Oleh: Putri Azzura Nasution
Aku Putri, aku mempunyai sahabat yang bernama Rayyan. Rayyan memanggilku dengan sebutan Rara. Rayyan adalah sabahat terbaik dan orang yang selalu ada untukku.
Dia anak yang jahil yang suka menggaguku setiap saat. Kami juga sering bertengkar gara gara mainan. Namun, dibalik kejahilan itu dia anak yang baik dan selalu peduli denganku. Dia yang selalu menjadi teman bermainku dan sekaligus penghiburku setiap harinya. Saat bersama dia aku tidak pernah merasakan kesepian.
Baca Juga:Setelah Ayah Menikah Lagi
Rumah kami saling berdekatan satu sama lain. Rumah yang dekat inilah yang membuat kami bisa bermain bersama-sama setiap harinya. Aku dan Rayyan berbeda usia, Rayyan lebih tua tiga tahun dari aku.
Walaupun usia kami lumayan jauh berbeda, itu tidak menghalangkan kami untuk bermain bersama. Rayyan anak yang tampan dan juga manis. Itu juga yang membuatku pernah suka dengannya waktu dulu.
Di suatu hari, kami membahas masalah cita cita yang kami inginkan suatu saat nanti.
"Kamu mau jadi apa yan suatu saat nanti?" tanyaku.
"Hm.. aku pengennya sih jadi TNI. Soalnya aku pengen mengabdi kepada negara" jawab Rayyan dengan penuh tekad.
"Kalo kamu Ra, mau jadi apa nanti?" tanya Rayyan.
"Aku pengen jadi Polwan yan" jawabku dengan lantang.
"Wah.. sama-sama ingin megabdi pada negara yaa. Aku harap suatu saat kita bisa wujudkan cita cita ini yaa.." ucap Rayyan.
Setelah kami membahas masalah cita-cita, kami pun melanjutkan bermain bersama. Kami menghabiskan waktu bermain dari siang, hingga matahari mulai terbenam. Dan akhirnya kami pun pulang kerumah masing masing.
Dan keesokan harinya, tiba tiba hujan deras mengguyur kota Lhokseumawe dari pagi hingga malam tanpa henti. Hujan yang tak kunjung henti pun membuat kami tidak bisa bermain bersama.
Hujan terus turun sekitar 2 hari berturut turut. Sampai membuat wilayah kota mengalami banjir. Tak hanya wilayah kota saja, rumah rumah warga juga banyak yang kebanjiran.
Rasa bosan terus menghantui ku saat itu, aku hanya bisa berdiam dirumah saja selama hujan. Setelah 2 hari, hujan pun berhenti. Namun cuaca masih sedikit mendung waktu itu. Rayyan tiba tiba menjemputku kerumah dan mengajakku untuk menangkap ikan lele di halaman rumah tetangga yang kebanjiran. Karena biasanya saat hujan dan banjir, banyak lele dan ikan ikan disana.
"Rara, tangkap itu ikannya!!" ujar Rayyan
"yahh.. susah banget tau tangkapnya" jawabku dengan merengut.
"Ish kamu aja itu yang gak pandai nangkapnya" ujar Rayyan .
"iyaa deh maaf" jawabku dengan wajah yang sedih.
"Nah, dapet kan.. ehhh yahh lepas lagi deh" ucap Rayyan dengan rasa kecewa.
"HAHAHAHA, rasain itu" ucapku sambil tertawakan Rayyan.
Baca Juga;Terdakwa Jalanan
Setelah adanya perdebatan sedikit, kami pun melanjutkan lagi untuk menangkap ikan. Namun, tak ada satupun ikan yang kami dapatkan.
"Halah, katanya bisa nangkap. Ini satupun ga ada huh.." kataku sambil mengejeknya
"Bisa aku sebenarnya, cuma kali ini ga rezeki aja mungkin" jawab Rayyan
"Banyak omong" kataku sambil tertawa.
Kami pun memutuskan untuk pulang kerumah masing masing, karena baju kami pun sudah basah semua. Sangat asik rasanya waktu itu bisa menangkap ikan bersama, ya walaupun tidak ada satupun ikan yang kami dapatkan. Hari itu adalah hari yang paling membuat ku bahagia.
Dan keesokan harinya, kami bermain seperti biasa dan juga mengobrol bersama.
"Yan, kamu bakal jadi sahabat aku terus kan?" tanyaku.
"Iyaa raa...aku ga akan ninggalin kamu, kamu juga begitu kan?" ucap Rayyan.
"Iyaa dong, kamu itu sahabat aku yang paling baik sedunia, mana mungkin aku ninggalin kamu" jawabku sambil tersenyum.
Kami pun lanjut bermain bersama sama. Disaat sedang asik asiknya bermain, Rayyan memberiku sebuah lukisan yang dia gambar sendiri katanya.
"Rara.. ini buat kamu, disimpan baik baik yaa" ucap Rayyan sambil memberikan lukisan itu.
"Wahhh bagus banget, ini kita yaa?
"iyaa ra, itu kita. Aku sengaja gambar itu buat jadi kenang kenangan kalo aku lagi gak sama kamu. Dan supaya kamu ingat aku terus. Kamu simpan baik-baik ya" ucap Rayyan.
"Iyaaa Rayyan makasih yaa, kamu emang sahabat terbaik aku satu satunya" jawabku dengan penuh rasa senang.
Di malam hari, tepatnya abis Isya aku diajak keluar oleh ayahku untuk melihat bintang bintang kecil yang indah. Aku mengatakan sesuatu pada bintang itu. "Bintang, aku sayang sekali dengan sahabatku Rayyan, dia baik sekali padaku dan dialah orang yang selalu menghibur ku disaat aku sedih. Saat bersamanya aku selalu merasa gembira. Aku harap dia akan selalu bersamaku sampai kapanpun ya" curhatku pada sang bintang.
Keesokan paginya, Aku bersiap-siap untuk berangkat kesekolah. Saat itu aku masih kelas 3 SD. Aku diantar ke sekolah oleh ayahku. Saat aku mulai jalan menuju sekolah, aku tak sengaja bertemu dengan Rayyan. Rayyan melambaikan tangannya kepadaku sambil berkata.
"Dada Rara.. aku pamit yaa, jaga diri kamu baik baik. Aku sayang sama kamu ra" ujar Rayyan yang kelihatan sangat sedih.
Aku tidak mengerti maksud Rayyan saat itu, aku menganggap bahwa itu hanya bercandanya saja. Dia gak akan mungkin meninggalkan aku, karena kami sudah berjanji satu sama lain untuk terus bersama dan menjadi sahabat selamanya. Aku tidak terlalu menghiraukan itu, karena aku yakin Rayyan hanya bercanda saja kepadaku. Kemudian lanjutlah aku berangkat ke sekolah diantar oleh ayahku.
Di sekolah aku selalu terfikirkan oleh kata kata Rayyan tadi. Apa benar Rayyan akan pergi meninggalkan ku. Rayyan tidak ada bilang kalau dia mau pergi. Semua pertanyaan selau terputar dibenakku ini dengan penuh kegelisahan.
Aku sangat takut kalau Rayyan meninggalkan ku, karena dia adalah sahabat kecilku yang paling aku sayang. Jikalau tak ada dia, sama siapa lagi aku main. Kalaupun benar Rayyan pergi meninggalkan ku, dia sungguh jahat karena dia ingkar terhadap janjinya selama ini.
Sepulang sekolah aku bertanya kepada ibuku
"Bu, Rayyan pergi kemana? Rayyan pergi cuma sebentar saja kan? Dia pasti balik lagi kan Bu? tanyaku dengan penuh histeris.
"Rayyan dan keluarganya pindah nak, mereka pindah ke Jakarta" jawab ibuku.
"Loh, tapi kenapa Rayyan gak bilang sama aku Bu?"
"Mungkin saja Rayyan tidak sempat menyampaikannya sama kamu nak" jawab ibuku.
Setelah ibuku menjawab pertanyaanku, aku langsung lari ke kamar dan menangis diatas tempat tidurku. Aku sangat kecewa dengan Rayyan, Rayyan benar benar pergi meninggalkan ku. Padahal dia sudah berjanji, dia akan selalu menemani aku sampai kapanpun.
Hari-hari aku lalui dengan penuh kesendirian, tanpa teman yang menemaniku. Aku selalu menatap keluar jendela, berharap Rayyan datang memanggilku untuk bermain bersama. Namun itu semua sia-sia, Rayyan benar-benar pergi meninggalkanku. Aku selalu berharap Rayyan akan menghubungiku lewat telepon, tetapi tidak sama sekali. Rayyan tak pernah memberi kabar apapun lagi semenjak dia pergi meninggalkanku pada hari itu. Setiap hari aku selalu berharap Rayyan menghubungiku, namun tidak juga.
Aku pergi ketempat dimana aku selalu bermain dan bersenda gurau dengannya, tempat itu tepat sekali di samping rumahnya Rayyan yang kini sudah kosong. Begitu banyak kenangan di tempat itu, tempat dimana 2 orang anak yang selalu bermain bersama dengan penuh kegembiraan dan terkadang juga saling bertengkar karena merebutkan sesuatu yang diinginkan.
Kini semuanya sudah tak ada lagi. Rayyan sudah pergi meninggalkanku. Tak ada lagi teman yang menemaniku bermain. Dan aku juga selalu menatap lukisan yang Rayyan berikan kepadaku, karena itulah hadiah terakhirnya kepadaku sebelum ia pergi.
Beberapa tahun kemudian..
Aku sudah duduk dibangku kelas 1 SMA. Di SMA ini aku mempunyai banyak teman teman yang baik padaku. Mereka selalu menghiburku dikala aku sedih. Namun, dibalik itu semua aku tetap masih mengingat sahabat keciilku, Rayyan. Entah bagaimana dia sekarang, aku tidak pernah bertemu lagi dengannya setelah bertahun tahun lamanya. Aku mencoba untuk mencari media sosialnya dan akhirnya aku mendapatkannya. Aku coba buat mengirimkan pesan lewat Instagram kepadanya.
(DM INSTAGRAM)
"Halo.. apa benar ini dengan Rayyan? tanyaku lewat pesan
Setelah beberapa menit akhirnya dia menjawab pesanku
"Iyaa benar, kamu siapa ya?
"Aku Rara, kamu udah lupa sama aku yan..?" tanyaku lagi dengan perasaan senang campur sedih
"Rara? Ya Allah raa ini serius kamu?! tanya Rayyan.
"Iyaa ini aku, kamu kemana aja Rayyan? Kenapa kamu ninggalin aku, kan kamu pernah janji pas kita kecil, kalo kamu ga akan ninggalin aku." tanyaku sambil sedih di layar handphone.
Mengetik...
"Maafin aku raa, aku ga nepatin janji kita yang dulu. Yang sama-sama berkomitmen satu sama lain untuk tidak saling meninggalkan dan tetap menjadi sahabat selamanya. Orang tuaku pindah tugas ke Jakarta dengan mendadak saat itu, aku awalnya menolak untuk pindah karena aku ingat sama kamu raa, aku ingat sama janji kita. Tapi aku juga terpaksa pindah, karena kalau tidak, aku tinggal sama siapa selain bersama orang tuaku." jawab Rayyan
"Sebelum pergi kenapa kamu ga bilang sama aku yan.. kenapa kamu ga bilang 1 hari sebelum kamu pergi??" tanyaku lagi dengan penuh jawaban kepastian.
"Aku pergi mendadak Rara.. pagi pagi aku sudah berangkat. Bahkan aku sendiri tidak tahu aku mau kemana pagi itu. Saat aku masuk mobil untuk memulai perjalanan, aku bertanya kepada ibu".
"Bu, kita mau kemana? tanyaku
"Kita pindah ke Jakarta nak" jawab ibu
"Hah apa?! Kok mendadak sekali Bu? tanyaku dengan penuh kebingungan.
"Papa kamu mendapat pesan semalam dari atasannya untuk pindah tugas ke Jakarta, dan besok dia sudah harus ada disana" jawab ibuku
"Tapi Aku belum sempat bilang ini sama Rara Bu gimana? Aku belum pamitan sama Rara" ucapku.
"Saat papa ku sudah mulai gas mobil untuk jalan, tiba tiba Aku melihat kamu Raa, dan saat itu Aku juga bilang pamit saja sama kamu, tapi aku tidak bilang aku mau kemana. Maafin aku Raa, aku gak bilang itu karena Aku takut kamunya sedih" balas Rayyan.
"Justru kamu gak bilang makin buat Aku sedih sekaligus kecewa sama kamu yan, tapi ya mau gimana lagi semua nya udah terjadi juga kan.." balasku dengan sedih.
"Aku benar-benar minta maaf sama kamu raa" balas Rayyan.
"Iyaa yan gapapa, Aku udah maafin kamu kok. Akhirnya aku bisa ketemu kamu lagi walaupun tidak secara langsung. Namun jujur, aku masih kecewa sama kamu. Tapi aku juga tidak bisa sepenuhnya menyalahkan kamu, karena memang keadaan lah yang membuat kita seperti ini. Aku rindu sekali percakapan kita berdua yang selalu membahas apapun saat kita bermain bersama, yann" balasku.
"Kamu kapan balik lagi kesini?" tanyaku.
"Aku engga tau raa, aku disini juga baru jadi maba. Dan kemungkinan balik kesana juga aku engga tahu kapan, tapi aku usahakan untuk bisa ketemu kamu kalau aku libur yaa, aku bakal beli tiket untuk kesana ketemu sama kamu, kali ini aku janji sama kamu" balas Rayyan.
"Baiklah kalau begitu, semangat yaa Rayyan. Walaupun sudah lama sekali kita tidak bertemu, aku tetap menganggap kamu sahabat kecilku yang tak akan pernah aku lupakan. Sahabat yang selalu ada buat aku, baik senang maupun sedih. Terimakasih atas semua hiburan yang udah kamu kasih sama aku ya. Aku senang bisa kenal kamu, dan jadi sahabat aku juga" balasku dengan penuh kelegaan.
"Makasih banyak ya Raraa, kamu memang sahabat aku yang paling baik. Setelah aku pulang, aku bakal ngajak kamu buat pergi jalan-jalan oke? Aku bakal ajak ortu aku dan ortu kamu juga. Maafin aku yang gak pernah pulang setelah bertahun tahun untuk menemui kamu. Ortu ku juga sibuk, jadi aku gak bisa pulang untuk ngejenguk kamu disana" balas Rayyan.
"Iyaa Rayyan, aku ngerti sekarang. Sekarang kita udah sama-sama dewasa ya. Aku ingat sama cita cita kamu, kamu mau jadi TNI kan.. Yann? Semangat terus yaa aku yakin kamu bisa raih itu" balasku.
"Iyaa Raa, makasih banyak yaa, kamu juga aku doain semoga bisa raih cita-cita kamu itu" balas Rayyan.
Akhirnya semua terungkap mengapa Rayyan pergi meninggalkanku saat itu. Rasa sedih dan senang bercampur menjadi satu. Setelah bertahun tahun lamanya, akhirnya aku bisa berkomunikasi lagi dengan Rayyan walaupun hanya lewat pesan tanpa bertemu langsung. Itu cukup mengobati rasa rinduku padanya setelah bertahun tahun lamanya. Karena dia, masa kecilku sangat berwarna.
Aku berharap suatu saat aku bisa bertemu lagi dengannya, dan membahas semua apa yang aku rasakan selama dia pergi meninggalkanku. Ingin sekali kembali ke masa masa itu, masa dimana kami selalu bermain bersama, bercanda tawa, bertengkar gara gara sesuatu, dan juga mengobrol tentang masa depan yang kami cita citakan.
Disini aku mengerti artinya persahabatan. Sahabat lah yang tahu hal bodoh dari kita, mereka yang selalu memberikan kita hiburan dikala sedih. Dan mereka yang selalu ada buat kita kapanpun itu. Namun di cerita ini, aku ambil dari kisah nyataku. Aku dan sahabat kecilku yang tidak pernah mau untuk dipisahkan, namun dipaksa berpisah oleh keadaan. Aku berharap bisa bertemu dengannya suatu saat nanti.
Penulis adalah Siswa Kelas XI -1 Unggul SMA. Negeri 1 Lhokseumawe
0 Komentar