Oleh Mukhlis, S.Pd., M.Pd.
Menulis merupakan suatu keterampilan produktif. Keterampilan ini diperoleh dari tingginya tingkat konsumsi pada keterampilan mwmbaca. Kedua keterampilan tersebut tidak bisa dipisahkan dari aspek berbahasa. Namun, dewasa ini keterampilan membaca tidak seimbang dengan keterampilan menulis. Artinya, berapa banyak orang yang mengonsumsi informasi, baik di media cetak,media online dan media sosial. Jika ditinjau secara detail hal ini berbanding terbalik dengan jumlah tulisan yang dilahirkan oleh pembaca.
Baca Juga:Collaboration Classroom " Pizza Bep'
Hal ini dipengaruhi oleh ilmu kepenulisan yang dimiliki oleh pembaca. Banyak pembaca profesional tapi tidak mampu menuangkan gagasan -gagasan yang brilian dalam bentuk tulisan. Tidak sedikit dari mereka memanfaatkan keterampilan berbicara dalam menyampaikan hasrat pengetahuan yang dimiliki sebagai representasi dari membaca.
Kesulitan menuangkan gagasan dalam bentuk tulisan merupakan sebuah kelemahan dalam membagikan ilmu baru yang didapat dari membaca. Manuskrip - manuskrip yang tersusun indah di rak - rak pustaka yang berisi ilmu pengetahuan akan awet untuk selamanya dibandingkan ilmu yang dibagikan melalui keterampilan berbicara.
Kemampuan mengunakan keterampilan menulis dalam menyampaikan sebuah konsep, dan informasi sangat ditentukan oleh keinginan para penulis untuk belajar dan berlatih dalam memahami pola tuang yang sempurna. Selama ini banyak dijumpai penulis menggunakan pola Ambil, Tempel dan Modifikasi ( ATM) tulisan orang lain menjadikan tulisan tersebut sebagai miliknya. Dilihat sekilas, hal ini tidak menjadi masalah apabila lolos dari uji turnitin untuk pembuktian plagiarisme.
Mengingat begitu gencarnya arus informasi yang berkembang, sehingga jejak digital sebuah tulisan mudah teridentifikasi apabila diambil oleh orang lain. Jejaring informasi dan munculnya berbagai aplikasi yang mewajibkan seorang penulis harus jujur, menjujung tinggi nilai-nilai profesional yang berintegritas dalam menulis. Hendaknya seorang penulis harus memahami langkah- langkah jitu dalam menulis tanpa plagiat.
Merujuk pada pengalaman penulis, yang mulai mengajar mata kuliah menulis di perguruan tinggi ditambah dengan pengalaman menulis selama ini. Pada tulisan ini penulis mencoba berbagi pengalaman tentang langkah - langkah menulis tanpa plagiat.
Pertanyaan muncul bagaimana sih memaparkan sebuah konsep tanpa plagiat? Konsep adalah sebuah gagasan atau informasi utuh yang mau disampaikan kepada pembaca. Agar konsep dan gagasan tersebut bisa disampaikan secara masif dan sistematis dapat dilihat pada uraian dan langkah yang penulis tawarkan.
1.Tulislah Paragraf Pengantar Ke Masalah
Seorang penulis terutama yang baru belajar menulis, jika ingin memperhatikan tulisan orang tentang ulasan sebuah konsep tentunya dimulai dengan paragraf pembuka. Paragraf ini biasanya dikembangkan secara deduktif - induktif atau dari umum ke khusus. Paragraf ini sering disebut dengan paragraf pengantar ke sebuah masalah. Artinya setiap penulis tetap mengantarkan pembaca ke masalah yang akan dibahas pada badan tulisan berikutnya.
Selanjutnya, bagian apa saja yang diantarkan penulis terhadap masalah yang akan dibahas? Masalah yang berhubungan dengan konsep yang disampaikan adalah berkenaan dengan aktualisasi dan fenomenal yang mengandung sisi gelap yang ingin diuraikan.
Baca Juga:Merdeka Belajar atau Merdeka dari Belajar
Teknik yang digunakan oleh penulis dalam paragraf pengantar ke masalah sangat tergantung pada kepiawaian penulis mengembangkan kalimat- kalimat menarik. Manarik tidaknya paragraf pengantar akan menentukan sang pembaca untuk mengikuti lebih jauh alur pikir dari penulis.
Penulis hebat selalu menjadikan fokus utama pada paragraf pengantar ke masalah. Selanjutnya, paragraf pengantar ke masalah merupakan sebuah undangan terbuka kepada pembaca untuk bertandang dan berlama - lama dalam tulisan penulis.
Sebagai contoh paragraf pengantar ke masalah dapat dilihat diawal pembuka tulisan ini. Intinya pola yang digunakan adalah pola (Rayuan Pulau Kelapa) . Artinya sang jejaka tidak menyampaikan secara langsung dan vulgar maksud hati yang tersimpan pada seorang gadis idaman. Pendekatan basa - basi dan sejumlah kata kata menarik yang membuat sang gadis terobsesi dengan rayuan jejaka. Analogi ini memberikan kesan bahwa begitulah kesiapan yang dibutuhkan seorang penulis dalam mengantarkan pembaca ke masalah.
Setelah paragraf pengantar ke masalah dirasakan selesai, pada sesi terakhir penulis sudah bisa mengenalkan tentang substansi konsep yang akan dibahas. Penempatan substansi ini dilakukan agar fokus pikiran pembaca mengarah pada subtansi yang diharapkan.
2.Masukkan Teori Pertama Berkaitan dengan Konsep yang Dibahas
Setiap tulisan yang dihasilkan penulis selalu tidak lepas dari referensi atau rujukan. Referensi ini berfungsi sebagai sandaran bagi penulis bahwa apa yang dituangkan oleh penulis sudah pernah diungkapkan oleh penulis sebelumnya. Secara teoretis referensi ini terbagi dua, yaitu referensi kualitatif dan kuatitatif.
Referensi kualitatif adalah berupa uraian - uraian yang berhubungan dengan konsep yang digunakan. Referensi kualitatif ini berupa uraian - uraian yang dikemukakan oleh pakar, tokoh, dan publik figur yang bersumber dari buku, web, situs dan sumber- sumber lain.
Setiap referensi yang dikutip untuk diintegrasikan dalam tulisan harus diperhatikan korelasi yang kuat dengan konsep yang dibahas. Hal ini dibutuhkan agar terbentuk unity antara pembahasan penulis dengan kutipan yang dipakai. Artinya, setiap kutipan tidak boleh berdiri sendiri. Selanjutnya referensi yang dipilih sebagai sandaran penulis harus bersifat kekinian dan aktual. Aktualisasi referensi dalam bahasan konsep akan berpengaruh pada isi dari tulisan.
Sedangkan referensi kuantitatif adalah sejumlah informasi yang berhubungan dengan data -data, baik berupa angka, tabel, infografis atau hasil survei yang dibuat oleh lembaga penelitian yang ada. Referensi kualitatif ini digunakan untuk memperkuat gagasan penulis tentang konsep yang disampaikan. Kedua referensi yang telah dikemukakan di atas merupakan suatu keharusan dalam penguatan sebuah konsep yang ditawarkan.
3. Jelaskan Maksud Teori Pertama
Setelah penulis memasukkan teori atau referensi pada langkah di atas. Penulis pada tahap ini harus menjelaskan secara gamblang tentang referensi yang sudah dimasukkan. Penjelasan referensi yang telah dimasukkan harus berorientasi pada kata kunci yang menjadi konsep pembahasan.
Penjelasan kata kunci ini harus dikaitkan dengan konsep bahasan. Kaitan maksud dari kata kunci harus dijelaskan secara mendetail. Setiap sisi gelap dari referensi tersebut harus dibongkar oleh penulis, sehingga kepaduan antara referensi dan objek konsep yang ditawarkan harus betul - betul padu.
4. Masukkan Teori. Ke -2
Teori atau referensi yang dimasukkan pada langkah kedua merupakan sebuah penguatan terhadap teori 1 yang sudah dituangkan pada proses sebelumnya. Sebagai penguat referensi sebelumnya penulis harus memasukkan referensi lanjutan.
Referensi yang dipilih harus linear dengan konsep bahasan. Perpaduan antara teori 1 dan 2 dapat dilakukan secara bersamaan. . Bentuk referensi boleh dalam bentuk kualitatif atau kuantitatif.
5. Jelaskan Teori 2
Sama halnya dengan pembahasan sebelumnya, setelah teori 2 dimasukkan tetap membutuhkan penjelasan yang sempurna. Penjelasan teori 2 ini tetap mengacu pada kata kunci konsep yang ingin dijelaskan.
Penjelasan teori 2 ini harus berkaitan dengan teori 1, baik dari segi makna, bentuk dan fungsi yang digunakan. Teknik penjelasan teori 2 diperlukan sebuah analisis yang tepat. Analisis dalam menjelaskan masing-masing teori. Kepaduan penjelasan tentang teori ini menunjukkan kecerdasan berpikir penulis.
6. Masukkan teori 3
Teori ini dalam pemaparan konsep adalah bersifat opsional. Maksudnya, referensi ini wajib hadir atau tidak. Hadir tidaknya referensi ini tidak membuat pengembangan sebuah konsep tidak sah. Namun apabila referensi ini hadir berarti pengembangan ini lebih bermakna.
Biasanya setiap tulisan yang bersifat ilmiah sempurna seperti skripsi, tesis, dan disertasi referensi tahap 3 menjadi wajib. Hal ini dikarenakan penulisan skripsi dan tesis menjadi wajib. Hal ini merujuk pada kelayakan referensi bagi sebuah karya ilmiah lengkap.
7. Simpulkan Menurut Penulis
Setelah semua kutipan atau teori, mulai dari teori 1,2, dan 3, maka penulis harus membuat simpulan tentang konsep menurut penulis. Simpulan ini sangat penting dilakukan agar tidak terkesan bahwa kutipan tentang konsep yang kita gunakan bukan konsep milik pribadi. Namun setelah penulis melakukan merangkai berbagai kutipan, maka munculah sebuah konsep baru tentang masalah atau pengertian yang disampaikan.
Konsep baru yang muncul adalah hasil kolaborasi referensi yang digunakan penulis. Konsep baru inilah yang disebut dengan ilmu baru dalam pengembangan ilmu. Pola tuang terhadap simpulan yang diambil melahirkan sebuah fenomena baru tentang konsep yang disimpulkan.
8.Berikan Contoh
Untuk menguatkan simpulan dari konsep yang telah diambil, Penulis membutuhkan contoh untuk menguatkan simpulan yang telah diambil.. contoh -contoh yang diangkat dapat berupa ilustrasi, perisitiwa, dan analogi. Contoh yang disajikan tentunya berhubungan erat tentang konsep yang ditawarkan. Pemberian contoh pada tahap ini bertujuan untuk meyakinkan pembaca tentang konsep yang dijelaskan secara runtut.
Contoh- contoh atau ilustrasi yang disajikan harus bersifat aktual, fenomenal, dan mudah dipahami oleh pembaca selaku sasaran penulis. Selanjutnya, penyajian contoh merupakan konsekuensi penulis dalam memperkuat gagasan yang dimiliki.
9. Jelaskan Contoh
Setiap contoh yang disajikan oleh penulis pada bagian ini harus dijelaskan secara detail dan memberikan kesan tunggal pada pembaca. Artinya, konsep yang ditawarkan penulis bukanlah sebuah hal yang bersifat abal - abal. Melalui penjelasan contoh yang disajikan penulis dapat memunculkan kesepahaman yang sama antara penulis dan pembaca tentang konsep yang ditawarkan.
*** Selamat Mencoba***
Penulis adalah Pemimpin Redaksi Jurnal Aceh Edukasi dan Guru SMA Negeri 1 Lhokseumawe.
0 Komentar