Oleh: Rulizza Diefa Aulia
Al-Qur’an adalah Kitab suci yang Allah turunkan kepada Nabi Muhammad melalui Jibril berabad yang lalu. Di dalam Alqur’an Allah telah mewahyukan dan menceritakan banyak hal.
Termasuk hubungan antara sang pencipta dan manusia dalam hal ibadah. Begitu juga Allah menjelaskan tentang muamalah tentang hubungan manusia dan manusia. Hubungan tersebut Diantaranya adalah mengenai pertemanan.
Di era globalisasi zaman sekarang, banyak peserta didik yang mengikuti influencer atau artis-artis yang jauh dari kata Islami. Peserta didik yang belum bisa memilih mana yang terbaik, mereka akan mengikuti jejak artis yang bahkan tanpa sadar telah menjauhkan mereka dari hukum-hukum yang telah Allah Swt tetapkan. Mereka akan berteman dengan siswa lain yang sepemahaman dengan mereka dan mengucilkan yang lainnya.
Dalam Al-quran dan hadis Allah telah menjelaskan dengan rinci teman seperti yang harus dipilih dann teman yabg harus dijauhi. Allah Swt berfirman di dalam Al-Quran yang bunyinya :
يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَاۤىِٕلَ لِتَعَارَفُوْا اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْۗ اِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ(13)
Artinya: Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan. Kemu Dian, Kami menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Mahateliti. (Al-Hujurat ayat 13)
Dari Abu Musa, dari Nabi Muhammad, Saw. beliau bersabda: “Perumpamaan teman yang baik dengan teman yang buruk bagaikan penjual minyak wangi dengan pandai besi, ada kalanya penjual minyak wangi itu akan menghadiahkan kepadamu atau kamu membeli darinya atau kamu mendapatkan aroma wanginya. Sedangkan pandai besi ada kalanya (percikan apinya) akan membakar bajumu atau kamu akan mendapatkan aroma tidak sedap darinya.” (HR.Al-Bukhari: 5108, Muslim: 2628), Ahmad:19163).
Baca Juga: Guru Mengajar dengan Hati adalah Guru yang Dirindui
Maka dari itu sebaiknya siswa bisa berteman dengan siapapun teman yang mengajak kepada kebaikan tanpa memandang status sosial dan saling toleransi.
1. Perbedaan Karakter Setiap Peserta Didik
Perbedaan setiap karakter peserta didik dipengaruhi oleh asal mula seorang siswa yaitu rumah mereka, dan biasanya adat dan budaya yang ada di lingkungan tersebut juga mempunyai pengaruh besar dalam membentuk karakter seorang siswa.
Dalam hadist shahih telah dijelaskan oleh baginda Rasulullah Saw. bahwasanya setiap siswa yang lahir di dunia ini adalah suci dan putih bersih. Akan tetapi, kedua orang tua dan lingkungannya yang membentuk siswa tersebut menjadi seorang Islami, Yahudi, dan Nasrani.
Artinya karakter seorang siswa tumbuh sebagaimana oang tua dan lingkungan mengajarkannya. Dalam lingkungan sosial sifat seorang siswa atau yang sering dikenal sebagai personality.
Sifat personality terbagi menjadi tiga yaitu: extrovert yang mana siswa yang ceria, aktif, dan mudah bergaul, dan menyukai lingkungan yang ramai, introvert adalah siswa-siswa yang lebih menyukai untuk mengisi energi mereka sendiri dan menikmati waktu mereka sendiri, dan terakhir ambivert yaitu campuran sifat extrovert dan introvert tergantung kondisi dan situasi mereka.
Perbedaan karakter peserta didik adalah hal yang alami dan dipengaruhi oleh faktor genetik, lingkungan, serta pengalaman hidup. Mengenali karakter siswa dapat membantu orang tua atau pendidik dalam mendukung perkembangan mereka secara optimal.
Selanjutnya, Setiap siswa pasti memiliki ciri atau karakteristik yang berbeda ketika sejak lahir hingga dewasa dengan satu sama lain yang meliputi perbedaan fisik, sikap, dan perilaku perbuatannya dalam pendidikan. Oleh karena itu karakter yang berbeda dari setiap peserta didik perlu adanya pendidik yang mampu memberikan bimbingan agar setiap bimbingan itu bisa diterima oleh siswanya, dan bisa menjadi pengetahuan bagi mereka. salimnahdi,+1227-Article+Text-5236-1-6-20210730.pdf Diakses 3 desember 2024
Setiap siswa pasti memiliki karakteristik yang berbeda sejak lahir hingga dewasa. Maksudnya, setiap orang mempunyai sifat yang berbeda yang dipengaruhi oleh orang tua atau genetik, lingkungan atau adat istiadat dan pengalaman hidup mereka, baik siswa-siswa yang memiliki sifat pemberani, tangguh, ceria, aktif, penyabar, dan temperamental. Sifat-sifat ini muncul karena adanya faktor-faktor yang telah dijelaskan di atas.
Setiap individu memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Perbedaan secara umum disebabkan oleh dua faktor, yakni faktor bawaan dan faktor lingkungan. Faktor bawaan merupakan faktor biologis yang diturunkan melalui pewaris genetik oleh orang tua.
Sedangkan Faktor lingkungan yang menyebabkan terjadinya perbedaan individual Diantaranya status social ekonomi orang tua, budaya, dan urutan kelahiran. Perbedaan-perbedaan yang tampak Diantaranya adalah perbedaan jenis kelamin dan gender, perbedaan kemampuan, perbedaan kepriba Dian, serta perbedaan gaya belajar, perbedaan tersebut sedikit banyak berpengaruh terhadap proses-proses pembelajaran. 613-Article Text-1544-2-10-20200401.pdf Diakses 3 Desember 2024
Baca juga: Sekolah, Tempat Bermetamorfosa
Dalam proses pembelajaran ada banyak perbedaan yang dapat mempengaruhi setiap peserta didik Diantaranya perbedaan jenis kelamin dan gender, perbedaan kemampuan, perbedaan kepribadian, serta perbedaan gaya belajar. Perbedaan kelamin dan gender pada peserta didik mengacu pada perbedaan biologis antara laki-laki dan perempuan.
Sedangkan gender lebih merujuk pada konstruksi sosial dan budaya tentang peran, perilaku, dan identitas yang diasosiasikan dengan laki-laki dan perempuan. Biasanya siswa laki-laki lebih menunjukkan minat pada metode pembelajaran yang berbasis stem dan praktek sementara siswa perempuan lebih menunjukkan minat bidang sosial-humaniora.
Perbedaan gender pada peserta didik juga dapat memengaruhi gaya komunikasi, motivasi, minat dan bakat antar siswa di dalam kelas.
Perbedaan kemampuan antar peserta didik, peserta didik yang memiliki kemampuan lebih tinggi cenderung mudah dalam memahami pelajaran sehingga mereka membutuhkan tantangan tambahan, berbeda dengan peserta didik yang kemampuan lebih rendah cenderung susah dalam memahami pelajaran dan membutuhkan waktu tambahan.
Perbedaan kepribadian peserta didik yang memiliki kepribadian ekstrovert menyukai diskusi kelompok dan belajar bersama kebalikan dengan siswa introvert yang akan lebih menyukai belajar mandiri.
2. Perbedaan Budaya yang Dibawa oleh Setiap Peserta Didik
Budaya secara etimologi diambil dari kata colore yang artinya mengolah dan mengerjakan. Budaya merupakan cara hidup yang berkembang serta dimiliki oleh sekelompok orang yang diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya mencakup di dalamnya bahasa, adat istiadat, karya seni, sistem agama, dan politik.
Perbedaan budaya yang dibawa oleh setiap siswa. Seorang siswa pertama kali mendapatkan pengalaman dan pembelajaran di dalam rumah, lingkungan tempat tinggalnya, etnis, dan agama. Perbedaan budaya tersebut dapat memengaruhi seoranag siswa dalam berpikir, berkomunikasi, serta cara menyikapi kehidupan.
Diantaranya perbedaan budaya adalah bahasa, nilai dan norma yang terbagi menjadi dua norma. Norma barat yang lebih mengedepankan kebebasan dan kemandirian, dan pecapaian pribadi. Sedangkan norma Asia dan Afrika lebih mengedepankan keharmonisan kelompok, tanggung jawab keluarga, dan kerja sama.
Kemudian pola asuh dalam keluarga yang otoriter akan terbiasa dengan aturan ketat dan hierarki, sementara pola asuh yang siswa dalam keluarga permisif dan demokratif terbiasa dengan kebebasan dalam pengambilan keputusan.
Selanjutnya pendidikan agama dalam keluarga, siswa yang tumbuh dalam keluarga yang religious akan lebih terbiasa melakukan ibadah secara rutin berbeda dengan siswa yang tumbuh dalam keluarga yang sekuler memiliki pendekatan yang lebih terbuka terhadap agama atau tidak menjalankan praktik keagamaan
Sangat penting bagi seseorang untuk mengingatkan diri sendiri sekaligus mengajarkan pada siswa didik mengenai keragaman, kesadaran budaya dan toleransi. Sebab, mengajarkan keberagaman budaya dapat membantu siswa agar dapat berinteraksi dan bersosialisasi ke berbagai kelompok budaya dan sosial. Selain itu, hal ini juga diharapkan dapat mempersiapkan siswa agar dapat menjadi warga negara yang lebih baik, terutama di komunitas di mana mereka nantinya akan tinggal. https://www.halodoc.com/artikel/seberapa-penting-ajarkan-siswa-keberagaman-budaya?srsltid=AfmBOorYx35I7450XKGSxvQsskgSMSNMZIwdcxUO-P75QxCT344igxte Diakses tanggal 3 Desember 2024
Dalam dunia pendidikan yang memiliki keberagaman budaya sudah sepatutnya seorang pendidik mengajarkan kepada siswa didiknya sejak dini tentang bagaimana cara untuk mempunyai sifat toleransi. Monghormati dan menghargai perbedaan budaya agar siswa-siswa dapat hidup rukun saling mencintai dan menyayangi satu sama lain.
Manfaat dari mengajarkan peserta didik tentang keberagaman budaya antara lain: (1) menghargai perbedaan antara agama dan budaya, (2) membangun hubungan sosial yang sehat dengan orang yang berbeda agama dan budayanya, (3) menghindari prasangka dan diskriminasi, (4) mengembangkan empati dan pemahaman terhadap orang lain, (5) mempersiapkan mereka untuk hidup dan bekerja dalam masyarakat yang semakin terhubung secara global.
Berbagai agama dan budaya yang berbeda adalah bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat. Oleh karena itu, penting bagi Kita sebagai orang dewasa untuk mengajarkan siswa-siswa tentang toleransi terhadap keberagaman agama dan budaya. Hal ini akan membantu mereka menghargai perbedaan dan belajar hidup dalam harmoni dengan semua orang di seKitar mereka. https://www.margasari.desa.id/mengajarkan-siswa-tentang-toleransi-terhadap-keberagaman-agama-dan-budaya Diakses tanggal 3 desember 2024
Langkah-langkah dalam mengajarkan peserta didik mengenai toleransi adalah berkomunikasi dengan mengenai keberagaman agama dan budaya. Mengajarkan kepada peserta didik contoh-contoh toleransi dari cerita dan buku, melibatkan peserta didik dengan aktifitas multicultural.
Selsnjutnya, mengajarkan peserta didik menghormati dan menerima perbedaan, dan menjadi contoh yang baik untuk peserta didik dalam menunjukkan toleransi.
Dengan mengajarkan nilai-nilai toleransi kepada peserta didik, Kita membantu mereka membentuk pandangan dunia yang inklusif, menghargai perbedaan, dan hidup dalam harmoni dengan orang-orang di sekitar mereka.
Melalui langkah-langkah praktis seperti berkomunikasi dengan siswa, menggunakan cerita dan buku, serta terlibat dalam aktivitas multikultural, Kita dapat membantu menciptakan generasi yang toleran dan penuh pengertian.
3. Status Sosial di Lingkungan Sekolah
Di lingkungan sekolah setiap peserta didik mempunyai latar belakang yang berbeda dimulai dari adat, budaya dan yang mempunyai pengaruh besar adalah perbedaan ekonomi yang akhirnya membuat lingkungan sekolah tersebut punya perbedaan status sosial.
Peserta didik yang mempunyai status sosial ekonomi yang lebih tinggi cenderung memilih-milih teman dengan status sosial yang sama, sehingga peserta didik yang memiliki status sosial lebih rendah dari mereka tersingkirkan dan akhirnya membuat kelompok mereka sendiri.
Selain itu, sekolah yang membagikan kelas berdasarkan siswa dengan nilai tinggi dan rendah juga akan mengalami hal yang sama. Bahkan lebih parahnya peserta didik dengan nilai yang tinggi akan merasa sombong dan memandang rendah peserta didik yang berada di kelas yang nilainya lebih rendah. Peserta didik yang berada di kelas nilai rendah akan merasa berkecil hati dan hilang semangat, karena perbedaan status sosial tersebut.
Faktor lain yang juga dapat mempengaruhi kreativitas adalah status sosial ekonomi orang tua. Hal ini dikemukakan oleh Hurlock (dalam Trisnawati) bahwa ada enam faktor yang menyebabkan muncu variasi kreativitas yang dimiliki individu, yaitu salah satunya faktor status sosial ekonomi orang tua. siswa yang berasal dari kelompok sosial yang lebih tinggi cenderung mempunyai kreativitas yang lebih tinggi karena sebagian besar dididik secara demokratis oleh orang tuanya maka akan mempermudah siswa mengembangkan minat dan kegiatan yang dipilihnya. Sedangkan siswa yang berasal dari kelompok sosial ekonomi rendah, sebagian besar Diasuh secara otoriter dan hanya mendapatkan sedikit dorongan serta kesempatan mengembangkan dirinya http://etheses.uin-malang.ac.id/9193/1/13130098.pdf Diakses 5 Desember 2024
Dari artikel di atas dapat diambil kata kunci bahwa status sosial orang tua mempunyai pengaruh besar terhadap kreativitas siswa. Hal ini akan meyebabkan peserta didik di lingkungan sekolah memilih teman yang sesuai dengan dengan diri mereka masing-masing.
Berikut beberapa permasalahan yang akan timbul di dalam lingkungan sekolah yaitu: peserta didik yang akan kesulitan mencari teman dan kesulitan dalam persahabatan, merasa asing di dalam kelompok ketika di kelas, sulit menyesuaikan diri dalam kelompok, peserta didik akan merasa kesulitan dalam melakukan sosialisasi di lingkungan sekolahnya.
Perbedaan yang mencolok antara individu yang pintar dan yang kurang pintar sering kali mencerminkan ketimpangan sosial dalam bidang pendidikan. Pendidikan adalah salah satu faktor utama yang menentukan kualitas sumber daya manusia di suatu masyarakat.
Kesenjangan akses terhadap pendidikan berkualitas antara kelompok masyarakat yang berbeda, seperti berdasarkan ekonomi, lokasi geografis, atau status sosial, dapat menciptakan jurang yang lebar dalam pencapaian akademis. Hal ini diperburuk oleh kurangnya dukungan di rumah bagi siswa-siswa dari latar belakang yang kurang mampu, yang sering kali menghambat kemampuan mereka untuk bersaing di sekolah.
4. Siswa yang Minder dengan Lingkungan
Minder atau rendah diri adalah merujuk pada kurangnya rasa percaya diri seseorang yang membuatnya merasa selalu kurang atau tidak berharga dibandingkan oleh orang lain sehingga Dia merasa tidak pantas untuk berteman dan kesusahan dalam mencari teman.
Ada beberapa factor yang dapat menyebabkan timbulnya rasa tidak percaya diri dalam diri pesera didik. Diantaranya memiliki pengalaman buruk dalam berteman seperti pernah menjadi korban bullying di sekolah lamanya, sehingga membawa pengaruh besar pada sekolah yang sekarang. Faktor ekonomi seorang peserta didik yang berbeda dengan siswa lainnya sehingga membuat Dia meresa minder.
Ada dua sebab utama siswa mengalami insecurity, yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal yang menyebabkan munculnya insecure pada siswa biasanya dipicu oleh orang lain serta lingkungan. Contoh pengaruh ekternal yang menyebabkan siswa insecure adalah Diperlakukan overprotective oleh orang tua, sering dibanding-bandingkan dengan orang lain, kegagalan, dan cara mendidik siswa yang terlalu keras seperti sering membentak atau menyalahkan siswa. https://akupintar.id/info-pintar/-/blogs/5-cara-mengatasi-siswa-yang-insecure-di-kelas Diakses 5 Desember 2024
Dampak dari rasa insecure atau rasa minder seorang siswa adalah penurunan prestasi akademik, karena peserta didik yang minder cenderung takut mencoba hal baru atau mengajukan pertanyaan di kelas.
Masalah sosial karena siswa yang minder akan kesulitan dalam berteman dan bersosialisasi dengan lingkungan baru karena menarik diri dari pergaulan. Ketidakmampuan Mengembangkan Potensi karena rasa minder dapat menghambat siswa dalam mengembangkan bakat dan potensi diri.
5. Teman yang Dapat Menjadi Cermin bagi Diri Sendiri
Dalam lingkungan sosial seperti sekolah peserta didik lebih suka dan merasa nyaman dalam berteman dengan teman-teman yang memiliki kesamaan minat dan bakat. Bahkan hal-hal kecil yang mempunyai kesamaan di antara mereka, contohnya peserta didik yang menyukai pembahasan tentang game akan berteman dengan teman yang juga menyukai pembahasan yang sama.
Dengan demikian mereka memiliki topik yang sama dalam pembicaraan. Akhirnya, menjadi dekat dan tanpa sadar membentuk kelompok mereka sendiri.
Dalam Islam Kita dianjurkan untuk memilih teman yang dapat mendekatkan Kita kepada Allah Swt. karena tujuan Kita diciptakan di dunia hanya untuk beribadah kepada Nya. Teman yang sholeh akan membawa Kita kepada jalan yang benar sehingga Kita lebih mudah untuk tetap beristiqomah dalam mengikuti aturan-aturan yang telah Allah tetapkan.
Memilih teman yang shaleh adalah wajib, selektif dalam memilih teman juga merupakan prinsip utama dalam Islam. Karena teman itu layaknya cermin, jika ingin mengetahui dirinya sendiri, maka lihatlah dengan siapa Kita berteman. Jika temannya suka dunia malam, dunia gemerlap, dan jauh dari agama, maka dipastikan seorang muslim juga terjebak di kehidupan seperti itu. Sebaliknya, jika temannya adalah suka menuntut ilmu agama, suka kajian Islam, maka Insya Allah, Kita akan dekat dengan agama. https://kalam.sindonews.com/read/679107/68/teman-adalah-cerminan-diri-sendiri-begini-penjelasannya-1644217342 Diakses 5 Desember 2024
Rasulullah Saw bersabda “Seorang mukmin merupakan cerminan saudaranya yang mukmin.” (HR. Al-Bukhari dalam Al-Adabul Mufrad, Abu Dawud dalam Ash-Shahihah) yang artinya jika Kita ingin melihat bagaimana sifat seseorang itu maka lihatlah dengan siapa Dia berteman dan Kita juga melihat lingkungan seperti apa Dia tumbuh, karena siswa-siswa tanpa sadar akan memilih teman yang mempunyai prinsip sama dengan mereka.
Dalam Islam, faktor memilih teman sangat dititik-beratkan. Kita tentu tidak ingin salah dalam memilih teman karena seorang teman memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan Kita baik di dunia maupun akhirat. Oleh karena itu, sangatlah penting bersikap selektif dalam mencari teman. Allah subhanahu wa ta’alaa telah mengisyaratkan mengenai pengaruh dan peranan teman dalam hidup Kita. Allah ta’alaa berfirman yang artinya: “Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar” (QS.At Taubah:119). https://muslimah.or.id/10959-temanmu-cerminan-dirimu.html Diakses 5 Desember 2024
Baca Juga: Teaching Factory, Mencetak Guru Inovatif dan Lulusan SMK yang Siap Kerja
Dari dua kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa di dalam Islam sangat penting untuk menemukan teman yang akan menunjukkan kepada Kita jalan ketaatan. Sahabat bagaikan cermin bagi Kita. Tuhan akan membentuk dan mencerminkan siapa Kita sebenarnya. Orang seperti apa Kita dapat dilihat dari lingkaran pertemanan yang Kita buat.
Misalnya Kita suka duduk bersama orang-orang shaleh yang datang untuk menuntut ilmu, maka dengan sendirinya Kita akan menyukai ilmu dan ketaatan sedikit banyak, karena dengan petunjuk Allah Kita akan beriman karena Kita berharap untuk maju. Itu tidak benar.
Jika sahabat Kita adalah orang yang suka berbuat maksiat, munafik, zalim, suka berbuat maksiat dan jahat, maka Kita akan ikut berbuat dosa dan terjerumus jauh dari rahmat Allah. Bukan tidak mungkin mereka pernah atau setidaknya pernah mengalaminya terkena dampak buruk dari reputasi mereka yang tentunya merugikan Kita.
Adapun Solusi yang dapat penulis berikan mengenai permasalahan di atas adalah Mengajarkan kepada siswa tentang toleransi. Di era globalisasi yang mana internet bisa Diakses oleh siapapun dengan gampang banyak konten-konten tidak bermoral yang dapat memecah belah masyarakat dengan kata-kata yang tidak baik.
Peserta didik yang baru memasuki usia labil akan dengan mudahnya menyerap konten-konten tersebut dan mempraktekkannya di dunia nyata yang pada akhirnya peserta didik dapat dengan mudah mengejek dan mengolok tanpa memikirkan perasaan temannya. Di sinilah pentingnya peran seorang guru untuk mendidik peserta didik agar tidak terjerumus ke dalam perilaku jelek tersebut dengan mengajarkan tentang keimanan, bagaimana agama Islam mengatur Batasan tentang pertemanan.
Strategi yang dilakukan oleh guru dalam menanamkan sikap toleransi peserta didik di Sekolah, Diantaranya: (1) Memberikan contoh atau teladan dalam berperilaku. Guru lebih baik menggunakan bahasa yang sopan dan santun, serta tidak membeda-bedakan peserta didik. Karena jika seorang guru mengajarkan kebaikan kepada peserta didik namun ia sendiri bukan sosok pribadi yang baik, maka hal tersebut akan sia-sia. Peserta didik selalu belajar dari figur guru dan orang-orang yang Dianggapnya baik.
Peserta didik membutuhkan contoh yang nyata tentang berperilaku baik melalui sikap dan perilaku orang dewasa. (2) Menumbuhkan apresiasi terhadap perbedaan, hal ini dapat dilakukan dengan cara melatih siswa untuk bisa menerima perbedaan sejak dini, mengenalkan siswa terhadap berbagi keragaman. (3) Guru menggunakan metode diskusi kelompok dalam pembelajaran.
Bimbingan kepada peserta didik tentang bagaimana konsep Islam dalam berteman. Islam menjelaskan bahwa hubungan sosial atau persahabatan seseorang dapat mengembangkan pemahaman tentang prinsip-prinsip etika yang menimbulkan timbal balik dan kerja sama antara individu.
Pertemanan yang baik bersifat sukarela, kerena pertemanan bukanlah hubungan yang di dalamnya terdapat pemaksaan atau sudah direncanakan sebelumnya. Akan tetapi, saling menerima satu sama lain dan terdapat kasih sayang di dalamnya. Dalam suatu pertemanan yang baik hendaknya menjaga satu sama lain agar tidak terjadi perpecahan dan tidak terjerumus ke dalam hubungan pertemanan toxic. Hubungan pertemanan harus bisa untuk mengesampingkan ego masing-masing dan harus bisa untuk sama-sama saling menghargai.
Ketika menginginkan hubungan yang baik, maka harus bisa untuk sama-sama mengintropeksi diri masing-masing serta mengungkapkan isi hati jika ada perkataan salah satu teman nya mungkin kurang berkenan untuk di dengar.
Sejatinya hubungan pertemanan haruslah dapat memberikan peluang untuk saling bertukar pendapat dan argumen agar terhindar dari perselisihan.
Memberikan semangat di saat salah satu teman nya mungkin sedang menginginkan dukungan seperti dukungan saat belajar untuk mengerjakan soal Ujian Akhir Semester (UAS) dan memberikan dukungan untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Dukungan dan motivasi ini sangat diperlukan di dalam suatu pertemanan, karena dapat menyababkan hubungan pertemanan menjadi lebih dekat. Selain memberikan dukungan emosional, teman dapat membantu remaja mengembangkan kepriba Diannya.
Simpulan:
Setiap siswa membawa budaya dan kebiasaan yang berbeda-beda menurut lingkungan yang mereka tempati, perbedaan ini bukanlah sebuah permasalahan yang harus dihapuskan akan tetapi mengajarjkan Kita bagaimana cara hidup dengan mernagkul semua perbedaan tersebut. Oleh karena itu, tugas seorang guru untuk memberi pemahaman kepada peserta didik mengenai toleransi.
Toleransi merupakan kemampuan seorang siswa untuk menerima atau beradaptasi dengan kondisi atau dengan individu yang berbeda-beda, tanpa mempersoalkan perbedaan yang ada. Wujud dari toleransi berupa sikap menghargai, menghormati dan memberikan kebebasan terhadap berbagai bentuk perbedaan yang dimiliki setiap individu maupun kelompok tanpa adanya diskriminasi. Guru berperan penting untuk mendidik dan membimbing peserta didiknya agar menjadi penerus bangsa yang berkarakter karena peran guru tidak hanya mengajarkan atau mentransfer ilmu pengetahuan saja kepada peserta didik.
Penulis adalah Guru SMK N 1 Tanah Jambo Aye Kabupaten Aceh Utara
0 Komentar