Sumber: Dreamina.capcut.com
Oleh: Mukhlis, S.Pd., M.Pd
Sebagai contoh agar pembahasan mengerucut pada bagian tulisan yang kan dibahas pada bagian selanjutnya. Dialog dalam narasi diperlukan apabilla pengarang ingin menghadirkan perasaan, persan tokoh kepada pembaca. Apakh dialog teersebut dilakukan sesama tokoh, atau dengan tokoh itu sendiri. . Selanjutnya, dialog dalam naratif juga dibutuhkan untuk mengungkapkan karakter tokoh yang dibawakan dalam cerita.
Sementara itu, dalam karya sastra berbentuk drama, dialog berfungsi sebagai alat untuk membentangkan cerita. Dengan bahasa yang sederhana, dialog dalam drama dapat disamakan dengan alur dalam teks -teks naratif. Dalam drama, dialog -dialog tersebut harus dilakukukan atau dilakoknkan oleh tokoh sebagai pengantar cerita. Sedang
Jika pembaca sebagian dari para percakap dalam sebuah dialog, proses kerja yang perlu dilalui adalah sebagai berikut."Timbulkan rasa puas pada pecakap bahwa pembaca memahami segi pandangannya, caranya adalah dengan mengulangi segi pandangannya itu sejelas mungkin dengan memakai kata-kata penulis diri.Selidiki dalam situasi mana segi pandangan pecakap lain akan anda pandang sah dan carilah letak kemiripan segi pandangan pecakap lain dengan segi pandangan anda sendiri."
Dalam situasi yang benar-benar ada, mudah terjadi perlanggaran terhadap ketiga proses kerja ini. Akan tetapi, yang penting adalah kesungguhan para pecakap untuk mencoba mengikuti patokan-patokan ini. Demikian pula yang penting adalah kepercayaan pada diri pecakap itu, bahwa pecakap yang lain-lain juga bersedia mengikuti proses kerja tersebut. Tujuanya ialah menciptakan syarat-syarat khusus. Dengan adanya syarat-syarat khusus ini, pengajuan pertanyaan serta tindakan menyuluji segi-segi pandangan yang berlainan tidak akan dirasakan sangat mengancam kesentosaan diri sendiri. Dari uraian di atas, kita dapat menyebutkan bahwa dialog yang baik harus memiliki 3 proses kerja, yakni (1) pengertian bersama, (2) penerimaan, dan (3) lingkungan kemiripan.
Perbedaan Dialog dengan Wawancara
Sebagai bagian dari keterampilan berbicara, dialog sering disertakan dengan wawancara. Kedua keterampilan ini sama-sama melibatkan penutur bahasa dari satu orang; umumnya dilakukan oleh kedua orang; atau bahkan lebih. Pola komunikasi hampir memiliki persamaan, yang membedakan terdapat pada hubungan kognitif yang terjadi antara pihak- pihak yang bertutur, dalam dialog terjadi substitusi kognisi, saling melengkapi sehingga tercipta sebuah simpulan mengenai topik tutura. Dalam wawancara, satu pihak hanya meminta informasi, pihak lain memberi, jadi tidak ada transaksi topik-tuturan.
Kiranya jelas bagi kita bahwa komunikasi dengan jalan dialog tidak akan berguna bagi penggagas komunikasi yang ingin mempengaruhi pecakap lain. Jalan ini juga tidak berguna apabila panggagas komunikasi Cuma hendak membujukkan jalan pikirannya sendiri. Dalam jalan dialog harus ada kesedian yang tulus pada semua pihak pecakap untuk memikul resiko harus mengubah segi pandangannya yang semula. Kesediaan ini harus benar-benar ada pada pihak peserta yang menyelenggara dialog.
Dalam dialog setiap acara kerja yang lain akan mungkin ditafsirkan sebagai percobaan untuk membujuk, dan bukannya untuk menjajaki kemungkinan-kemungkinan lainnya dan jika hal ini terjadi maka taraf ancaman akan meningkat lagi. Akibatnya, akan rusaksanya syarat-syarat yang memungkinkan adanya keterbukaan dan kemungkinan banyak ancaman, jangan sekali-kali dipandang sebagai hal yang harus ada atau sama sekali tidak ada. Suasana khusus ini tercapai secara lambat laun sejalan dengan perkembangan para peserta yang semakin terlibat dalam diskusi. Menyusutnya perasaan terancam sejalan dengan proses di mana semua peserta sungguh-sungguh mencoba untuk mengikuti proses kerja yang diperlukan untuk mencapai dialog yang bermanfaat.
Di pihak lain, para peserta tahu secara langsung agar menuruti proses-proses kerja tersebut. Jika diberi tahu secara langsung dengan jalan demikian, ada kemungkinannya peserta tersebut lantas merasakan adanya ancaman sehingga menyebabkan mereka mengalami sikap mempertahankan diri. Satu lagi yang penting dalam jalan dialog adalah bahwa pihak secara tidak langsung dapat menyebabkan (mengajak) pihak lain agar menuruti poses-proses kerja tersebut, caranya adalah dengan memberikan teladan untuk ditiru.
Ajakan secara tidak langsung itu dapa juga dilakukan dengan jalan membesarkan hati para pecakap. Sekali-kali ajukanlah pertanyaan sisipan dalam dialog yang sedang berjalan “Saya tadi sudah menyatakan segi pandangan Anda dengan jelas. Saya ingin tahu pahamkah Anda tentang hal yang kemukakan ?” jika terdapat risiko bahwa diketahuinya seperangkat proses kerja akan menimbulkan kegelisahan dan melenyapkan kecendrungan bertanya maka lebih baik jika diambil jalan mengajar dengan jalan memberikan teladan dan gagasan –gagasan.
Penulis adalah Pemimpin Jurnal Aceh Edukasi dan Guru SMA Negeri 1 Lhokseumawe
0 Komentar