Kata dan Bentuk Kata dalam Bahasa Indonesia

Kata dan Bentuk Kata dalam Bahasa Indonesia

                        Sumber: Pixabay

Oleh: Mukhlis, S.Pd., .M..Pd.

Dalam  kehidupan  berbahasa  "Kata" merupakan  bahan baku   yang  dibutuhkan  untuk  menyampaikan  informasi  atau  gagasan.  Kata  - kata  tersebut disusun dan diramu  sedemikian rupa dalam  satu wujud  kalimat yang  utuh.  Berkaitan  dengan  konsep  "Kata" banyak para  mitratutur  menganggap  bahwa  unit  terkecil  dalm8 ilmu  linguistik  sesuatu yang  tidak  berguna.  Padahal dalam  ilmu  morfologi  " Kata" dipelajari secara khusus  dan  tersistem. 

Artinya  unit  unit  bahasa  tersebut  harus dipandang  sebagai  satu  kesatuan  yang  utuh dalam  hubungan  dengan  unit  lain  dalam  gramatikal  bahasa  Indonesia.  Inilah  yang  membuat  " Kata' dipelajari secara spesifik dalam  tataran linguistik  linguistik  Indonesia.  


Pengertian Kata

Menurut  Kosasih (2002:145), Kata adalah satuan bahasa terkecil yang dapat berdiri sendiri dengan makna yang bebas. Dari definisi tersebut terdapat dua hal yang menandai sebuah kata, yakni:
1. Merupakan satuan bahasa terkecil.
2. Mengandung makna yang bebas.
.
Bentuk kata gramatikal (atau dasar) dalam pembentukan kata gramatik dapat berupa bentuk pradasar, kata dasar, kata berimbuhan, kata berulang, atau kata gabung. 

Bentuk pradasar adalah morfem dasar terikat seperti bentuk juang pada kata berjuang, bentuk sia pada kata sia-sia, bentuk moga pada kata moga –moga atau semoga. Bentuk juang, sia, dan moga disebut sebagai bentuk pradasar atau morfem dasar terikat, karena bentuk-bentuk tersebut tidak dapat digunakan sebelum mengalami proses gramatikal.

Kata dasar, yakni kata yang sebenarnya telah dapat digunakan dalam pertuturan seperti kata makan dalam kalimat “mereka cuma makan ubi,” bisa juga menjadi bentuk dasar untuk pembentukan kata lain. Misalnya, makan pada kata kata makanan atau pemakan; kata sehat pada kata kesehatan atau penyehatan; dan kata benar pada kata kebenaran atau sebenarnya. 

Kata yang sudah diberi imbuhan dapat pula menjadi dasar dalam pembentukan kata berikutnya. Misalnya, kata berimbuhan kewajiban pada kata berkewajiban kata sepaham pada kata kesepahaman, dan kata berlaku pada kata memberlakukan.

1) Kata Turunan

a. Kata Majemuk

Kata majemuk adalah gabungan dua kata atau lebih yang membentuk makna baru. Kata majemuk berbeda dengan gabungan- gabungan kata lainya, misalnya frase atau kalimat, yang masih menunjukkan makna dari setiap unsurnya. Dalam kata majemuk, makna dari unsur – unsurnya itu meleburkan ke dalam satu makna yang baru. Chaer (2007:34)

Kesatuan makna yang terdapat dalam kata majemuk itu terjadi karena keeratan hubungan dari setiap unsurnya. Susunan kata majemuk tidak bisa diubah ataupun ditambah-tambah. 

Kalaupun terjadi perubahan ataupun penambahan padanya dapat menyebabkan berubahnya keseluruhan makna kata majemuk.

b. Ciri-ciri Kata Majemuk 

Berdasarkan pengertian di atas, dapat dirumuskan ciri – ciri kata majemuk, sebagai berikut.

(1) Dibentuk oleh dua kata atau lebih. Walaupun demikian, apabila sudah bergabungan menjadi kata majemuk, kata – kata itu dihitung satu kata.

Contoh : anak yang besar kepala itu sendiri disukai temannya.

Besar kepala dihitung satu kata. Ataupun kata besar dan kepala.

Dalam gabungan di atas tidak disebut lagi kata, melainkan morfem dengan demikian, kalimat itu dibentuk oleh tujuan dua  buah kata dan sepuluh morfem. (dalam hal ini kata disukai dan temannya dalam contoh di atas masing-masing terdiri atas dua morfem, yakni di- i+ suka dan teman + nya)

(2) Gabungan kata itu membentuk makna kata baru yang  berbeda dengan makna dari setiap unsurnya. 

Misalnya, perhatian gabungan kata besar kepala. Gabungan kata itu tidak bermakna ‘kepala yang ukuranya besar’, tetapi dalam hal ini berarti ‘sombong’. Apa hubungannya dengan kata besar  dan kepala  dengan makna ‘sombong’? secara harfiah, hubungannya itu tidak jelas.

(3) Kata majemuk umumnya dibentuk oleh kata dasar. Hal  ini berbeda dengan frase yang dengan mudah dibentuk dari kata berimbuhan.

Contoh :

Abu gosok, gatal  tangan, kantung kempis.

(4) Unsur  kata majemuk tidak dapat dipisahkan dengan kata lain. Kata majemuk rumah sakit tidak bisa diubah menjadi rumah tempat orang yang sakit. Kata terjun payung tidak bisa diubah menjadi terjun dengan payung. Rumah tempat orang sakit tidak selalu dikatakan rumah sakit karena bisa saja rumah itu merupakan rumah pribadi, rumah dokter, ataupun puskesmas. Demikian pula halnya dengan terjun dan  payung, kelompok kata itu berbeda makna dengan terjun payung.

(5) Kata majemuk tidak bisa diubah-ubah susunanya. Kalaupun perubahan itu terjadi, maka makna gabugan kata itu akan turut berubah. Gabungan kata itu bukan kata majemuk, malaikan frase atau klausa.

Contoh :

Kata Majemuk

Frase

Besar kepala

Kepala besar

Kecil hati

Hati kecil

Langkah seribu

Seribu langkah

(6) Jika kata majemuk mendapat pengimbuhan ataupun pengulangan maka pengimbuhan atau pengulangan itu harus meliputi keseluruhan unsurnya.

Contoh :

Per-an + tanggung jawab   =     pertanggungjawaban, bukan pertanggungan          

      Jawab.

Rumah sakit  + rumah sakit               rumah sakit – rumah sakit

 Kata Ulang

Kata ulang  merupakan salah satu jenis kata yang dibentuk oleh proses penurunan dari bentuk dasar.  Ulang  merujuk pada kamus Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007:88) berarti ”suatu bentuk kata yang padawaktu penulisan diberi tanda hubung(-) dan waktu pembacaan harus di ulang.” Menurut kosasih (2002:215) kata ulang (reduplikasi) adalah “kata yang mengalami proses perulangan, baik sebagian atau pun seluruhnya dengan disertai perubahan bunyi atau pun tidak.”

Kata ulang dimengerti oleh masyarakat umum, dan sering pula digunakan oleh berbagai lapisan masyarakat. Dalam keberadaannya, kata ulang merupakan kata-kata milik publik atau masyarakat umum. 

Hal ini disebabkan, kata-kata ulang tidak terikat berdasarkan istilah disiplin ilmu tertentu. Istilah kata ulang menurut Muslich (2008:1) “Kata ulang merupakan kata-kata yang sering dipergunakan secara terbatas dan dalam kesempatan tertentu. Kata ulang sering dipergunakan oleh para ilmuan atau kelompok profesi tertentu dalam makalah atau perbincangan khusus.  

Pemakaian ulang, dilihat bentuk mengacu pada bentuk turunan.  Pemakaian kata ulang dalam konteks kebahasaan memunculkan makna dalam berbagai konteks.

Misalnya, kata buah  diketahui bentuknya sebagai bentuk dasar dan makana yang ditimbulkan pun berbeda. Selanjutkanya kata dasar buah jika dulang akan memunculkan makna lain, misalnya buah-buahan yang bermakna banyak  bermacam-macam.   

Kata anak  lebih lebih bermakna pada satu orang, akan tetapi ketika terjadi perulangan maka akan memunculkan makna banyak. Maka sesuai dengan sebutannya, kata ulang adalah kata yang diturunkan dari bentuk dasar dengan memunculkan makna yang beragam.   Dalam sebuah wacana, penggunaan kata ulang tentu saja sangat membantu penulis dan pembaca dalam menerima  dan memberikan informasi.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa, kata ulang  merupakan kata-kata sudah mengalami proses perulangan baik keseluruhan, berubah bunyi adan berimbuhan  yang lazim digunakan oleh masyarakat umum.

Ciri-ciri Kata Ulang

Kata kulang  memiliki ciri-ciri khusus untuk membedakannya dengan majemuk,kata imbuhan, idiom dan frase. Adapun    ciri-ciri kata ulang secara umum yaitu:

1) Jika bentuk ulang tanpa diulang (berdiri sendiri) harus punya makna

2) Setiap bentuk dasar, bentuk beribuhan, dan bentuk majemuk jika diulang harus diberi tanda hubung(-).

Berdasarkan ciri-ciri kata ulang  yang dikemukakan di atas, dapat dipahami bahwa bentuk-bentuk seperti, biri-biri, kura-kura, laba-laba, ani-ani, anai-anai, dan kupu-kupu tidak dapat dipahami sebagai kata ulang. 

Selanjutnya, bentuk –bentuk yang sudh disebutkan di atas sebagian ahli menyebutnya  sebagai kata ulang semu dan ada juga yang cenderung menyebutnya sebagai bentuk dasar yang di ulang  tetapi bukan kata ulang.  

Biasanya, penggunaan kata ulang dijumpai dalam wacana ulis dan ada juga dalam wacana lisan. Kata ulang juga digunakan dalam berbagai disiplin ilmu. Penggunaannya sesuai dengan disiplin ilmu yang diperlukian.   

Contoh penggunaan kata kajian dalam kalimat.

1) Mahasiswa Unimus  melakukan demo di depan ruang rektor secara  beramai-ramai

2) Anak-anak  sekarang  sudah mampu menguasi computer dengan baik

3) Orang-orang bodoh dan banyak bicara dianalogikan seperti tong kosong nyaring bunyinya.

4) Di pasar Matanggulumpang dua ada di jual buah-buahan

5) Para ahli secara turun-temurun  memberikan definisi yang hampir sama terhadap puisi.

6) Selama ini, para napi di Bireuen merasa dibola-bolai  oleh penjaga penjara.

7) Pada tahun 2024, diperkirakan artis-artis  sudah  berbusana eksentrik.

8) Mahasiswa bahasa Indonesia berusaha sekuat-kuatnya  mengerjakan ujian final    

9) Selama ini pasien –pasien Askin di Puskesmas Blang Asan kurang mendapat perlakukan yang baik


Jenis-jenis Kata Ulang

Menurut Kosasih (2002:215 ) Dalam bahasa Indonesia, kata ulang terbagi ke dalam empat jenis yaitu 1)  perulangan seluruh bentuk kata dasar, 2) kata ulang berimbuhan, 3) kata ulang berubah bunyi, 4) perulangan sebagian.

1) Perulangan Seluruh Bentuk Kata Dasar

Perulangan ini di sebut juga perulangan utuh atau dwilingga. Perulangan utuh terdiri atas dua macam. Pertama, perulangan terhadap kata dasar. Kedua terhadap kata berimbuhan. Hal ini seperti tampak pada tabel berikut.

Bentuk Dasar
Bentuk Perulangan
Buah
Gunung
Kejadian
Lari
Merah
Pagi
Pelajar
Pencuri
Rumah
Timbangan
Buah-buah
Gunging-gunung
Kejadian-kejadian
Lari-lari
Merah-merah
Pagi-pagi
Pelajar-pelajar
Pencuri-pencuri
Rumah-rumah
Timbangan-timbangan
2) Kata Ulang Berimbuhan
Perulangan berimbuhan adalah bentuk perulangan yang disertai dengan proses pengimbuhan. Pengimbuhan tersebut ada yang melekat pada komponen pertama dan ada pula yang melekat pada komponen kedua. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut.

Bentuk Dasar
Bentuk Perulangan
Padi
Biji
Batu
Rumah
Barat
Kanak
Tinggi
Besar
Dua
Padi-padian
Biji-bijian
Batu-batuan
Rumah-rumahan
Keberat-keberatan
Kekanak-kanakan
Setinggi-tingginya
Sebesar-besarnya
Kedua-duanya
 

3) Kata Ulang Berubah Bunyi

Kata ulang berubah bunyi atau kata ulang salin suara, adalah bentuk perulangan yang disertai dengan perubahan bunyi. Perubahan bunyi tersebut ada yang terjadi pada vocal atau pada bunyi konsonan.

Bentuk Dasar

Bentuk Perulangan

                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                   Balik

Beras
Gerak
Lauk
Sayur
Serba
Sorak
warna

Bolak-balik

Beras-pesta

Gerak-gerik

Lauk-pauk

Sayur-mayur

Serba-serbi

Sorak-sorai

Warna-warni


4) Perulangan Sebagian

Perulangan sebagian atau kata ulang dwipura adalah bentuk berulangan yang terjadi hanya pada sebagian bentuk dasar.

Bentuk Dasar
Bentuk Perulangan
Daun
Luhur
Pohon
Saji
Tamu
Berjalan
Berkata
Bermain
Bekejaran
Mainan
Melihat
Menarik
Menali
Menolak
Dedaunan
Leluhur
Pepohonan
Sesaji
Tetamu
Berjalan-jalan
Berkata-kata
Bermain-main
Berkejar-kejaran
Main-mainan
Melihat-melihat
Menarik-narik
Tali-temali
Tolak-menolak

 Makna Kata Ulang

Kata ulang memiliki beberapa makna, diantaranya, adalah sebagai berikut.

1) Banyak Tak Tentu

Contoh:

Batu-batu Negara-nergara

Buku-buku Orang-orang

Kuda-kuda Peraturan-peraturan

Makanan-makanan Rumah-rumah

Menteri-mentri Suara-suara

2) Banyak Bermacam-Macam

Contoh:

Bau-bauan dedaunan

Bibit-bibitan lauk-pauk

Buah-buahan pepohonan

Bumbu-bumbuan sayur-mayur

Bunyi-bunyian tanam-tanaman

3) Menyerupai dan bermacam-macam

Contoh:

Kuda-kuda mobil-mobilan

Kuda-kudaan orang-orangan

Kucing-kucingan robot-robotan

Langit-langit rumah-rumahan

Mata-mata siku-siku

 

4) Agak atau melemahkan sesuatu yang disebut pada kata dasar

Contoh:

Keberat-baratan malu-malu

Kehijau-hijauan pening-pening

Keingris-inggrisan sakit-sakitan

Kekanak-kanakan tidur-tiduran

Kekuning-kunigan

5) Intentitas kualitatif

Contoh:

Keras-keras segiat-segiatnya

Kuat-kuat setinggi-tingginya

6) Intentitas kualitatif

Contoh:

Berkacap-kacap manggung-manggung

Berlari-lari mengangguk-angguk

Berputar-putar mondar-mandir

Bolak-balik tersenyum-seyum

Menggeleng-gelengkan tertawa-tawa

7) Makna kolektif

Contoh:

Dua-dua kedua-duanya

Empat-empat  ketiga-tiganya

8) Kesalinan

Contohnya:

Berpandang-pangdangan pukul-pukulan

Bersalam-salaman tendang-menendang

Lempar-lemparan tolong-menolong

Selanjutnya, http//:masihbelajar.wordpress.com . makna  dan fungsi kata ulang adalah sebagai berikut:

1. Perulangan kata benda

Makna yang terkandung dalam perulangan dengan bentuk dasar kata benda.

2. Menyatakan benda itu bermacam-macam. Misalnya: buah-buahan, sayur-sayuran.

3. Menyatakan benda yang menyerupai bentuk dasar itu. Misalnya: anak-anakan, orang-orangan.

1. Perulangan kata kerja

Makna yang terkandung dalam perulangan dengan bentuk dasar kata kerja.

2. Menyatakan bahwa pekerjaan itu dilakukan berulang-ulang atau beberapa kali.
Misalnya: meloncat-loncat, menyebut-nyebut.

3. Menyatakan aspek duratif, yaitu proses pekerjaan, pembuatan, atau keadaan yang berlangsung lama.

Misalnya: berenang-renang, duduk-duduk.

4. Menyatakan bermacam-macam pekerjaan.

5. menyatakan pekerjaan yang dilakukan oleh dua belah pikak atau berbalasan.
Misalnya: tembak-menembak, tuduh-menuduh

6. Perulangan kata sifat

7. Menyatakan makna lebih (intensitas).

8. Menyatakan makna sampai atau pernah.

9. Digabungkan dengan awalan se- dan akhiran -nya mengandung makna superlatif(paling).
Misalnya: Kerjakan sebaik-baiknya agar hasilnya memuaskan. Terbangkan layang-layangmu setinggi-tingginya.

10. Berlawanan dengan makna nomor satu atau melemahkan arti kata sifat itu.
Misalnya: Badanku sakit-sakit saja rasanya. (sakit di sana-sini, tapi tidak terlalu sakit) Kalau kepalamu pening-pening, bawalah tidur. (agak pening; pening sedikit)

11. Bentuk yang seolah-olah sudah mejadi ungkapan dalam bahasa Indonesia, makna perulangannya kurang jelas.

12. Perulangan kata bilangan

13. Perulangan kata satu menjadi satu-satu memberi makna "satu demi satu".
Misalnya: Peserta ujian masuk ruangan itu satu-satu.

14. Perulangan kata satu dengan tambahan akhiran -nya memberi makna "hanya satu".
Misalnya: Ini anak saya satu-satunya.

15. Perulangan kata dua-dua, tiga-tiga, dst. memberi pengertian "sekaligus dua, tiga,dst.”   
Misalnya: Jangan masuk dua-dua karena pintu itu tidak lebar.

16. Bentuk perulangan berpuluh-puluh, beratus-ratus, beribu-ribu, dst. menyatakan makna "kelipatan sepuluh, seratus, seribu, dst.

17. Misalnya: Beribu-ribu orang yang mati dalam peperangan itu.
Bentuk perulangan kata bilangan dengan awalan ber-, saat ini sering diganti dengan bentukan dengan akhiran -an. Misalnya: berpuluh-puluh menjadi puluhan.


Penulis adalah Pemimpin Redaksi Jurnal Aceh Edukasi dan Guru SMA Negeri 1 Lhokseumawe




 

Berita Terkait

Posting Komentar

0 Komentar