Nilai Sastra dalam Kandungan Alquran adalah Suatu Keagungan Allah SWT

Sumber Gambar : Pixabay


 Oleh: Mukhlis, S.Pd., M.Pd.

Dan gunung-gunung adalah seperti bulu yang dihambur-hamburkan) atau bagaikan wol yang terhambur-hamburkan, karena ringannya, sehingga jatuh kembali rata dengan tanah. ( Surat Alqariah: 5)

Masya Allah! Luar biasa indah bahasa yang ada dalam ayat Alquran di atas. Tak ada satupun manusia  sanggup melampaui nilai estetika sastra dalam ayat tersebut. Ayat ini menceritakan tentang proses terjadinya kiamat, akan tetapi begitu lembut dan bersahaja dalam tataran bahasa yang tinggi.

Padahal jika dikaji lebih dalam ayat tersebut menceritakan tentang kerusakan hebat ketika hari akhir nanti, akan tetapi media penyampaian yang digunakan sangat bersahaja dan bernas.


Coba perhatikan bagaimana Allah mengumpamakan gunung- gunung berterbangan berhamburan bagai benang wol.  Dalam ayat tersebut menunjukkan begitu perkasanya Allah mampu menerbangkan gunung yang kokoh bagai benang wol.Di ujung ayat,  Allah menutup dengan kalimat" Begitu ringannya hingga kembali lagi ke.tanah"

Merujuk pada konteks sastra,  begitu agungnya bahasa dan nilai sastra yang ada dalam Alquran. Hal ini tidak hanya terlihat pada satu ayat saja  akan tetapi seluruh ayat Alquran mempunyai nilai sastra yang sangat tinggi. 

Nilai sastra tersebut merupakan sesuatu yang istimewa. Artinya,  istimewa dari segi makna yang dimunculkan, dan istimewa dari segi susunan kalimat. Hampir tidak ada dan  mampu satu kalimat pun   ditulis oleh manusia seperti yang ada dalam Alquran. Apabila itu dilakukan maka hal tersebut pasti akan berbeda seperti langit dengan bumi. 

Selanjutnya tidak ada  yang sanggup dilakukan melakukan pengubahan  terhadap surat surat yang ada dalam Alquran, bak dari segi bentuk,  makna, fungsi serta nilai sastra yang dikandung oleh kalam tersebut.  

Baca  Juga:Penyebab Kegagalan Santri Mondok Enam Tahun di Pesantren Bustanul Ulum

Bahkan dalam Alquran sendiri  Allah sudah memberikan jaminan permanen sampai akhir zaman tentang  pedoman manusia  ini. Hal ini seperti tercantum dalam Alquran itu sendiri "  Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Qur'an, dan pasti Kami (pula) yang memeliharanya”. (QS. al-Hijr, 15:9) 

Sudah cukup banyak peristiwa yang terjadi sebagai jaminan Allah terhadap keselamatan Alquran dari tangan- tangan jahil untuk mengacaukan kitab Allah.

Selanjutnya, mengapa bahasa Alquran  di penuhi dengan unsur estetika tinggi? Sebagaimana diketahui bahwa Alquran adalah sebuah mukjizat hebat dan agung yang diberikan kepada Nabi Muhammad Saw atau Rasulullah penutup segala nabi.

Rasullullah dilahirkan dari bangsa Arab yang senang bersyair dan berkuda. Dahulu sebelum Nabi Muhammad Saw. dilahirkan ke bumi. Bangsa arab dikenal paling suka bersyair.  

Setiap tahun mereka melaksanakan lomba menulis  dan membaca syair. Syair -syair yang menang dalam  lomba tersebut selalu ditempelkan pada dinding Kakbah sebagai wujud kebanggaan bangsa Arab. 

Selanjutnya, mengapa  bahasa Alquran bernilai sastra  diturunkan di Arab. Hal ini bertujuan  mengalahkan nilai estetika yang dimiliki oleh syair -syair yang dituliskan dalam bahasa Arab . Syair - syair tersebut  merupakan suatu kebanggaan yang sudah menjadi tradisi pada masyarakat Arab.

Kentalnya nuansa sastra dalam Alquran telah menarik simpati dan perhatian para peneliti sastra di dunia ini. Setiap kisah atau cerita berkaitan dengan sejarah disampaikan dengan bahasa yang indah.

 Intinya  bahasa sastra yang dikandung oleh Al-Qur'an tidak bisa dipahami secara sembarangan. Artinya,  ada Ilmu khusus yang berusaha membongkar semua tanda dan bahasa yang indah dibalik bahasa Alquran. 

Untuk memahami hal tersebut dapat dilihat pada salah satu ayat Alquran yang bercerita tentang bagaimana  cara seorang laki-laki memperlakukan istrinya.

Seperti pada Alquran surat Al-Baqarah ayat 223 artinya: Istri - istrimu adalah sawah ladang bagimu, maka datanglah ladangmu itu kapan saja dan dengan cara yang kamu sukai.  Dan utamakan lah ( yang baik) untuk dirimu. Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah ( kelak) Kamu akan menemui-Nya. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang yang beriman.

Indah sekali nilai sastra yang ada dalam ayat tersebut, bagaimana sebuah perumpamaan yang mudah dipahami tidak terjadi multitafsir atau bersifat sublimitas.  

Betapa lembutnya sebuah perintah untuk memperlakukan seorang istri oleh seorang suami. Ketika seorang isteri dibandingkan dengan sawah ladang adalah sebuah asosiasi yang luar biasa.

Artinya, ada pertautan uniik dan mudah dipahami antara seorang perempuan dengan sawah ladang. Konsep ini berlaku ketika berbicara ladang,  maka seorang laki-laki harus memperhatikan secara matang tingkat kesuburan. Hal ini untuk memberikan gambaran bahwa tanaman apasaja yang ditanam dapat tumbuh subur sebagai keturunan selanjutnya yang diridhai Allah Swt.

Di ujung ayat tersebut Allah menambahkan " Bertakwalah kepada Allah ( Kelak) engkau akan menemuinya dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang - orang beriman." 

Maksud ujung dari ayat tersebut adalah perlakukan isteri mu sesuai dengan ketentuan Allah. Kemudian kelak engkau akan menemuinya inilah sebuah janji yang telah teruji dan dipercaya oleh seluruh umat Islam, bahwa setiap manusia kelak pasti akan menemui Rabb- nya. 

Pesan- pesan yang dikandung dalam bahasa yang indah dan bernuansa sastra memberikan gambaran bahwa begitu hebatnya sang pencipta menyampaikan kalamnya dibalik manuskrip yang berusia selama 14 abad lebih. 

Berbicara tentang nilai sastra yang dikandung dalam bahasa Al-Qur'an rasanya tidak pernah habis dan terputus. Sebanyak 6666 ayat yang ditabulasikan dalam 114 surat semua itu mempunyai keunikan tersendiri.

Hal ini mengundang sejuta pertanyaan untuk membongkar segala makna dan perintah, cerita manusia terdahulu hingga segala aturan dan ilmu pengetahuan yang dihimpun dalam kitab mulia tersebut. 

Penulis adalah Pemimpin Redaksi Jurnal Aceh Edukasi dan Guru SMA Negeri 1 Lhokseumawe 

Berita Terkait

Posting Komentar

0 Komentar