Guru Mengajar dengan Hati adalah Guru yang Dirindui

Guru Mengajar dengan Hati adalah Guru yang Dirindui

 


                         Sumber: Dokumen  Pribadi 


Oleh: Erlina, S.Pd

Anda mungkin pernah bertanya apa yang membuat seorang guru dirindui oleh siswanya?, Apakah karena cara mengajarnya yang luar biasa atau metode mengajarnya yang bagus atau teori belajar yang dikuasainya?  Akan tetapi menurut pengalaman penulis  sebagai pendidik yang paling diingat oleh siswa bukan lah-hal tersebut namun lebih ke pendekatan emosional antaraguru dan siswa yaitu Mengajar dengan Hati

Mengajar dengan hati adalah cara seorang guru mengajari siswanya bukan hanya untuk memberikan materi semata, tetapi juga mengayomi, mendidik, menanamkan karakter yang Islami dan juga mendidik dengan penuh cinta kasih.

Seperti filosofi Kihajar Dewantara mengatakan “Guru adalah orang yang menuntun segala kodrat yang ada pada anak agar mereka mencapai keselamatan yang setinggi-tingginya”. Jadi  sebagai guru bertugas untuk menuntun kodrat anak, karena  anak tersebut sudah mempunyai bakat dan minatnya masing-masing. Maka saya menulis artikel ini untuk menjadi acuan bagaimna seorang pendidik bisa menjadi seorang guru yang dirindui oleh siswanya

1.      Mengajar dengan Hati Menciptakan Hubungan yang Bermakna antara Guru dan Siswa 

Mengajar dengan hati menciptakan hubungan yang bermakna antara guru dan siswa dalam hal ini yang terjalin antara guru dan siswa tidak hanya sebatas memberi dan menerima pembelajaran tetapi juga proses interakasi dan pengaplikasian perhatian, empati dan pemahaman mendalam serta potensi-potensi masing-masing siswa

Sama halnya ketika siswa dididik dengan hati, siswa tidak hanya merasa dididik secara akademis tetapi juga dihargai sebagai individu yang unik. Hubungan  ini membangun rasa percaya, kedekatan emosional, dan motivasi siswa untuk belajar. Mereka  merasa bahwa guru benar-benar peduli terhadap perkembangan mereka, baik di dalam maupun di luar kelas. Ketika siswa merasa dihargai dan dipahami, maka akan terjalin hubungan yang baik antara guru dan siswa.

Selanjutnya, membangun hubungan yang baik dan inklusif antaraguru dan siswa sangat penting untuk meningkatkan pengelolaan kelas. Siswa yang memiliki hubungan yang kuat dengan guru cenderung lebih terbuka untuk belajar, merasa lebih nyaman berpartisipasi dalam diskusi kelas, dan menerima umpan balik yang lebih baik dari guru. Guru harus benar-benar peduli dengan kehidupan dan kesejahteraan siswa mereka di dalam maupun luar kelas. Hal ini bisa berarti menyediakan waktu untuk mendengarkan kekhawatiran atau masalah siswa, baik yang berkaitan dengan pendidikan maupun pribadi. Sangat penting untuk tetap mengikuti aturan dan memperlakukan setiap siswa dengan adil. Siswa harus merasa bahwa guru mereka memperlakukan mereka dengan adil dan bahwa aturan kelas diterapkan secara konsisten (Rifat et al., 2023). file:///C:/Users/LENOVO/Downloads/403-Article+Text+IJELAC+SYAUQI+Layout.pdf Diakses 03 Desember 2024

Maksud dari hubungan yang bermakna antara guru dan siswa yaitu seperti yang kita tau bahwa hubungan merupakan landasan penting dalam menciptakan proses pembelajaran yang efektif, inspiratif, dan penuh empati.

Baca juga: Kewirausahaan di Sekolah Vokasi adalah Awal Motivasi Belajar

Hubungan ini tidak hanya sekadar hubungan formal antara guru dan siswa di dalam ruang kelas, tetapi juga mencakup interaksi yang mendalam, di mana guru berperan sebagai pendidik, pembimbing, dan sahabat bagi siswa.

Ketika hubungan ini terjalin dengan baik, maka siswa tidak hanya merasa didukung secara akademik, tetapi juga secara sosial emosional, dan juga personal.

Selanjutnya, hubungan antaraguru dan siswa harus saling menghormati dan juga mengerti mengenai kedudukan keduanya, bahwa guru harus memposisikan dirinya sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik. Sebenarnya keduanya mempunyai tujuan yang sama namun memiliki kedudukan serta peran yang berbeda. Konsep hubungan keduanya tidak seperti   hubungan atasan dengan bawahan melainkan konsep psikologis kekeluargaan sehingga setiap kegiatan yang terjadi di antara keduanya focus pada pengembangan potensi dan juga pembentukan karakter. Jika keduanya menyadari  kedudukan  dan perannya masing-masing   maka   akan tercipta   sebuah   interaksi yang harmonis, baik saat dalam proses belajar mengajar maupun diluar proses belajar mengajar.  https://www.researchgate.net/publication/369439357_Membangun_Hubungan_Yang_Baik_Antara_Guru_danssiswa diakses 03 Desember 2024

Maksud dari kedudukan antaraguru dan siswa dalam menjalin hubungan pembelajaran adalah guru berperan sebagai pemegang kendali atau memiliki otoritas dalam melakukan pembelajaran dikelas sedangkan siswa berkedudukan untuk mengikuti arahan yang diberikan oleh guru.

Dalam hubungan ini, guru memegang kendali untuk memberikan arahan dan struktur pembelajaran, tetapi tetap menghormati kebutuhan, potensi, dan suara siswa. Siswa, di sisi lain, berperan aktif dengan bertanya, mengeksplorasi, dan berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Kedudukan ini menciptakan suasana yang harmonis di mana siswa merasa didengar dan dihargai, sedangkan guru menjadi pendukung yang membantu mereka mencapai potensinya secara maksimal.

  2.  Guru yang Mengajar dengan Hati Tidak Hanya Peduli pada Prestasi Akademik

Guru yang mengajar dengan hati tidak hanya peduli pada prestasi akademik tetapi juga focus pada perkembangan holistic siswa tidak hanya focus pada menghafal materi dan juga ketrampilan koknitif atua nilai tinggi saja tetapi juga focus pada pembentukan karakter, sosial, emosional siswa. 

Guru yang seperti ini memperhatikan bagaimana siswa tumbuh menjadi manusia yang berguna menjadi pribadi yang positif, hidup yang seimbang dan siap menghadapi tantangan kehidupan. Dengan mendidik hati dan pikiran siswa, guru akan membantu menciptakan manusia yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga tangguh secara emosional dan memiliki nilai-nilai moral yang kuat.

Guru memiliki kesempatan untuk mendidik dan membentuk siswa menjadi pemimpin masa depan. Mereka juga dapat memainkan peran penting dalam mendorong anak-anak sekolah dari semua ras untuk berinteraksi dan berbaur satu sama lain. Hal ini dilakukan untuk mempromosikan pemahaman antarras dan suku, serta mempercepat proses kohesi sosial, integrasi, dan persatuan.

Pengembangan karakter adalah tujuan penting dari sistem pendidikan kita, dan kita perlu mendekatinya secara sistematis. Agar program tersebut berhasil, diperlukan pendekatan total, yang mana peluang untuk pengembangan karakter meresapi berbagai aspek kurikulum dan lingkungan sekolah. Setiap pengalaman yang dialami seorang anak, baik itu dalam pelajaran di kelas, berbagai hubungan sosial, tindakan disipliner, dan kegiatan esktrakurikuler, masing-masing ini akan berdampak pada perkembangan karakter, nilai, dan watak anak. Itulah mengapa bahwa, untuk memulai proses pembangunan bangsa yang kritis dalam mengembangkan generasi pemimpin berikutnya, kita perlu menanamkan budaya berbasis karakter. https://sman1manggar.sch.id/read/733/kepribadian-guru-dan-pengaruhnya-terhadap-penguatan-pendidikan-karakter-siswa Akses 03 Desember 2024

Berdasarkan kutipan di atas, kita tahu bahwa guru tidak hanya bertugas untuk mengajarkan teori mata pelajaran, tetapi juga memiliki tanggung jawab yang besar dalam mendidik siswa agar mereka memiliki kemampuan kepemimpinan. Guru dapat memberikan teladan, membimbing, dan memberikan pengalaman yang bermakna bagi siswa dan yang memungkinkan siswa mengembangkan sikap, nilai, dan keterampilan yang diperlukan untuk menjadi pemimpin di masa depan.

3. Empati yang Ditunjukkan Guru Membuat Siswa Merasa Dihargai dan Diterima

Dalam dunia pendidikan hubungan antaraguru dan siswa tidak hanya sebatas transfer ilmu pengetahuan dari guru kapada peserta didik,  tetapi juga membangun kedekatan emosional melalui sikap dan penuh empati. Empati adalah kunci utama yang memungkinkan seorang guru memahami perasaan, kebutuhan, dan tantangan yang dihadapi siswa. 

Baca Juga: Sekolah, Tempat Bermetamorfosa

Ketika guru menunjukkan empati, mereka tidak hanya melihat siswa sebagai pelajar, tetapi sebagai individu yang unik dengan pengalaman, latar belakang keluaraga atau lingkungan, dan juga emosi yang beragam. Sikap empati ini menciptakan lingkungan belajar yang hangat dan mendukung, di mana siswa merasa dihargai, diterima, dan dipersiapkan untuk berkembang secara maksimal.

Empati dalam interaksi sehari-hari (di luar kegiatan belajar) menjadi semacam tuntutan bagi guru. Empati itu dapat ditunjukkan melalui banyak hal, antara lain, saat ngobrol sebaiknya mendengarkan siswa saat berbicara dengan penuh perhatian. 

Saat berhadapan dengan siswa, sangat penting bagi guru menunjukkan bahasa tubuh yang ramah dan terbuka, seperti tersenyum, mengangguk untuk menyetujui sesuatu yang tengah mereka sampaikan atau ceritakan, tidak menyela pembicaraan mereka, dan menjaga kontak mata. Ini merupakan pilihan sederhana yang seringkali sulit diterapkan. https://www.kompasiana.com/mohamadashabulyamin2428/66b25f33c925c423b95797c3/empati-sang-guru-terhadap-siswa?page=3&page_images=1 diakses pada 03 Desember 2024

Pada dasarnya bersikap empati bukanlah pilihan yang sulit untuk dilakukan. Empati dapat ditunjukkan melalui hal-hal atau tindakan-tindakan sederhana namun penuh makna, seperti mendengarkan siswa dengan perhatian penuh, menyebut namanya, menggunakan bahasa tubuh yang ramah, dan memberikan respon yang mendukung, mendengarkan pendapat mereka tanpa menyela, menjaga kontak mata dan memberikan respon yang positif. Tindakan ini membuat siswa merasa dihargai, didengar, dan diterima.

Selanjutnya, jika empati dimaknai sebagai sikap memahami orang lain, maka empati guru dalam proses pembelajaran sejatinya ditekankan agar memahami kemampuan dan kebutuhan belajar siswa. Guru seyogyanya dapat mengakomodasi perbedaan gaya, kebutuhan, dan kecepatan belajar siswa melalui pendekatan pembelajaran yang kini populer dengan istilah pembelajaran berdiferensiasi. Satu hal yang penting, dengan memahami kemampuan dan kebutuhan siswa, guru tetap harus memiliki ekspektasi bahwa siswa mampu mencapai hasil belajar terbaik. Dilansir dari artikel https://www.kompasiana.com/mohamadashabulyamin2428/66b25f33c925c423b95797c3/empati-sang-guru-terhadap-siswa?page=3&page_images=1 03 Desember 2024

Berdasarkan kutipan di atas, kita memahami bahwa guru seharusnya lebih berpihak kepada siswa lebih dekat secara emosional, contohnya guru menyapa siswa dengan ramah di pagi hari, menggunakan nama mereka, dan menunjukkan perhatian terhadap kondisi emosional siswa. Misalnya, "Selamat pagi, Apa kabar? Bagaimana tugas proyekmu minggu lalu? Guru diharapkan memiliki kemampuan untuk memahami bahwa setiap siswa memiliki gaya belajar, kebutuhan, dan kecepatan belajar yang berbeda-beda. Maka dari itu kita sebagai guru dituntut untuk memahami pembelajaran yang berdiferensiasi. Pemahaman ini penting agar guru dapat menciptakan lingkungan belajar yang inklusif dan mendukung perkembangan individu setiap siswa.

Untuk memudahkan pemahaman  di atas berikut penulis sajikan satu ilustrasi tentang empati yang ditunjukkan guru membuat siswa merasa dihargai dan diterima

Di suatu kelas Bahasa Inggris, seorang siswa tampak murung dan tidak aktif berpartisipasi dalam diskusi kelompok. guru, memperhatikan perubahan perilaku siswa. Setelah kelas selesai, guru dengan lembut menghampiri siswa dan berkata, "Balqis, Ibu melihat Kamu tampak berbeda hari ini. Apa yang sedang kamu rasakan? Ibu di sini jika Kamu ingin bercerita."Awalnya, siswa  tersebut ragu untuk berbicara, tetapi sikap hangat dan penuh perhatian guru membuatnya merasa nyaman. Akhirnya, siswa mengungkapkan bahwa Dia merasa cemas karena tugas yang diberikan terlalu sulit baginya. guru mendengarkan dengan penuh perhatian, tanpa menghakimi, dan berkata, "Terima kasih sudah mau berbagi dengan Ibu. Ibu paham bahwa kadang tugas bisa terasa menantang.

Bagaimana kalau kita bahas langkah-langkah kecil untuk menyelesaikannya? Ibu percaya Kamu bisa."guru kemudian memberikan penjelasan ulang tentang tugas tersebut dan menawarkan cara alternatif untuk memulai. Dia juga memberi semangat kepada siswa dengan mengatakan, "Kamu sudah bekerja keras, dan itu yang terpenting. Jangan ragu untuk bertanya kapan saja."Keesokan harinya, siswa tampak lebih percaya diri dan mulai berpartisipasi aktif. Dia bahkan tersenyum kepada gurunya saat diskusi berlangsung. Dukungan empati dari gurunya membuat siswa merasa dihargai dan diterima, memulihkan semangat belajarnya.

Contoh di atas menunjukkan bahwa sebagai seorang guru dapat membantu siswa merasa dihargai dan diterima. Dengan perhatian dan sikap hangat, guru mengenali perubahan perilaku siswa, mendengarkan keluhannya tanpa menghakimi, dan memberikan dukungan serta solusi. Hal ini memotivasi siswa untuk mengatasi rasa cemas, meningkatkan kepercayaan diri, dan kembali aktif berpartisipasi dalam pembelajaran. Empati guru berperan penting dalam menciptakan lingkungan belajar yang positif dan mendorong keberhasilan siswa.

4. Mengajar dengan Hati berarti Menciptakan Suasana Kelas yang Ramah dan Penuh Dukungan.

Mengajar dengan hati adalah suatu pendekatan yang menempatkan siswa sebagai pusat pembelajaran, bukan hanya sebagai penerima informasi atau materi ajar. Salah satu prinsip utama dari pendekatan ini adalah menciptakan suasana kelas yang ramah dan penuh dukungan. Suasana seperti ini memungkinkan siswa untuk merasa aman, dihargai, dan didukung dalam proses belajar mereka. 

Berikut adalah uraian lebih mendalam tentang bagaimana suasana kelas yang ramah dan penuh dukungan dapat diwujudkan, serta mengapa hal ini sangat penting bagi pembelajaran. Dengan demikian ketika siswa merasa bahwa mereka diterima dan didukung, siswa lebih termotivasi untuk belajar. Siswa dalam hal ini tidak hanya berfokus pada hasil akhir, tetapi juga menikmati proses belajar itu sendiri. Suasana yang ramah dan mendukung mendorong siswa untuk aktif bertanya, mencoba hal-hal baru, dan mengemukakan ide tanpa rasa tertekan atau takut.

Baca Juga: Teaching Factory, Mencetak Guru Inovatif dan Lulusan SMK yang Siap Kerja

Sebaliknya lingkungan kelas yang tidak ramah dapat menjadi sumber stres bagi siswa. Ketegangan ini sering kali muncul dari rasa takut akan kegagalan, ejekan dari teman, atau ketidakpastian tentang ekspektasi guru. Suasana yang ramah dan penuh dukungan membantu mengurangi stres ini, karena siswa tahu bahwa mereka dihargai meskipun mereka melakukan kesalahan. Oleh sebab itu, suasana kelas yang mendukung juga sangat berpengaruh pada perkembangan sosial dan emosional siswa. Mereka belajar tentang rasa kasih sayang, saling menhormati, kerja sama, dan selain itu, mereka lebih cenderung mengembangkan rasa percaya diri yang sehat, karena merasa aman, nyaman untuk mengekspresikan diri mereka.

Selanjutnya sikap guru dalam menghadapi anak didik, teman-teman sesama guru, dan sekolah itu sendiri akan dilihat, diamati dan dinilai oleh peserta didik. Cara guru berpakaian, berbicara, berjalan dan bergaul juga merupakan penampilan kepribadian yang lain, yang mempunyai pengaruh terhadap peserta didik. Termasuk pula dalam masalahan kepribadian guru itu, sikap dan pandangan terhadap fungsinya bagi peserta didik.  

Apakah Ia sebagai pemimpin, menyuruh, memerintan dan mengendalikan? Sedangkan peserta didik didik adalah yang dipimpin harus patuh menurut dan menerima. Ataukah ia sebagai pembimbing yang mengerti dan menyiapkan suasana bagi peserta didik, ia hidup dan ikut aktif dalam kegiatannya. Perilaku mengajar guru adalah suatu tindakan atau gerakan guru yang di lakukan secara sadar untuk bertanggung jawab dalam mendidik, mengajar, dan membimbing peserta didik. Karakteristik guru yang baik biasanya tahu bahwa kemampuan setiap peserta didik berbeda-beda. Ada yang mampu memahami materi secara cepat, ada juga yang harus di jelaskan secara rinci terlebih dahulu baru bisa menyerap materi yang di sampaikan. file:///C:/Users/LENOVO/Downloads/ulil+albab+1238-1245.pdf akses on 05 Desember2024

Merujuk pada konsep  di atas, dapat diketahuai bahwa sikap dan pirilaku guru akan ditiru dan menjadi contoh bagi siswa. Kutipan tersebut menekankan bahwa perilaku, sikap, dan kepribadian guru memiliki pengaruh besar terhadap peserta didik. Sikap guru dalam berinteraksi dengan siswa, rekan sejawat, dan lingkungan sekolah menjadi teladan yang diamati dan dinilai oleh siswa. Hal ini mencakup cara berpakaian, berbicara, berjalan, hingga bergaul, yang mencerminkan karakter dan profesionalisme seorang guru.

5. Guru yang Mengajar dengan Hati Menggunakan Pendekatan Kreatif dan Personal

Guru yang mengajar dengan hati akan menciptakan suasana yang nyaman dan mendukung, di mana siswa merasa dihargai dan diperhatikan. Mereka mengembangkan pendekatan yang fleksibel, seperti menggunakan berbagai metode kreatif (misalnya, permainan, diskusi, atau proyek) untuk menarik minat siswa dan membantu siswa memahami materi dengan cara yang menyenangkan dan bermakna.

Selain itu, guru yang mengajar dengan hati berusaha mengenali karakteristik dan keunikan setiap siswa. Guru menyesuaikan gaya mengajarnya agar lebih relevan dengan kebutuhan dan minat siswa, serta memberikan dukungan secara pribadi. Hal ini tidak hanya meningkatkan pemahaman siswa, akan tetapi juga menciptakan hubungan yang lebih erat antara guru dan siswa, yang dapat meningkatkan motivasi belajar dan pembelajaran.

Selanjuynya guru kreatif diartikan sebagai guru yang tidak pernah puas dengan apa yang disampaikannya kepada peserta didik. Dia berusaha menemukan cara-cara untuk menemukan potensi unik siswanya. Dengan kreatifitas guru bisa memberikan pengajaran yang disenangi peserta didik. Guru kreatif akan mampu menemukan kecerdasan setiap peserta didiknya. Dia juga menjadi produktif karena apa yang ditemukannya menjadi bahan pembelajaran yang menarik. Guru kreatif akan disenangi para siswa, karena cara mengajarnya yang beragam sehingga tidak membuat para siswa cepat bosan, dan lebih menantang para siswa untuk mengikuti pelajaran yang diberikan melalui sesuatu yang beragam. file:///C:/Users/LENOVO/Downloads/MENJADI%20GURU%20KREATIF,%20INOVATIF%20DAN%20INSPIRATIF.pdf akses pada 05 Desember 2024

Dari kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa guru kreatif adalah guru yang selalu berinovasi dan tidak mudah merasa puas dengan metode pembelajaran yang sudah ada. Guru ini berupaya terus-menerus menemukan cara baru yang dapat menggali potensi unik setiap siswa. Dengan kreativitasnya, guru mampu menciptakan pembelajaran yang menyenangkan, menarik, dan relevan bagi siswa.

Guru kreatif memahami bahwa setiap siswa memiliki kecerdasan dan keunikan yang berbeda, sehingga ia menggunakan berbagai pendekatan dan metode untuk menyesuaikan pengajaran dengan kebutuhan siswa atau sering disebut pembelajaran berdiffensiasi. Hal ini membuat pembelajaran menjadi lebih variatif, menantang, dan tidak membosankan, yang pada akhirnya meningkatkan motivasi siswa untuk belajar.

Mengajar dengan pendekatan kreatif adalah mengajar dengan mengembangkan ide-ide baru yang bermanfaat untuk pembelajaran. Cara mengajar yang inovatif dan menyenangkan ini tidak hanya meningkatkan hasil belajar siswa tetapi juga membuat siswa lebih menyukai dan menghormati guru tersebut. Dengan demikian, guru kreatif berperan penting dalam menciptakan pengalaman belajar yang positif dan bermakna.

Saat berhadapan dengan peserta didik, seorang guru harus mampu mengendalikan emosi. Sikap  dan perilaku yang beraneka ragam yang ada pada masing-masing peserta didik, hilangkan semua label negatif. Guru harus mampu mengedalikan emosi saat menghadapi peserta didik yang berperilaku belum baik. Guru harus lebih sabar dan memiliki senjata yang tepat untuk merubah perilaku peserta didik ke arah lebih baik. Guru akan menggunakan pola hukuman yang edukatif, menjauhi pola hukuman fisik dan kata-kata yang kasar yang tidak pantas diucapkan dan didengar oleh peserta didik. Hal ini dikarenakan perkaatan guru akan dicontoh oleh semua peserta didik. https://almaata.ac.id/guru-berkarakter-gurunya-manusia/ akses on 05 Desember 2024

Dari kutipan di atas kita tahu bahwa, seorang guru harus memiliki pengendalian emosi yang baik ketika berinteraksi dengan peserta didik, terutama ketika menghadapi perilaku yang belum sesuai harapan. Guru diharapkan untuk tidak memberikan label negatif kepada peserta didik, melainkan menunjukkan kesabaran dan menggunakan pendekatan yang positif dan edukatif untuk mengubah perilaku mereka.

Perlu diberikan penekanan guru harus menghindari hukuman fisik atau kata-kata kasar yang dapat merugikan peserta didik dan menciptakan dampak negatif, karena ucapan dan perilaku guru akan menjadi contoh yang diikuti oleh peserta didik lainnya. Pada dasarnya, guru harus menjadi model perilaku yang baik dan berkarakter, serta menggunakan cara-cara yang mendidik untuk membimbing peserta didik agar berkembang menjadi lebih baik.

Adapun solusi yang tepat untuk permasalahan di atas yaitu sekolah perlu menyelenggarakan pelatihan yang fokus pada pengembangan kecerdasan emosional dan empati guru. Disini guru diajarkan cara memahami kebutuhan siswa secara emosional, bagaimana mendukung mereka, dan menciptakan hubungan yang penuh kehangatan antara guru dan peserta didik agar guru mampu membangun hubungan yang lebih dalam dengan siswa, menciptakan suasana belajar yang kondusif dan mendukung sehingga tercapai tujuan pembelajaran.

Selanjutnya penggunaan metode pembelajaran kreatif yaitu memberikan akses kepada guru untuk mempelajari metode pengajaran yang kreatif, seperti pembelajaran berbasis proyek, gamifikasi, atau storytelling. Hal tersebut dapat meningkatkan daya tarik pembelajaran bagi siswa, dan membuat siswa lebih menikmati proses belajar.

Baca Juga:  Di Bawah Langit 2024: Cerita Guru yang Tak Pernah Usai

Memberikan ruang untuk refleksi dan motivasi guru dapat membuat seorang guru lebih terdorong untuk melakukan refleksi atas kinerja atau metode mengajarnya, dengan memberikan penghargaan dan umpan balik atas usaha guru dalam mengajar dengan hati. Membantu guru terus termotivasi dan merasa dihargai, sehingga mereka dapat memberikan yang terbaik untuk siswa. Mengutamakan pendekatan personal kepada siswa memberikan pelatihan atau pedoman kepada guru tentang pentingnya pendekatan personal, seperti mempelajari nama siswa, memahami kebutuhan khusus, dan mendengarkan keluhan siswa. Membuat siswa merasa dihargai dan diterima, sehingga lebih mudah termotivasi untuk belajar.

Simpulan:

Mengajar dengan hati melampaui aspek akademis ini melibatkan membangun hubungan emosional, memberikan empati, dan memahami kebutuhan individu setiap siswa. Ketika siswa merasa dihargai dan dimengerti, mereka menjadi lebih termotivasi dan terbuka untuk belajar, yang berujung pada dinamika kelas yang lebih baik dan hubungan yang lebih kuat. 

Seorang  guru yang mengajar dengan hati fokus pada perkembangan keseluruhan siswa, bukan hanya prestasi akademis mereka. Guru juga berperan penting dalam mengembangkan karakter, keterampilan sosial, dan kecerdasan emosional siswa. Kualitas-kualitas ini sangat penting untuk pertumbuhan dan kesuksesan siswa dalam kehidupan.

Empati adalah sifat penting bagi seorang guru. Ketika guru menunjukkan empati, mereka mengakui perasaan, tantangan, dan pengalaman pribadi siswa, menciptakan lingkungan belajar yang mendukung. Tindakan sederhana seperti mendengarkan dengan aktif, menggunakan bahasa tubuh yang positif, dan memberikan dukungan dapat memberikan dampak besar pada rasa percaya diri dan kesejahteraan emosional siswa. 

Ditambah lagi suasana kelas yang hangat, menyambut, dan mendukung mendorong siswa untuk berpartisipasi aktif dalam proses belajar. Lingkungan seperti ini mengurangi stres dan kecemasan, membantu siswa untuk fokus belajar tanpa rasa takut gagal atau dihakimi. Suasana positif juga menumbuhkan rasa hormat, kerjasama, dan ekspresi diri, yang penting untuk perkembangan akademis dan pribadi.

Secara keseluruhan, artikel ini menekankan bahwa mengajar dengan hati bukan hanya tentang menyampaikan materi, tetapi juga tentang merawat siswa sebagai individu, memberikan dukungan emosional, dan menciptakan lingkungan belajar yang positif. Hal ini sejalan dengan filosofi Ki Hajar Dewantara, yang meyakini bahwa guru adalah pembimbing yang membantu siswa mencapai potensi tertinggi mereka.


Penulis adalah Guru SMK  Negeri 1 Tanah Jambo Aye, Kabupaten Aceh Utara 

 





Berita Terkait

Posting Komentar

0 Komentar