hal itu bisa diterima. Berikut contoh bentuk fisik tokoh.

"Sekilas Mira melihat pengemis berkaki buntung di depan toko. Segera ia turun dari mobilnya dan menghampiri pengemis tersebut. Dia tersenyum dan membuka dompet yang berada dalam tasnya. Diambilkannya uang seratus ribuan lalu ia berikan pada pengemis itu. (Watak Mira : Baik hati dan suka menolong)'  dikutip dari "Azab dan Sengsara'

Lingkungan sekitar Tokoh

Penggambaran karakter tokoh model ini biasanya mengacu pada keadaan lingkungan, kondisi sosial dan tempat tinggal tokoh. Dari  aspek ini dapat diketahui watak tokoh sesungguhnya.

'Terdapat sebuah mushola meski rumah Pak Sukaryo tidak terlalu luas. Alat sholat lengkap berada di dalamnya. Di beberapa ruangan terhiasi berbagai kaligrafi arab. '(Watak Pak Sukaryo : Mementingkan agama)

Penggambaran melalui Jalan Pikiran Tokoh

Pikiran pikiran dalam hati tokoh terjadi pada saat sang tokoh melakukan kegiatan monolog atau membatin tentang masalah yang dihadapinya. Sebagai contoh dapat dilihat pada ilustrasi berikut.

'Tak seperti orang kaya lain, Pak Sukaryo sadar tidak semua orang seberuntung dia dan keluarganya. Setelah berpikir matang, Pak Sukaryo memutuskan untuk memberikan setengah harta kekayaanya pada beberapa panti asuhan di kotanya" (Watak Pak Sukaryo : Baik hati )

Baca Juga Manggrove

Penggambaran melalui Tokoh Lain

Setelah  Roni  berhasil menyelesaikan soal matematika di papan tulis, semua bertepuk tangan tak terkecuali Robi. “ Rini, kamu pintar sekali ” Puji Robi.  Robi hanya tersenyum dan kembali ke mejanya. (Watak  Roni : pintar dan murah senyum, watak Robi : pemuji )

Begitulah sang pengarang menciptakan sosok fiktif dalam sebuah cerita. Sehingga pembaca beranggapan tokoh itu benar benar ada. Semua proses penciptaan sosok fiktif ini membutuhkan kreativitas dan imajinasi tinggi. Agar tokoh itu hidup dan mampu mengemban amanah yang dititipkan pengarang. Dengan berbagai cara pengarang berusaha agar tokoh sajianya bernilai jual dalam pandangan pembaca. Demikian Muklis Puna semoga bermanfaat


Penulis adalah  Pemimpin Redaksi Jurnal Aceh Edukasi, Esais dan Guru SMA N 1 Lhokseumawe 

Berita Terkait

Posting Komentar

0 Komentar