Oleh: Mukhlis, S.Pd., .M..Pd.
Dalam kehidupan berbahasa "Kata" merupakan bahan baku yang dibutuhkan untuk menyampaikan informasi atau gagasan. Kata - kata tersebut disusun dan diramu sedemikian rupa dalam satu wujud kalimat yang utuh. Berkaitan dengan konsep "Kata" banyak para mitratutur menganggap bahwa unit terkecil dalm8 ilmu linguistik sesuatu yang tidak berguna. Padahal dalam ilmu morfologi " Kata" dipelajari secara khusus dan tersistem.
Artinya unit unit bahasa tersebut harus dipandang sebagai satu kesatuan yang utuh dalam hubungan dengan unit lain dalam gramatikal bahasa Indonesia. Inilah yang membuat " Kata' dipelajari secara spesifik dalam tataran linguistik linguistik Indonesia.
Pengertian Kata
1. Merupakan satuan bahasa terkecil.
2. Mengandung makna yang bebas.
Bentuk kata gramatikal (atau dasar) dalam pembentukan kata gramatik dapat berupa bentuk pradasar, kata dasar, kata berimbuhan, kata berulang, atau kata gabung.
Kata dasar, yakni kata yang sebenarnya telah dapat digunakan dalam pertuturan seperti kata makan dalam kalimat “mereka cuma makan ubi,” bisa juga menjadi bentuk dasar untuk pembentukan kata lain. Misalnya, makan pada kata kata makanan atau pemakan; kata sehat pada kata kesehatan atau penyehatan; dan kata benar pada kata kebenaran atau sebenarnya.
Kata yang sudah diberi imbuhan dapat pula menjadi dasar dalam pembentukan kata berikutnya. Misalnya, kata berimbuhan kewajiban pada kata berkewajiban kata sepaham pada kata kesepahaman, dan kata berlaku pada kata memberlakukan.
1) Kata Turunan
a. Kata Majemuk
Kata majemuk adalah gabungan dua kata atau lebih yang membentuk makna baru. Kata majemuk berbeda dengan gabungan- gabungan kata lainya, misalnya frase atau kalimat, yang masih menunjukkan makna dari setiap unsurnya. Dalam kata majemuk, makna dari unsur – unsurnya itu meleburkan ke dalam satu makna yang baru. Chaer (2007:34)
Kesatuan makna yang terdapat dalam kata majemuk itu terjadi karena keeratan hubungan dari setiap unsurnya. Susunan kata majemuk tidak bisa diubah ataupun ditambah-tambah.
Kalaupun terjadi perubahan ataupun penambahan padanya dapat menyebabkan berubahnya keseluruhan makna kata majemuk.
b. Ciri-ciri Kata Majemuk
Berdasarkan pengertian di atas, dapat dirumuskan ciri – ciri kata majemuk, sebagai berikut.
(1) Dibentuk oleh dua kata atau lebih. Walaupun demikian, apabila sudah bergabungan menjadi kata majemuk, kata – kata itu dihitung satu kata.
Contoh : anak yang besar kepala itu sendiri disukai temannya.
Besar kepala dihitung satu kata. Ataupun kata besar dan kepala.
Dalam gabungan di atas tidak disebut lagi kata, melainkan morfem dengan demikian, kalimat itu dibentuk oleh tujuan dua buah kata dan sepuluh morfem. (dalam hal ini kata disukai dan temannya dalam contoh di atas masing-masing terdiri atas dua morfem, yakni di- i+ suka dan teman + nya)
(2) Gabungan kata itu membentuk makna kata baru yang berbeda dengan makna dari setiap unsurnya.
Misalnya, perhatian gabungan kata besar kepala. Gabungan kata itu tidak bermakna ‘kepala yang ukuranya besar’, tetapi dalam hal ini berarti ‘sombong’. Apa hubungannya dengan kata besar dan kepala dengan makna ‘sombong’? secara harfiah, hubungannya itu tidak jelas.
(3) Kata majemuk umumnya dibentuk oleh kata dasar. Hal ini berbeda dengan frase yang dengan mudah dibentuk dari kata berimbuhan.
Contoh :
Abu gosok, gatal tangan, kantung kempis.
(4) Unsur kata majemuk tidak dapat dipisahkan dengan kata lain. Kata majemuk rumah sakit tidak bisa diubah menjadi rumah tempat orang yang sakit. Kata terjun payung tidak bisa diubah menjadi terjun dengan payung. Rumah tempat orang sakit tidak selalu dikatakan rumah sakit karena bisa saja rumah itu merupakan rumah pribadi, rumah dokter, ataupun puskesmas. Demikian pula halnya dengan terjun dan payung, kelompok kata itu berbeda makna dengan terjun payung.
(5) Kata majemuk tidak bisa diubah-ubah susunanya. Kalaupun perubahan itu terjadi, maka makna gabugan kata itu akan turut berubah. Gabungan kata itu bukan kata majemuk, malaikan frase atau klausa.
Contoh :
Kata Majemuk | Frase |
Besar kepala | Kepala besar |
Kecil hati | Hati kecil |
Langkah seribu | Seribu langkah |
(6) Jika kata majemuk mendapat pengimbuhan ataupun pengulangan maka pengimbuhan atau pengulangan itu harus meliputi keseluruhan unsurnya.
Contoh :
Per-an + tanggung jawab = pertanggungjawaban, bukan pertanggungan
Jawab.
Rumah sakit + rumah sakit rumah sakit – rumah sakit
Kata Ulang
Kata ulang merupakan salah satu jenis kata yang dibentuk oleh proses penurunan dari bentuk dasar. Ulang merujuk pada kamus Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007:88) berarti ”suatu bentuk kata yang padawaktu penulisan diberi tanda hubung(-) dan waktu pembacaan harus di ulang.” Menurut kosasih (2002:215) kata ulang (reduplikasi) adalah “kata yang mengalami proses perulangan, baik sebagian atau pun seluruhnya dengan disertai perubahan bunyi atau pun tidak.”
Kata ulang dimengerti oleh masyarakat umum, dan sering pula digunakan oleh berbagai lapisan masyarakat. Dalam keberadaannya, kata ulang merupakan kata-kata milik publik atau masyarakat umum.
Hal ini disebabkan, kata-kata ulang tidak terikat berdasarkan istilah disiplin ilmu tertentu. Istilah kata ulang menurut Muslich (2008:1) “Kata ulang merupakan kata-kata yang sering dipergunakan secara terbatas dan dalam kesempatan tertentu. Kata ulang sering dipergunakan oleh para ilmuan atau kelompok profesi tertentu dalam makalah atau perbincangan khusus.
Pemakaian ulang, dilihat bentuk mengacu pada bentuk turunan. Pemakaian kata ulang dalam konteks kebahasaan memunculkan makna dalam berbagai konteks.
Misalnya, kata buah diketahui bentuknya sebagai bentuk dasar dan makana yang ditimbulkan pun berbeda. Selanjutkanya kata dasar buah jika dulang akan memunculkan makna lain, misalnya buah-buahan yang bermakna banyak bermacam-macam.
Kata anak lebih lebih bermakna pada satu orang, akan tetapi ketika terjadi perulangan maka akan memunculkan makna banyak. Maka sesuai dengan sebutannya, kata ulang adalah kata yang diturunkan dari bentuk dasar dengan memunculkan makna yang beragam. Dalam sebuah wacana, penggunaan kata ulang tentu saja sangat membantu penulis dan pembaca dalam menerima dan memberikan informasi.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa, kata ulang merupakan kata-kata sudah mengalami proses perulangan baik keseluruhan, berubah bunyi adan berimbuhan yang lazim digunakan oleh masyarakat umum.
Ciri-ciri Kata Ulang
Kata kulang memiliki ciri-ciri khusus untuk membedakannya dengan majemuk,kata imbuhan, idiom dan frase. Adapun ciri-ciri kata ulang secara umum yaitu:
1) Jika bentuk ulang tanpa diulang (berdiri sendiri) harus punya makna
2) Setiap bentuk dasar, bentuk beribuhan, dan bentuk majemuk jika diulang harus diberi tanda hubung(-).
Berdasarkan ciri-ciri kata ulang yang dikemukakan di atas, dapat dipahami bahwa bentuk-bentuk seperti, biri-biri, kura-kura, laba-laba, ani-ani, anai-anai, dan kupu-kupu tidak dapat dipahami sebagai kata ulang.
Selanjutnya, bentuk –bentuk yang sudh disebutkan di atas sebagian ahli menyebutnya sebagai kata ulang semu dan ada juga yang cenderung menyebutnya sebagai bentuk dasar yang di ulang tetapi bukan kata ulang.
Biasanya, penggunaan kata ulang dijumpai dalam wacana ulis dan ada juga dalam wacana lisan. Kata ulang juga digunakan dalam berbagai disiplin ilmu. Penggunaannya sesuai dengan disiplin ilmu yang diperlukian.
Contoh penggunaan kata kajian dalam kalimat.
1) Mahasiswa Unimus melakukan demo di depan ruang rektor secara beramai-ramai
2) Anak-anak sekarang sudah mampu menguasi computer dengan baik
3) Orang-orang bodoh dan banyak bicara dianalogikan seperti tong kosong nyaring bunyinya.
4) Di pasar Matanggulumpang dua ada di jual buah-buahan
5) Para ahli secara turun-temurun memberikan definisi yang hampir sama terhadap puisi.
6) Selama ini, para napi di Bireuen merasa dibola-bolai oleh penjaga penjara.
7) Pada tahun 2024, diperkirakan artis-artis sudah berbusana eksentrik.
8) Mahasiswa bahasa Indonesia berusaha sekuat-kuatnya mengerjakan ujian final
9) Selama ini pasien –pasien Askin di Puskesmas Blang Asan kurang mendapat perlakukan yang baik
Jenis-jenis Kata Ulang
Menurut Kosasih (2002:215 ) Dalam bahasa Indonesia, kata ulang terbagi ke dalam empat jenis yaitu 1) perulangan seluruh bentuk kata dasar, 2) kata ulang berimbuhan, 3) kata ulang berubah bunyi, 4) perulangan sebagian.
1) Perulangan Seluruh Bentuk Kata Dasar
Perulangan ini di sebut juga perulangan utuh atau dwilingga. Perulangan utuh terdiri atas dua macam. Pertama, perulangan terhadap kata dasar. Kedua terhadap kata berimbuhan. Hal ini seperti tampak pada tabel berikut.
Bentuk Dasar | Bentuk Perulangan |
Buah Gunung Kejadian Lari Merah Pagi Pelajar Pencuri Rumah Timbangan | Buah-buah Gunging-gunung Kejadian-kejadian Lari-lari Merah-merah Pagi-pagi Pelajar-pelajar Pencuri-pencuri Rumah-rumah Timbangan-timbangan |
Perulangan berimbuhan adalah bentuk perulangan yang disertai dengan proses pengimbuhan. Pengimbuhan tersebut ada yang melekat pada komponen pertama dan ada pula yang melekat pada komponen kedua. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut.
Bentuk Dasar | Bentuk Perulangan |
Padi Biji Batu Rumah Barat Kanak Tinggi Besar Dua | Padi-padian Biji-bijian Batu-batuan Rumah-rumahan Keberat-keberatan Kekanak-kanakan Setinggi-tingginya Sebesar-besarnya Kedua-duanya |
3) Kata Ulang Berubah Bunyi
Kata ulang berubah bunyi atau kata ulang salin suara, adalah bentuk perulangan yang disertai dengan perubahan bunyi. Perubahan bunyi tersebut ada yang terjadi pada vocal atau pada bunyi konsonan.
Bentuk Dasar | Bentuk Perulangan |
Balik Beras Gerak Lauk Sayur Serba Sorak warna | Bolak-balik Beras-pesta Gerak-gerik Lauk-pauk Sayur-mayur Serba-serbi Sorak-sorai Warna-warni |
4) Perulangan Sebagian
Perulangan sebagian atau kata ulang dwipura adalah bentuk berulangan yang terjadi hanya pada sebagian bentuk dasar.
Bentuk Dasar | Bentuk Perulangan |
Daun Luhur Pohon Saji Tamu Berjalan Berkata Bermain Bekejaran Mainan Melihat Menarik Menali Menolak | Dedaunan Leluhur Pepohonan Sesaji Tetamu Berjalan-jalan Berkata-kata Bermain-main Berkejar-kejaran Main-mainan Melihat-melihat Menarik-narik Tali-temali Tolak-menolak |
Makna Kata Ulang
Kata ulang memiliki beberapa makna, diantaranya, adalah sebagai berikut.
1) Banyak Tak Tentu
Contoh:
Batu-batu Negara-nergara
Buku-buku Orang-orang
Kuda-kuda Peraturan-peraturan
Makanan-makanan Rumah-rumah
Menteri-mentri Suara-suara
2) Banyak Bermacam-Macam
Contoh:
Bau-bauan dedaunan
Bibit-bibitan lauk-pauk
Buah-buahan pepohonan
Bumbu-bumbuan sayur-mayur
Bunyi-bunyian tanam-tanaman
3) Menyerupai dan bermacam-macam
Contoh:
Kuda-kuda mobil-mobilan
Kuda-kudaan orang-orangan
Kucing-kucingan robot-robotan
Langit-langit rumah-rumahan
Mata-mata siku-siku
4) Agak atau melemahkan sesuatu yang disebut pada kata dasar
Contoh:
Keberat-baratan malu-malu
Kehijau-hijauan pening-pening
Keingris-inggrisan sakit-sakitan
Kekanak-kanakan tidur-tiduran
Kekuning-kunigan
5) Intentitas kualitatif
Contoh:
Keras-keras segiat-segiatnya
Kuat-kuat setinggi-tingginya
6) Intentitas kualitatif
Contoh:
Berkacap-kacap manggung-manggung
Berlari-lari mengangguk-angguk
Berputar-putar mondar-mandir
Bolak-balik tersenyum-seyum
Menggeleng-gelengkan tertawa-tawa
7) Makna kolektif
Contoh:
Dua-dua kedua-duanya
Empat-empat ketiga-tiganya
8) Kesalinan
Contohnya:
Berpandang-pangdangan pukul-pukulan
Bersalam-salaman tendang-menendang
Lempar-lemparan tolong-menolong
Selanjutnya, http//:masihbelajar.wordpress.com . makna dan fungsi kata ulang adalah sebagai berikut:
1. Perulangan kata benda
Makna yang terkandung dalam perulangan dengan bentuk dasar kata benda.
2. Menyatakan benda itu bermacam-macam. Misalnya: buah-buahan, sayur-sayuran.
3. Menyatakan benda yang menyerupai bentuk dasar itu. Misalnya: anak-anakan, orang-orangan.
1. Perulangan kata kerja
Makna yang terkandung dalam perulangan dengan bentuk dasar kata kerja.
2. Menyatakan bahwa pekerjaan itu dilakukan berulang-ulang atau beberapa kali.
Misalnya: meloncat-loncat, menyebut-nyebut.
3. Menyatakan aspek duratif, yaitu proses pekerjaan, pembuatan, atau keadaan yang berlangsung lama.
Misalnya: berenang-renang, duduk-duduk.
5. menyatakan pekerjaan yang dilakukan oleh dua belah pikak atau berbalasan.
Misalnya: tembak-menembak, tuduh-menuduh
9. Digabungkan dengan awalan se- dan akhiran -nya mengandung makna superlatif(paling).
Misalnya: Kerjakan sebaik-baiknya agar hasilnya memuaskan. Terbangkan layang-layangmu setinggi-tingginya.
10. Berlawanan dengan makna nomor satu atau melemahkan arti kata sifat itu.
Misalnya: Badanku sakit-sakit saja rasanya. (sakit di sana-sini, tapi tidak terlalu sakit) Kalau kepalamu pening-pening, bawalah tidur. (agak pening; pening sedikit)
12. Perulangan kata bilangan
13. Perulangan kata satu menjadi satu-satu memberi makna "satu demi satu".
Misalnya: Peserta ujian masuk ruangan itu satu-satu.
14. Perulangan kata satu dengan tambahan akhiran -nya memberi makna "hanya satu".
Misalnya: Ini anak saya satu-satunya.
15. Perulangan kata dua-dua, tiga-tiga, dst. memberi pengertian "sekaligus dua, tiga,dst.”
Misalnya: Jangan masuk dua-dua karena pintu itu tidak lebar.
16. Bentuk perulangan berpuluh-puluh, beratus-ratus, beribu-ribu, dst. menyatakan makna "kelipatan sepuluh, seratus, seribu, dst.
17. Misalnya: Beribu-ribu orang yang mati dalam peperangan itu.
Bentuk perulangan kata bilangan dengan awalan ber-, saat ini sering diganti dengan bentukan dengan akhiran -an. Misalnya: berpuluh-puluh menjadi puluhan.
0 Komentar