Kita Satu Susuan Berbeda Rasa

Kita Satu Susuan Berbeda Rasa


                                                                Sumber: Dokumen Pribadi 


Muklis Puna

Kau dan Aku  mendekam di ruang tunggu 
Saat itu kita menunggu  bulan  menuju  keucut
Kau sundul  dinding rahim sang bunda
Enam puluh almanak  jarak tempuh Kau lewati 
Ketika  Aku   berlarian di kandil aras

Baca  Juga:Potrait Kota Tua

Kau dan Aku  bersemedi di alam kegelapan 
Menerawang masa, menunggu genapnya bulan 
Mulut menganga mengharap  tetesan purnama membantah cahaya
Kaki nakalmu mengusik lelapnya sang bunda
Tlah Kau   lilit cita pada tali pusar  yang menjalar

Kau dan Aku dua jiwa berbeda masa
Melepas dahaga pada satu telaga
Bedanya, kau diselingkuhi iblis
Mengulum butiran garam di laut dendam
Warna hitam putih beradu dalam tatapan
Kulihat lidah menjulur di matamu

Baca Juga: Hujan Harapan

Kau dan Aku satu susuan berbeda rasa
Matahari  mengamuk    di  sanubarimu
Alas tidur  menguapkan  kebencian di wajahmu
Aku terhempas amukan kristal  dalam bayangmu
Bara sisa masa lalu dihembus angin malam
Hingga Kau robek jubah suci pembungkus rasa

Kau dan Aku satu  rumah  berbeda jendela 
Derasnya aliran darah Kau sumbat dengan dendam
Aku mengulum rindu dalam kepiluan

Ah kau.....!
Ternyata matahari selalu memangang jiwa
Tak penting Kita satu rasa 
Jika noda menutup jiwamu

Kau...
Kiblatmu  telah berganti haluan

Lhokseumawe, November 2024

Berita Terkait

Posting Komentar

0 Komentar