Negeri dalam Dupa dan Rupa

Muklis Puna

Kasak -kusuk kian menusuk jantung negeri
Mahasiswa main debu  di wajah nusantara
Almamater berlumpur darah  
mengusung rasa
Menggelepar di keramaian kota,

Mengusir kebatilan di tanah kelahiran
Mengusung keranda demokrasi
Merangsek di bawah busuran api
Mencongkel  keadilan di mata para bedebah
Dipecut bagai kuda troya 
di antara bidak - bidak berandal

Baca Juga: Rindu di Hulu Subuh 

Bergerombolan menyusur keadilan 
nan menantang
Antre berderet- deret diberangus isu, 
lalu tersungkur di bawah sangkur

Anak -anak tanggung berbaur dalam ragu
Matanya menangis dendam 
dibalut gas air mata
Anak -anak tanggung manggung 
di pentas politik, 
Sekejap keluar  kelas,  
masuk dunia penuh intrik


Krasak- krusuk terbuka dari senayan, 
Pasal bodong digotong berbondong- bondong, 
Selangkangan dipersoalkan di ruang publik
Suami -suami dijerat pasal
Penjara  diecer di pasar-pasar hukum

Dupa -dupa dibakar tujuh rupa 
Hutan- hutan dirambah serakah
Udara gosong, langit abu -abu
Orang-orang  menghisap jerebu dalam pasu
Matahari tak terbit berhari dan bulan
Bulan temaram mengeram dalam kabut
Dada sesak digasak asap dan dioksidan 
Bola mata dihadang hijab  dan Selempang maut
Kentut dimana- mana, menyaru dalam napas


Negeri  dalam dupa dan rupa
Hukum tak tegak doyong berderak -derak
KPK dicurangi berjamaah, gerahamnya dicabut
Tinggal  ginsul  nyanyikan nada dan rasa
Pahlawan negeri digiring ke lembah -lembah
Salahnya digembar- gembor di lemari kaca

Negeri  dalam dupa dan rupa
Penyamun hura- hura di ketiak hukum
Korupsi berbukit bukit, 
tegak tak goyah diterpa badai
Dibalut mantera dan sesajen malam
Mencontek dalam gelap, 
dilipat setelah digunting, lalu, 
disuluh kepentingan

Negeri dalam dupa tujuh warna
Berpasal karet mengikat nafsu
Gundik  politik  pesta pora  di bawah 
payung -payung  demokrasi.

Lhokseumawe, 29 September 2019


Berita Terkait

Posting Komentar

0 Komentar