Teknik Jitu Menggambarkan Karakter Tokoh dalam Teks Narasi

Teknik Jitu Menggambarkan Karakter Tokoh dalam Teks Narasi

  

                                                        Sumber: Dokumen Pribadi


Oleh: Mukhlis, S.Pd., M.Pd.

Ketika seseorang  menikmati  cerpen, Ia  akan bertanya," Mengapa tokoh yang digambarkan dalam cerita ini mirip sekali dengan si Anu ya?"  Dari segi cara bicara dan gaya jalannya  mengapa mirip sekali dengan teman Saya ?  

Untuk menjawab pertanyaan tersebut ternyata dalam ilmu sastra  dijelaskan  bahwa tokoh atau pelaku cerita mempunyai sifat  tiga dimensi. Ketiga dimensi tersebut adalah dimensi psikologis, psiologis dan sosiologis.   

Dimensi psikologis adalah sebuah dimensi yang menggambarkan bahwa tokoh tersebut  seolah olah benar ada salam kehidupan nyata. Dimensi  ini berhubungan dengan jiwa-jiwa yang dimiliki oleh tokoh. Psikologis yang dimaksud di sini adalah temparamen dan emosional yang  dimiliki tokoh mirip dengan kehidupan nyata. 

Sedangkan dimensi  kedua  adalah  psiologis, dimensi  ini  berkaitan  dengan  bentuk  fisik  tokoh. Artinya, bentuk fisik yang digambarkan dalam cerpen betul- betul alami seperti yang ada dalam kehidupan nyata. Misalnya, tokoh punya mata hidup dan telinga ,bahkan gaya jalan pun mirip seperti tokoh dalam kehidupan nyata. 

Dimensi ketiga adalah dimensi sosiologis. Dimensi ini merupakan dimensi  yang paling menentukan dalam cerpen..status sosial yang dimiliki oleh tokoh sama dengan kehidupan nyata. Misalnya, seorang tokoh bertidak sebagai guru, dosen, pengemis .Apabila  pengarang mampu mengaplikasikan   dimensi ini  dengan tepat, maka  cerita yang  dibawakan  akan tampak lebih  sempurna 

Sebenarnya, ketiga  dimensi  yang  sudah disebutkan  di atas  berkait dengan  tokoh  dalam sebuah cerpen merupakan  sebuah  naturalisasi antara  sebuah  peritiwa  hayalan  dan  kenyataan. Penggunaan dimensi tersebut  untuk  membuka bahwa seolah-olah  olah  cerita  yang disampaikan  bias  dari  hayalan dan  nyata 

Sebagaimana   berkaitan dengan watak tokoh, setiap pengarang mempunyai cara tersendiri untuk menggambarkan   dalam cerita. Penggambaran tersebut melalui dua cara yaitu 1) secara  langsung (analitik) dan 2) secara   dramatik ( dialog). Berikut ini akan diuraikan kedua cara penggambaran watak dari tokoh tersebut  

1. Secara  Langsung (Analitik)       

Penggambaran watak tokoh secara langsung dalam cerita adalah pengarang langsung menyebutkan secara implisit. Penyebutan seperti ini memudahkan pembaca untuk memahami bagaimana watak dari tokoh  sebenarnya. 

Watak yang disebutkan langsung diwakilkan pada sebuah kata atau kelompok kata dalam cerita. Kalaupun tidak diwakilkan pada  kata atau kelompok kata,  pengarang  menguraikan tentang watak yang dimilki tokoh.  Seperti yang tergambar   pada  penggalan kutipan berikut.

" Memesan tulisan  di papan itu mahal! akhirnya Salijan teringat akan kepraktisan dalam keuangan, harga papan ongkos pengecatan, tulisan, sepuluh ribu pasti habis ke situ.! Tentulah suaminya tidak akan setuju. Jumlah itu besar lebih baik ditambahkan ke tabungan guna mengurus sertifikat baru tanah yang masih mereka miliki"

Demikian sukar, berbelit dan mahal untuk mendapatkan surat-surat-aurat tersebut, kata Samijo. Dan katanya lagi semakin lama akan semakin mahal, pegawai di kantor-kantor pemerintah akan minta jasa lebih besar lagi. Jadi pengeluaran yang bukan untuk makan, pakaian lebaran, dan kesehatan harus dihindari  (Tim Metrik : Media Literata,  2023: 80) 

Dalam kutipan di atas,  watak tokoh Salijan  digambarkan pengarang melalui penjelasan atau uraian langsung.   Salijan seorang yang cermat dalam mengeluarkan uangnya pada  kehidupan sehari-hari. Semua uraian dalam kutipan tersebut menjelaskan  tentang pertimbangan-pertimbangan yang dilakukan tokoh dalam mengeluarkan  uangnya.  Uraian seperti ini akan membawa pembaca pada keputusan sendiri dalam menyimpulkan watak tokoh.       

2. Secara  Dialog  (Dramatik)       

Penggambaran watak tokoh secara dialog atau dramatik dilakukan oleh pengarang melalui empat cara yaitu, (1) dialog antar tokoh, (2) tanggapan tokoh terhadap suatu peristiwa, (3) lingkungan sekitar tokoh, dan (4) pikiran- pikiran dalam hati tokoh. 

Dialog antar Tokoh

Pada  dialog antar tokoh   pengarang dapat menampilkan watak dari masing tokoh yang terlibat dalam sebuah  cerita. Dialog yang dilakukan  dalam cerita berkisar tentang suatu masalah yang mengemuka dan memicu terjadinya konflik.  

Baca Juga: Bagaimana Sih Keberadaan Tokoh dalam Cerpen

Dialog  dalam cerita tersebut melibatkan banyak tokoh, sehingga pembaca dapat memahami  watak dari tokoh -tokoh yang  ditampilkan seperti penggalan berikut. 

“Kek, Amru pamit dulu ngambil air, ya,” Amru mencium tangan kakeknya yang berdiri di pintu gubug.   ”Fi ri ’ayatillah, cucuku. Pasanglah seluruh indera mu. Jangan lengah. Jika kepergok tentara Israel cepat-cepat selamatkan diri. Jangan kau tumpahkan daramu sia-sia pagi ini. Sebab di Bumi Palestina ini Kau bisa memilih jalan mulia untuk menumpahkan darah syahidmu cucuku. Rasakan sepenuh hati bahwa Allah bersama langkahmu,”   (Habiburrahman El  Shrazy: Seratus Peluru untuk Amru)

Kutipan di atas, memperlihatkan watak dari kakek sebagai adalah seorang  yang taat dan sangat mencintai agama Allah.  Watak tersebut dapat dipahami oleh pembaca melalui untaian –untaian dialog dalam penggalan  di atas antara seorang kakek  dengan cucunya pada suatu kondisi tertentu.  

Tanggapan Tokoh terhadap Suatu Peristiwa

Penggambaran watak tokoh melalui tanggapan tokoh terhadap suatu peristiwa adalah adanya sebuah peristiwa yang luar biasa dalan cerita yang dibawakan. Peristiwa tersebut ditanggapi oleh setiap tokoh yang ada. 

Reaksi atau tanggapan yang dimunculkan beragam bentuknya. Keberagaman tanggapan atau reaksi dari tokoh  sangat tergantung pada kualitas nalar, jiwa yang dimilki oleh masing-masing tokoh.  

Lingkungan Sekitar Tokoh

Penggambaran watak tokoh melalui lingkungan sekitar tokoh  adalah dengan cara mendeskripsikan tentang  kehidupan tokoh, tempat tinggal atau lingkungan keluarga tokoh. Penggambaran watak seperti ini dimulai dengan pengenalan siapa tokoh sebenarnya, kemudian dilanjutkan dengan lingkungan keluarganya, lingkungan masyarakat dan kebiasaan yang dilakukan tokoh. Kebiasaan yang dimiliki tokoh biasanya selalu dipengaruhi oleh lingkungan sekitar tokoh tersebut berada. Agar lebih jelas dapat dilihat pada kutipan berikut ini.    

"Amru pergi ke Madrasah rindu  ingin bertemu dengan teman-temanya. Begitu menginjak kaki di halaman madrasah Amru langsung diserbu teman–teman seperjuangan. Ahlan wa sahlan, selamat datang ya Amru kami semua rindu padamu ”sambut Ahmad ketua kelas mereka. 

”Masya Allah  hangatnya berjumpa kalian  aku juga ridu pada kalian." Wahai tentara-tentara Allah berhati singa.   (Habiburrahman El  Shrazy: Seratus Peluru untuk Amru)

Penggalan di atas,  memaparkan  tentang lingkungan  sekitar tokoh yaitu lingkungan perjuangan, lingkungan tersebut tidak langsung berhubungan dengan tempat tinggal tokoh, akan tetapi lingkungan yang dipaparkan di atas adalah lingkungan yang menggambarkan kehidupan tokoh pada usia kecil, yaitu tokoh Amru.  Dari lingkungan dan keadaan yang ada dalam kutipan tersebut, pembaca dapat mengetahui bagaimana watak tokoh sebenarnya. 

Pikiran-Pikiran dalam Hati Tokoh  

Pengungkapan watak tokoh melalui pikiran-pikiran dalam hati tokoh  dalam cerita rekaan agak sukar untuk diketahui pembaca. Akan tetapi, jika cerita rekaan tersebut tidak berada dalam bentuk tulisan pembaca yang teliti mungkin dapat mengenal bagaimana watak tokoh sebenarnya. 

Kemudahan menemukan watak tokoh berdasarkan cerita yang disajikan menggunakan media elektronik karena dalam yang bentuk ini ada bagian-bagian tersendiri menampilkan bentuk monolog yang dilakukan oleh seorang tokoh.  Dari monolog tersebut dapat diketahui watak seorang tokoh dalam cerita yang disajikan berdasarkan media elektronik (sinema  dan film).

Baca Juga : Mengajar Sastra pada Generasi Z adalah Sebuah Tantangan dan Harapan

Hal seperti di atas, tidak ditemukan  dalam cerita yang disajikan berdasarkan tulisan. Dalam bentuk seperti ini biasanya  dapat di tandai dengan kata-kata khusus seperti, pikirnya, dalam hatinya, dan bertanya pada diri sendiri  yang diucapkan oleh seseorang tokoh. Kata-kata seperti ini berbentuk kecurigaan  atau dugaan seorang tokoh terhadap tokoh lain dalam cerita. Agar lebih jelas tentang hal ini perhatikan kutipan berikut ini.

 ”Ah aman, alhamdulillah, guman Amru lega begitu Ia masuk dalam terowongan. Sementara kedua tentara Israel itu melenggang dengan congkaknya, melintas tepat di atas kepala Amru.

 Amru terpaku di dalam terowongan, keningnya berkerut, pikirannya berputar merancang strategi mengecoh dua tentara Israel agar berpindah dari jalan pintas yang biasa ia lalui itu. Yah, ketemu! Seru Amru dalam hatinya." (Habiburrahman El  Shrazy: Seratus Peluru untuk Amru)

Dari penggalan di atas  dapat diketahui  bagaimana watak Amru dalam penggalan di atas. Watak Amru  begitu takut pada tentara Israel, Amru  mengatur strategi secara diam-diam agar Dia terbebas dari dua tentara tersebut.   Dari kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam menentukan watak tokoh melalui pikiran-pikiran dalam hati tokoh seorang pembaca dituntut lebih teliti dalam memahami setiap pembicara atau peran yang dimainkan tokoh.

Penulis adalah Pemimpin  Redaksi Jurnal Aceh Edukasi dan Guru SMA Negeri 1 Lhokseumawe





Berita Terkait

Posting Komentar

0 Komentar