Hakikat Dialog dalam Drama

Hakikat Dialog dalam Drama

 

                      Sumber: Dreamina.capcut.com

Oleh: Mukhlis, S.Pd., M.Pd

Secara umum sastra dibagi dalam tiga kelompok besar, yaitu kelompok dramatik, puitik dan naratif. walalupun sama -sama berada dalam keluarga sastra, ketiga bentuk tersebut mempunyai perbedaan yang signifikan. Sekilas memang semua bagian karya sastra tersebut dibentuk oleh unsur besar, yaitu unsur intrinsik. walalupun dibentuk secara struktural yaitu unsur intrinsik, akan tetapi unsur tersebut berfungsi berbeda pada setiap karya sastra tersebut.

Sebagai contoh agar pembahasan mengerucut pada bagian tulisan yang kan dibahas pada bagian selanjutnya. Dialog dalam narasi diperlukan apabilla pengarang ingin menghadirkan perasaan, persan tokoh kepada pembaca. Apakh dialog teersebut dilakukan sesama tokoh, atau dengan tokoh itu sendiri. . Selanjutnya, dialog dalam naratif juga dibutuhkan untuk mengungkapkan karakter tokoh yang dibawakan dalam cerita.

Sementara itu, dalam karya sastra berbentuk drama, dialog berfungsi sebagai alat untuk membentangkan cerita. Dengan bahasa yang sederhana, dialog dalam drama dapat disamakan dengan alur dalam teks -teks naratif. Dalam drama, dialog -dialog tersebut harus dilakukukan atau dilakoknkan oleh tokoh sebagai pengantar cerita. Sedang

Dialog atau dalam bahasa inggris dialogue secara hakikat dapat diartikan (1) percakapan antara dua orang (2) pertukaran pendapat (salim, 1998:232). Dalam kamus besar bahasa indonesia, ditemukan beberapa arti dari kata dialog yakni (1) percakapan (dalam sandiwara, cerita) (2) karya tulis yang disajikan dalam bentuk percakapan antara dua pihak atau lebih (KBBI, 2000:231).

Dua pendapat di atas tampaknya pengertian dialog dapat merujuk pada dua katagori bentuk komunikasi. Peter Salim lebih merujuk ke kemunikasi lisan. Kedua dapat menjadi rujukan, peristilahan dialog yang akan menjadi acuan kita. Pada pengertian pertama, dialog dapat diidentifikasi dengan kata “percakapan”. Dialog pada katagori pertama merupakan contoh terjadinya pemutusan menuju paham bersama mengenai “Pengetahuan”. Kedua pihak yang terlibat dalam percakapan itu terutama ingi menambah pengertian masing- masing mengenai pertanyaan asasi yang berbunyi: berapa banyakkah yang anda ketahui?

Dalam dialog itu tidak dapat kesan seakan – akan minat utama yang terdapat pada diri pecakap satu maupun pecakap kedua adalah untuk mengadakan bujukan. Mereka tidak tanpa ingin membujuk teman berbicaranya agar menerima pokok pandangan yang dimiliki. Meskipun begitu, terdapat beberapa saat pecakap dua bersedia mengubah pengertian mereka mengenai masalah yang dibicarakan. Kesediaan untuk mengubah ini disebabkan oleh ucapan pihak lain (Kincaid, 2003:161).


Dialog merupakan jalan kuat untuk menimbulkan perubahan – perubahan bersama. Syaratnya adalah jika para percakapnya bersedia menilik kembali segi pandangan masing- masing dengan mempertimbangkan segi pandangan pecakap lainya. Semua pecakap pun harus bersedia untuk berubah anggapan pokok yang berlaku cara kerja dengan jalan dialog (untuk bersama-sama memecahkna masalah) adalah : keteguhan atau kekakuan segi pandangan seseorang disebabkan oleh penolakan olehnya untuk mendengarkan segi-segi pandangan lainnya. Penolakan terjadi karena segi pandangan lain itu dirasakan mengancam.

Jika anggota –anggota suatu khalayak merasa terancam oleh daya upaya seseorang yang ingin “Menjualkan segi pandangan yang lebih baik” pada mereka itu maka kecil kemukinannya mereka akan mau mendengarkan hal-hal yang dikatakan. Mereka pun karenanya tidak bersedia untuk menilik kembali segi-segi pandangan yang ada secara seksama. Seseorang tidak akan mau mencobakan kebenaran segi pandangan lain jika ia mengkhawatirkan bahwa alam kesadaran akan musnah atau berupa tanpa pengganti.

Memberanikan diri untuk berubah yang berarti membukakan diri terdapat risiko akan mengalami sesuatu oleh perkembangan atau akibat-akibat positif, karenanya sikap mendengar dengan sungguh-sungguh tidak sampai terlaksana.

Cara kerja menuju perubahan dengan jalan dialog terdiri atas serangkaian langkah atau prosedur. Masing-masing langkah itu menciptakan syarat-syarat yang baik untuk mendengarkan dengan sungguh-sungguh dan menciptakan syarat-syarat baik pula untuk mencapai perubahan. Pertama –tama, para pecakap mendapat pengalaman bersama. Pengalaman bersama ini dapat memuaskan perhatian serta minat para pecakap terhadap persoalan yang dihadapi bersama-sama. Tujuan dari pengalaman bersama adalah untuk “menggaggu” para pecakap, untuk membangkitkan keinginan pada diri mereka, untuk mencari pengertian yang lebih baik mengenai persoalan yang dihadapi.

Jenis pengalaman bersama, tidak begitu penting artinya. Yang lebih jelas penting adalah kesanggupan pengalaman tersebut untuk merangsang perhatian, membangkitkan minat, menimbulkan ketidakpastian serta keinginan untuk memahami persoalan dengan baik dan kemudian memecahkan persoalan itu.
Misalnya saja jika yang menjadi pokok persoalan adalah program penyelesaian studi di UT maka pengalaman bersama akan berupa sebuah gambar yang menunjukkan keadaan dalam sebuah kelas biasa yang penuh sesak. Pengalaman bersama itu dapat pula berupa berdiskusi kelompok bersama yang berdekatan letaknya. Tujuan dari pengalaman ini adalah untuk memastikan para pecakap pernah mempunyai pengalaman bersama mengenai persoalan yang dihadapi.

Dialog akan berjalan baik, jika dilakukan dalam situasi yang tidak mengandung ancaman besar bagi para pecakap. Syarat ini dapat tercipta jika para pecakap menuruti 3 proses kerja dalam membahas pengalaman-pengalaman mereka.

Jika pembaca  sebagian dari para percakap dalam sebuah dialog, proses kerja yang perlu dilalui adalah sebagai berikut."Timbulkan rasa puas pada pecakap bahwa  pembaca memahami segi pandangannya, caranya adalah dengan mengulangi segi pandangannya itu sejelas mungkin dengan memakai kata-kata penulis diri.Selidiki dalam situasi mana segi pandangan pecakap lain akan anda pandang sah dan carilah letak kemiripan segi pandangan pecakap lain dengan segi pandangan anda sendiri."

Dalam situasi yang benar-benar ada, mudah terjadi perlanggaran terhadap ketiga proses kerja ini. Akan tetapi, yang penting adalah kesungguhan para pecakap untuk mencoba mengikuti patokan-patokan ini. Demikian pula yang penting adalah kepercayaan pada diri pecakap itu, bahwa pecakap yang lain-lain juga bersedia mengikuti proses kerja tersebut. Tujuanya ialah menciptakan syarat-syarat khusus. Dengan adanya syarat-syarat khusus ini, pengajuan pertanyaan serta tindakan menyuluji segi-segi pandangan yang berlainan tidak akan dirasakan sangat mengancam kesentosaan diri sendiri. Dari uraian di atas, kita dapat menyebutkan bahwa dialog yang baik harus memiliki 3 proses kerja, yakni (1) pengertian bersama, (2) penerimaan, dan (3) lingkungan kemiripan.


Perbedaan Dialog dengan Wawancara

Sebagai bagian dari keterampilan berbicara, dialog sering disertakan dengan wawancara. Kedua keterampilan ini sama-sama melibatkan penutur bahasa dari satu orang; umumnya dilakukan oleh kedua orang; atau bahkan lebih. Pola komunikasi hampir memiliki persamaan, yang membedakan terdapat pada hubungan kognitif yang terjadi antara pihak- pihak yang bertutur, dalam dialog terjadi substitusi kognisi, saling melengkapi sehingga tercipta sebuah simpulan mengenai topik tutura. Dalam wawancara, satu pihak hanya meminta informasi, pihak lain memberi, jadi tidak ada transaksi topik-tuturan. 

Kiranya jelas bagi kita bahwa komunikasi dengan jalan dialog tidak akan berguna bagi penggagas komunikasi yang ingin mempengaruhi pecakap lain. Jalan ini juga tidak berguna apabila panggagas komunikasi Cuma hendak membujukkan jalan pikirannya sendiri. Dalam jalan dialog harus ada kesedian  yang tulus pada semua pihak pecakap untuk memikul resiko harus mengubah segi pandangannya yang semula. Kesediaan ini harus benar-benar ada pada pihak peserta yang menyelenggara dialog.

Dalam dialog setiap acara kerja yang lain akan  mungkin ditafsirkan sebagai percobaan untuk membujuk, dan bukannya untuk menjajaki kemungkinan-kemungkinan lainnya dan jika hal ini terjadi maka taraf ancaman akan meningkat lagi. Akibatnya, akan rusaksanya syarat-syarat yang memungkinkan adanya keterbukaan dan kemungkinan banyak ancaman, jangan sekali-kali dipandang sebagai hal yang harus ada atau sama sekali tidak ada. Suasana khusus ini tercapai secara lambat laun sejalan dengan perkembangan para peserta yang semakin terlibat dalam diskusi. Menyusutnya perasaan terancam sejalan dengan proses di mana semua peserta sungguh-sungguh mencoba untuk mengikuti proses kerja yang diperlukan untuk mencapai dialog yang bermanfaat. 

Di pihak lain, para peserta tahu secara langsung agar menuruti proses-proses kerja tersebut. Jika diberi tahu secara langsung dengan jalan demikian, ada kemungkinannya peserta tersebut lantas merasakan adanya ancaman sehingga menyebabkan mereka mengalami sikap mempertahankan diri. Satu lagi yang penting dalam jalan dialog adalah bahwa pihak secara tidak langsung dapat menyebabkan (mengajak) pihak lain agar menuruti poses-proses kerja tersebut, caranya adalah dengan memberikan teladan untuk ditiru. 

Ajakan secara tidak langsung itu dapa juga dilakukan dengan jalan membesarkan hati para pecakap. Sekali-kali ajukanlah pertanyaan sisipan dalam dialog yang sedang berjalan  “Saya tadi sudah menyatakan segi pandangan Anda dengan jelas. Saya ingin tahu pahamkah Anda tentang hal yang kemukakan ?” jika terdapat risiko bahwa diketahuinya seperangkat proses kerja akan menimbulkan kegelisahan dan melenyapkan kecendrungan bertanya maka lebih baik jika diambil jalan mengajar dengan jalan memberikan teladan dan gagasan –gagasan.


Penulis adalah Pemimpin Jurnal Aceh Edukasi dan Guru SMA Negeri 1 Lhokseumawe

Berita Terkait

Posting Komentar

0 Komentar