Krimanalitas dari Maraknya Perburuan dan Perdagangan Satwa Liar Orang Utan di Sumatera Barat

Krimanalitas dari Maraknya Perburuan dan Perdagangan Satwa Liar Orang Utan di Sumatera Barat

 

Oleh: Shaffa As-syakira

Indonesia merupakan negara yang sangat kaya akan keanekaragaman satwanya. Namun tidak hanya itu, Indonesia pun dikenal pula dengan negara yang memiliki daftar panjang tentang satwa liar yang terancam punah karena sering memperjualbelikan satwa secara illegal. Perburuan dan perdagangan menjadi ancaman dan momok paling menakutkan bagi satwa liar. Padahal, tujuan utama dari keanekaragaman hayati adalah dengan cara melestarikan dan menjaganya.

Maraknya perdagangan satwa liar dikarenakan atas tingginya selera konsumen akan kepuasan tersendiri. Misalnya, bagi beberapa orang, memelihara burung eksotis sensasinya berbeda dengan burung jenis biasa. Sebagian lagi membeli satwa liar karena masih mempercayai mitos, seperti bagian tubuh beberapa satwa yang dipercaya berkhasiat dalam menyembuhkan berbagai penyakit. Akibatnya, ekosistem satwa menjadi rusak karena perilaku manusia. Hal ini menjadikan bisnis satwa ilegal bersama dengan perdagangan manusia dan narkotika sebagai kejahatan paling besar di dunia.

Menurut Badan Penegakan Hukum Internasional, kejahatan ini menduduki peringkat keempat dalam peringkat kejahatan terorganisir transnasional. Arief Santosa menyatakan bahwa peredaran uang untuk perdagangan ilegal satwa liar di pasar gelap diperkirakan mencapai nilai 7,8 hingga 19 miliar dollar Amerika per tahun. Pemerintah Indonesia melalui Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam menyatakan nilai kerugian negara akibat kejahatan ini mencapai lebih dari sembilan triliun per tahun (PHKA, 2009). Bisnis bernilai jutaan dolar ini mengancam hidup satwa seperti harimau, gajah, badak, dan satwa lain yang memiliki fungsi penting bagi ekosistem. https://www-bbc-com.cdn.ampproject.org/v/s/www.bbc.com/indonesia/majalahm&ampshare=https%3A%2F%2Fwww.bbc.com%2Findonesia%2Fmajalah-55899594 diakses pada tanggal 2 februari 2021.

Kriminalitas terkait perburuan dan perdagangan satwa liar, seperti orang utan, adalah masalah serius yang berdampak negatif pada keanekaragaman hayati dan ekosistem. Perburuan dan perdagangan ilegal sering kali disebabkan oleh permintaan pasar yang tinggi, penurunan habitat alami, dan lemahnya penegakan hukum. Orang-orang melakukan kriminalitas pada hewan secara sadar dan tanpa memperdulikan akibat hilangnya habitat hewan langka tersebut. Mereka hanya mempertimbangkan keuntungan semata, tanpa peduli akibat dan dampak untuk kedepannya bagi masa depan. Adapun dampak dari kegiatan ini yang paling utama adalah kepunahan spesies, orang utan, sebagai spesies yang terancam punah, menghadapi risiko kepunahan akibat perburuan dan kehilangan habitat kemudian kerusakan ekosistem menjadi dampak buruk karena penghilangan orang utan mengganggu keseimbangan ekosistem hutan hujan tropis yang mereka huni. Tentunya, kesejahteraan hewan akan terancam dan semakin hari semakain punah dikarenakan perburuan dan perdagangan seringkali menyebabkan pendekatan esktrem pada individu satwa liar.

Kita berharap dalam maraknya kriminalitas yang terjadi akibat perburuan hewan satwa liar ini ada jalan keluar untuk mengatasinya, karena kita sama-sama tahu bahwa kriminalitas yang terjadi sudah menjadi kebiasaan yang dianggap oleh masyakarat adalah suatu hal yang biasa. Padahal, kriminalitas tersebut merupakan kasus yang paling banyak merugikan ekosistem alam, seperti hewan liar dan lain sebagainya. Perlu sikap representatif dan inisiatif dari masyarakat untuk peka terhadap apa yang terjadi di lingkungan hutan liar.

Hewan-hewan liar tidak hanya dilindungi tetapi perlu penanganan khusus dari pemerintah agar terhindar dari perburuan para pelaku yang haus akan keuntungan. Penegakan hukum yang lebih ketat harus dilakukan dan pemerintah perlu memperkuat penegakan hukum terhadap perburuan dan perdagangan ilegal, dengan sanksi yang tegas. Edukasi dan kesadaran public yaitu dengan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang dampak negatif dari perdagangan satwa liar dan pentingnya konservasi. Adanya proteksi habitat dengan melindungi dan memulihkan habitat alami orang utan untuk mengurangi tekanan dari perburuan dan deforestasi serta harus adanya peran pemerintah dengan kolaborasi Internasional dengan bekerja sama dengan negara-negara lain untuk memberantas perdagangan lintas batas dan membagikan pengetahuan serta sumber daya. Pendekatan yang komprehensif dan terintegrasi dapat membantu melindungi orang utan dan spesies lainnya dari ancaman perburuan dan perdagangan https://ksdae.menlhk.go.id/info/11385/terdakwa-perdagangan-orangutan-dapat-vonis-1-tahun-penjara.html  diakses pada tanggal 24 Oktober 2022.

Kriminalitas dari perburuan dan perdagangan satwa liar seperti orang utan juga menunjukkan tantangan serius dalam penegakan hukum dan integritas institusi. Jaringan perdagangan ilegal sering kali beroperasi dengan korupsi dan ketidakmampuan aparat penegak hukum untuk menangani masalah ini secara efektif. Aktivitas tersebut mencerminkan lemahnya sistem perlindungan satwa liar serta kebutuhan mendesak akan reformasi kebijakan dan penegakan hukum yang lebih ketat. Selain dampak lingkungan dan etika, perdagangan satwa liar juga berdampak pada kesehatan masyarakat. Satwa liar yang diperjualbelikan sering kali tidak sehat dan bisa membawa penyakit zoonosis, yang dapat menular ke manusia. Orangutan yang terkena penyakit zoonosis merupakan masalah serius yang melibatkan risiko bagi kesehatan mereka serta potensi penularan penyakit ke manusia dan hewan lain. Zoonosis adalah penyakit yang dapat menular dari hewan ke manusia, dan bagi orangutan, infeksi zoonosis bisa terjadi akibat interaksi dengan manusia atau hewan lain yang membawa patogen tersebut.

Padahal, jika orang utan ada melakukan interaksi dengan manusia, rentan akan terkena zoonosis, tetapi manusia memburu orang utan dan menjualnya itu tidak memikirkan efek yang terjadi kedepannya. Oleh karena itu, perlu dilakukan pemahaman tentang peeringatan dan dampak dari meelakukan perburuan tersebut. Hal yang dilakukan dalam mengurangi angka perburuan tersebut dengan cara mengeluarkan keputusan dalam undang-undang terkait bahayanya interaksi dan dapat menimbulkan efek yang serius. Menurut saya, jika dikeluarkan peraturan tersebut tentunya manusia akan lebih paham dan sadar bahwa yang mereka lakukan itu hanya keuntungan semata, tetapi berdampak buruk bagi semuanya, contohnya bagi orang utan, orang sekita, bahkan pada ekositem itu sendiri. Tidak hanya mengeluarkan peraturan tetapi juga harus ada sosialisasi dan

Gerakan anti perburuan agar menjaga satwa liar tetap terlindungi dari ancaman kriminalitas. Oleh karena itu, menangani perdagangan ilegal ini memerlukan pendekatan holistik yang melibatkan pendidikan publik, peningkatan kapasitas lembaga penegak hukum, dan kerjasama global dalam rangka melindungi satwa liar dan kesehatan manusia. Pendekatan holistic adalah pendekatan yang melihat sesuatu secara keseluruhan, bukan hanya pada bagian-bagian individualnya.

Dalam berbagai konteks, ini berarti mempertimbangkan semua faktor yang saling terkait dan bagaimana mereka mempengaruhi sistem atau situasi sevara keseluruhan. Secara lingkungan, pendekatan holistic berarti mempertimbangkan interaksi antara berbagai komponen ekosistem serta dampak dari tindakan manusia terhadap keseluruhan sistem, termasuk salah satunya pada perburuan liar orang utan.Artinya, diperlukan pendekatan holistik sebagai salah satu solusi untuk mengurangi angka kriminalitas dari maraknya perburuan liar orang utan tersebut. Pendekatan holistic ini digunakan untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam dan menyeluruh tentang situasi atau masalah serta untuk merancang solusi yang lebih efektif https://savetheorangutan.org/threats/illegal-trade/ diakses pada tanggal 14 februari 2021.

Dari permasalahn dan pendapat yang dipaparkan dapat disimpulkan bahwa menghadapi masalah perburuan ilegal orangutan memerlukan pendekatan yang menyeluruh dan berkelanjutan. Pertama-tama, penegakan hukum yang lebih ketat dan konsisten sangat penting. Pemerintah perlu meningkatkan pengawasan dan penegakan regulasi untuk mencegah perburuan ilegal serta memberikan hukuman yang tegas bagi pelanggar.

Selain itu, perlu adanya kolaborasi antara pihak berwenang, LSM, dan komunitas lokal untuk membentuk jaringan pengawasan yang efektif. Program-program pendidikan dan pelatihan juga harus ditingkatkan untuk menyadarkan masyarakat tentang pentingnya melindungi orangutan dan dampak negatif dari perburuan ilegal, baik bagi ekosistem maupun kesehatan manusia.

Di sisi lain, solusi jangka panjang harus mencakup upaya perlindungan habitat dan pengembangan alternatif ekonomi bagi komunitas yang bergantung pada perburuan orangutan. Melalui program pengembangan masyarakat yang berfokus pada pertanian berkelanjutan, pariwisata ekologi, atau kegiatan ekonomi lain yang ramah lingkungan, kita dapat mengurangi ketergantungan masyarakat pada perburuan satwa liar. Pendekatan berbasis komunitas ini tidak hanya melindungi orangutan tetapi juga memberikan keuntungan ekonomi langsung kepada masyarakat lokal, sehingga menciptakan insentif positif untuk menjaga dan melindungi habitat mereka. Dengan mengintegrasikan penegakan hukum yang ketat dan pengembangan alternatif ekonomi, kita dapat mengatasi tantangan perburuan ilegal secara lebih efektif.

 

 Penulis adalah Siswa Kelas Program Unggul  XI -1 SMA Negeri 1 Lhokseumawe

 

Berita Terkait

Posting Komentar

0 Komentar