Oleh: Erlina, S.Pd
Anda
mungkin pernah bertanya apa yang membuat seorang guru dirindui oleh siswanya?, Apakah karena cara mengajarnya yang luar biasa atau metode mengajarnya yang
bagus atau teori belajar yang dikuasainya? Akan tetapi
menurut pengalaman penulis sebagai pendidik yang paling diingat oleh siswa
bukan lah-hal tersebut namun lebih ke
pendekatan emosional antaraguru dan siswa yaitu “Mengajar dengan Hati”
Mengajar
dengan hati adalah cara seorang guru mengajari siswanya bukan hanya untuk
memberikan materi semata, tetapi
juga mengayomi, mendidik, menanamkan karakter yang Islami dan juga mendidik
dengan penuh cinta kasih.
Seperti filosofi Kihajar Dewantara mengatakan “Guru adalah orang yang menuntun segala kodrat yang ada pada anak agar mereka mencapai keselamatan yang setinggi-tingginya”. Jadi sebagai guru bertugas untuk menuntun kodrat anak, karena anak tersebut sudah mempunyai bakat dan minatnya masing-masing. Maka saya menulis artikel ini untuk menjadi acuan bagaimna seorang pendidik bisa menjadi seorang guru yang dirindui oleh siswanya
1. Mengajar dengan Hati Menciptakan Hubungan yang Bermakna antara Guru dan Siswa
Mengajar
dengan hati menciptakan hubungan yang bermakna antara guru dan siswa dalam hal
ini yang terjalin antara guru dan siswa tidak hanya sebatas memberi dan
menerima pembelajaran tetapi juga proses interakasi dan pengaplikasian
perhatian, empati dan pemahaman mendalam serta potensi-potensi masing-masing
siswa
Sama
halnya ketika siswa dididik dengan hati,
siswa tidak hanya merasa dididik secara akademis tetapi juga dihargai sebagai
individu yang unik. Hubungan ini membangun rasa percaya, kedekatan
emosional, dan motivasi siswa untuk belajar. Mereka merasa bahwa guru benar-benar peduli terhadap
perkembangan mereka, baik di dalam maupun di luar kelas. Ketika siswa merasa
dihargai dan dipahami, maka akan terjalin hubungan yang baik antara
guru dan siswa.
Selanjutnya, membangun
hubungan yang baik dan inklusif antaraguru dan siswa sangat penting untuk
meningkatkan pengelolaan kelas. Siswa yang memiliki hubungan yang kuat dengan
guru cenderung lebih terbuka untuk belajar, merasa lebih nyaman berpartisipasi
dalam diskusi kelas, dan menerima umpan balik yang lebih baik dari guru. Guru
harus benar-benar peduli dengan kehidupan dan kesejahteraan siswa mereka di
dalam maupun luar kelas. Hal ini bisa berarti menyediakan waktu untuk
mendengarkan kekhawatiran atau masalah siswa, baik yang berkaitan dengan
pendidikan maupun pribadi. Sangat penting untuk tetap mengikuti aturan dan
memperlakukan setiap siswa dengan adil. Siswa harus merasa bahwa guru mereka
memperlakukan mereka dengan adil dan bahwa aturan kelas diterapkan secara
konsisten (Rifat et al., 2023). file:///C:/Users/LENOVO/Downloads/403-Article+Text+IJELAC+SYAUQI+Layout.pdf Diakses
03 Desember 2024
Maksud dari hubungan yang bermakna antara guru dan siswa yaitu seperti yang kita tau bahwa hubungan merupakan landasan penting dalam menciptakan proses pembelajaran yang efektif, inspiratif, dan penuh empati.
Baca juga: Kewirausahaan di Sekolah Vokasi adalah Awal Motivasi Belajar
Hubungan ini tidak hanya sekadar
hubungan formal antara guru dan siswa di dalam ruang kelas, tetapi juga
mencakup interaksi yang mendalam, di mana guru berperan sebagai pendidik,
pembimbing, dan sahabat bagi siswa.
Ketika
hubungan ini terjalin dengan baik, maka siswa tidak hanya merasa didukung
secara akademik, tetapi juga secara sosial emosional, dan juga personal.
Selanjutnya, hubungan antaraguru
dan siswa harus saling menghormati dan juga mengerti mengenai kedudukan
keduanya, bahwa guru harus memposisikan dirinya sebagai pendidik dan siswa
sebagai peserta didik. Sebenarnya keduanya mempunyai tujuan yang sama namun
memiliki kedudukan serta peran yang berbeda. Konsep hubungan keduanya tidak
seperti hubungan atasan dengan bawahan
melainkan konsep psikologis kekeluargaan sehingga setiap kegiatan yang terjadi
di antara keduanya focus pada pengembangan potensi dan juga pembentukan
karakter. Jika keduanya menyadari kedudukan dan perannya masing-masing maka
akan tercipta sebuah interaksi yang harmonis, baik saat dalam
proses belajar mengajar maupun diluar proses belajar mengajar. https://www.researchgate.net/publication/369439357_Membangun_Hubungan_Yang_Baik_Antara_Guru_danssiswa diakses 03 Desember 2024
Maksud dari kedudukan antaraguru dan siswa dalam menjalin hubungan
pembelajaran adalah guru berperan sebagai pemegang kendali atau memiliki
otoritas dalam melakukan pembelajaran dikelas sedangkan siswa berkedudukan
untuk mengikuti arahan yang diberikan oleh guru.
Dalam hubungan ini, guru memegang kendali untuk memberikan arahan dan struktur pembelajaran, tetapi tetap menghormati kebutuhan, potensi, dan suara siswa. Siswa, di sisi lain, berperan aktif dengan bertanya, mengeksplorasi, dan berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Kedudukan ini menciptakan suasana yang harmonis di mana siswa merasa didengar dan dihargai, sedangkan guru menjadi pendukung yang membantu mereka mencapai potensinya secara maksimal.
2. Guru yang
Mengajar dengan Hati Tidak Hanya Peduli pada Prestasi Akademik
Guru yang mengajar dengan hati tidak hanya peduli pada prestasi akademik tetapi juga focus pada perkembangan holistic siswa tidak hanya focus pada menghafal materi dan juga ketrampilan koknitif atua nilai tinggi saja tetapi juga focus pada pembentukan karakter, sosial, emosional siswa.
Guru yang seperti ini
memperhatikan bagaimana siswa tumbuh menjadi manusia yang berguna menjadi
pribadi yang positif, hidup yang seimbang dan siap menghadapi tantangan
kehidupan. Dengan mendidik hati dan pikiran siswa, guru akan membantu
menciptakan manusia yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga
tangguh secara emosional dan memiliki nilai-nilai moral yang kuat.
Guru memiliki kesempatan untuk mendidik dan membentuk siswa
menjadi pemimpin masa depan. Mereka juga dapat memainkan peran penting dalam
mendorong anak-anak sekolah dari semua ras untuk berinteraksi dan berbaur satu
sama lain. Hal ini dilakukan untuk mempromosikan pemahaman antarras dan suku,
serta mempercepat proses kohesi sosial, integrasi, dan persatuan.
Pengembangan karakter adalah tujuan penting dari sistem
pendidikan kita, dan kita perlu mendekatinya secara sistematis. Agar program
tersebut berhasil, diperlukan pendekatan total, yang mana peluang untuk
pengembangan karakter meresapi berbagai aspek kurikulum dan lingkungan sekolah.
Setiap pengalaman yang dialami seorang anak, baik itu dalam pelajaran di kelas,
berbagai hubungan sosial, tindakan disipliner, dan kegiatan esktrakurikuler,
masing-masing ini akan berdampak pada perkembangan karakter, nilai, dan watak
anak. Itulah mengapa bahwa, untuk memulai proses pembangunan bangsa yang kritis
dalam mengembangkan generasi pemimpin berikutnya, kita perlu menanamkan budaya
berbasis karakter. https://sman1manggar.sch.id/read/733/kepribadian-guru-dan-pengaruhnya-terhadap-penguatan-pendidikan-karakter-siswa
Akses 03 Desember 2024
Berdasarkan kutipan di atas, kita tahu bahwa guru tidak hanya bertugas untuk mengajarkan
teori mata pelajaran, tetapi juga memiliki tanggung jawab yang besar dalam
mendidik siswa agar mereka memiliki kemampuan kepemimpinan. Guru dapat
memberikan teladan, membimbing, dan memberikan pengalaman yang bermakna bagi
siswa dan yang memungkinkan siswa mengembangkan sikap, nilai, dan keterampilan
yang diperlukan untuk menjadi pemimpin di masa depan.
3. Empati
yang Ditunjukkan Guru Membuat Siswa Merasa Dihargai dan Diterima
Dalam dunia pendidikan hubungan antaraguru dan siswa tidak hanya sebatas transfer ilmu pengetahuan dari guru kapada peserta didik, tetapi juga membangun kedekatan emosional melalui sikap dan penuh empati. Empati adalah kunci utama yang memungkinkan seorang guru memahami perasaan, kebutuhan, dan tantangan yang dihadapi siswa.
Baca Juga: Sekolah, Tempat Bermetamorfosa
Ketika guru menunjukkan empati, mereka tidak hanya melihat
siswa sebagai pelajar, tetapi sebagai individu yang unik dengan pengalaman,
latar belakang keluaraga atau lingkungan, dan juga emosi yang beragam. Sikap
empati ini menciptakan lingkungan belajar yang hangat dan mendukung, di mana
siswa merasa dihargai, diterima, dan dipersiapkan untuk berkembang secara
maksimal.
Empati dalam
interaksi sehari-hari (di luar kegiatan belajar) menjadi semacam tuntutan bagi
guru. Empati itu dapat ditunjukkan melalui banyak hal, antara lain, saat
ngobrol sebaiknya mendengarkan siswa saat berbicara dengan penuh
perhatian.
Saat
berhadapan dengan siswa, sangat penting bagi guru menunjukkan bahasa tubuh yang
ramah dan terbuka, seperti tersenyum, mengangguk untuk menyetujui sesuatu yang
tengah mereka sampaikan atau ceritakan, tidak menyela pembicaraan mereka, dan
menjaga kontak mata. Ini merupakan pilihan sederhana yang seringkali sulit
diterapkan. https://www.kompasiana.com/mohamadashabulyamin2428/66b25f33c925c423b95797c3/empati-sang-guru-terhadap-siswa?page=3&page_images=1 diakses pada
03 Desember 2024
Pada dasarnya
bersikap empati bukanlah pilihan yang sulit untuk dilakukan. Empati dapat ditunjukkan
melalui hal-hal atau tindakan-tindakan sederhana namun penuh makna, seperti
mendengarkan siswa dengan perhatian penuh, menyebut namanya, menggunakan bahasa
tubuh yang ramah, dan memberikan respon yang mendukung, mendengarkan pendapat
mereka tanpa menyela, menjaga kontak mata dan memberikan respon yang positif.
Tindakan ini membuat siswa merasa dihargai, didengar, dan diterima.
Selanjutnya, jika empati
dimaknai sebagai sikap memahami orang lain, maka empati guru dalam proses
pembelajaran sejatinya ditekankan agar memahami kemampuan dan kebutuhan belajar
siswa. Guru seyogyanya dapat mengakomodasi perbedaan gaya, kebutuhan, dan
kecepatan belajar siswa melalui pendekatan pembelajaran yang kini populer
dengan istilah pembelajaran berdiferensiasi. Satu hal yang penting, dengan
memahami kemampuan dan kebutuhan siswa, guru tetap harus memiliki ekspektasi
bahwa siswa mampu mencapai hasil belajar terbaik. Dilansir dari artikel https://www.kompasiana.com/mohamadashabulyamin2428/66b25f33c925c423b95797c3/empati-sang-guru-terhadap-siswa?page=3&page_images=1 03 Desember 2024
Berdasarkan kutipan di atas, kita memahami bahwa guru
seharusnya lebih berpihak kepada siswa lebih dekat secara emosional, contohnya
guru menyapa siswa dengan ramah di pagi hari, menggunakan nama mereka, dan
menunjukkan perhatian terhadap kondisi emosional siswa. Misalnya, "Selamat
pagi, Apa kabar? Bagaimana tugas proyekmu minggu lalu? Guru diharapkan
memiliki kemampuan untuk memahami bahwa setiap siswa memiliki gaya belajar,
kebutuhan, dan kecepatan belajar yang berbeda-beda. Maka dari itu kita sebagai
guru dituntut untuk memahami pembelajaran yang berdiferensiasi.
Pemahaman ini penting agar guru dapat menciptakan lingkungan belajar yang
inklusif dan mendukung perkembangan individu setiap siswa.
Untuk
memudahkan pemahaman di atas
berikut penulis sajikan satu ilustrasi tentang empati yang ditunjukkan guru
membuat siswa merasa dihargai dan diterima
Di suatu kelas Bahasa Inggris, seorang siswa tampak
murung dan tidak aktif berpartisipasi dalam diskusi kelompok. guru, memperhatikan perubahan perilaku siswa.
Setelah kelas selesai, guru dengan lembut menghampiri siswa dan berkata,
"Balqis, Ibu melihat Kamu tampak berbeda hari ini. Apa yang
sedang kamu rasakan? Ibu di sini jika Kamu ingin bercerita."Awalnya, siswa
tersebut ragu
untuk berbicara, tetapi sikap hangat dan penuh perhatian guru membuatnya merasa nyaman. Akhirnya, siswa
mengungkapkan bahwa Dia merasa cemas karena tugas yang diberikan terlalu sulit
baginya. guru mendengarkan dengan penuh perhatian, tanpa menghakimi, dan
berkata, "Terima kasih sudah mau berbagi dengan Ibu. Ibu paham bahwa
kadang tugas bisa terasa menantang.
Bagaimana kalau kita bahas langkah-langkah kecil
untuk menyelesaikannya? Ibu percaya Kamu bisa."guru kemudian memberikan penjelasan ulang tentang
tugas tersebut dan menawarkan cara alternatif untuk memulai. Dia juga memberi
semangat kepada siswa dengan mengatakan, "Kamu sudah bekerja keras, dan
itu yang terpenting. Jangan ragu untuk bertanya kapan saja."Keesokan
harinya, siswa tampak lebih percaya diri dan mulai berpartisipasi aktif. Dia
bahkan tersenyum kepada gurunya saat diskusi berlangsung. Dukungan empati dari
gurunya membuat siswa merasa dihargai dan diterima, memulihkan semangat
belajarnya.
Contoh di atas menunjukkan bahwa sebagai
seorang guru dapat
membantu siswa merasa dihargai dan diterima. Dengan perhatian dan sikap hangat,
guru mengenali perubahan perilaku siswa, mendengarkan keluhannya tanpa
menghakimi, dan memberikan dukungan serta solusi. Hal ini memotivasi siswa
untuk mengatasi rasa cemas, meningkatkan kepercayaan diri, dan kembali aktif
berpartisipasi dalam pembelajaran. Empati guru berperan penting dalam
menciptakan lingkungan belajar yang positif dan mendorong keberhasilan siswa.
4. Mengajar dengan Hati berarti Menciptakan
Suasana Kelas yang Ramah dan Penuh Dukungan.
Mengajar dengan hati adalah suatu pendekatan yang menempatkan siswa sebagai pusat pembelajaran, bukan hanya sebagai penerima informasi atau materi ajar. Salah satu prinsip utama dari pendekatan ini adalah menciptakan suasana kelas yang ramah dan penuh dukungan. Suasana seperti ini memungkinkan siswa untuk merasa aman, dihargai, dan didukung dalam proses belajar mereka.
Berikut adalah uraian lebih mendalam
tentang bagaimana suasana kelas yang ramah dan penuh dukungan dapat diwujudkan,
serta mengapa hal ini sangat penting bagi pembelajaran. Dengan demikian ketika
siswa merasa bahwa mereka diterima dan didukung, siswa lebih termotivasi untuk
belajar. Siswa dalam hal ini tidak hanya berfokus pada hasil akhir, tetapi juga
menikmati proses belajar itu sendiri. Suasana yang ramah dan mendukung
mendorong siswa untuk aktif bertanya, mencoba hal-hal baru, dan mengemukakan
ide tanpa rasa tertekan atau takut.
Baca Juga: Teaching Factory, Mencetak Guru Inovatif dan Lulusan SMK yang Siap Kerja
Sebaliknya lingkungan kelas
yang tidak ramah dapat menjadi sumber stres bagi siswa. Ketegangan ini sering
kali muncul dari rasa takut akan kegagalan, ejekan dari teman, atau
ketidakpastian tentang ekspektasi guru. Suasana yang ramah dan penuh dukungan
membantu mengurangi stres ini, karena siswa tahu bahwa mereka dihargai meskipun
mereka melakukan kesalahan. Oleh sebab itu, suasana kelas yang
mendukung juga sangat berpengaruh pada perkembangan sosial dan emosional siswa.
Mereka belajar tentang rasa kasih sayang, saling menhormati, kerja sama, dan
selain itu, mereka lebih cenderung mengembangkan rasa percaya diri yang sehat,
karena merasa aman, nyaman untuk mengekspresikan diri mereka.
Selanjutnya sikap guru dalam menghadapi anak didik, teman-teman sesama guru, dan sekolah itu sendiri akan dilihat, diamati dan dinilai oleh peserta didik. Cara guru berpakaian, berbicara, berjalan dan bergaul juga merupakan penampilan kepribadian yang lain, yang mempunyai pengaruh terhadap peserta didik. Termasuk pula dalam masalahan kepribadian guru itu, sikap dan pandangan terhadap fungsinya bagi peserta didik.
Apakah Ia sebagai pemimpin,
menyuruh, memerintan dan mengendalikan? Sedangkan peserta didik didik adalah
yang dipimpin harus patuh menurut dan menerima. Ataukah ia sebagai pembimbing
yang mengerti dan menyiapkan suasana bagi peserta didik, ia hidup dan ikut
aktif dalam kegiatannya. Perilaku mengajar guru adalah suatu tindakan atau
gerakan guru yang di lakukan secara sadar untuk bertanggung jawab dalam
mendidik, mengajar, dan membimbing peserta didik. Karakteristik guru yang baik
biasanya tahu bahwa kemampuan setiap peserta didik berbeda-beda. Ada yang mampu
memahami materi secara cepat, ada juga yang harus di jelaskan secara rinci
terlebih dahulu baru bisa menyerap materi yang di sampaikan. file:///C:/Users/LENOVO/Downloads/ulil+albab+1238-1245.pdf akses on 05 Desember2024
Merujuk pada
konsep di atas, dapat diketahuai bahwa sikap
dan pirilaku guru akan ditiru dan menjadi contoh bagi siswa. Kutipan tersebut
menekankan bahwa perilaku, sikap, dan kepribadian guru memiliki pengaruh besar
terhadap peserta didik. Sikap guru dalam berinteraksi dengan siswa, rekan
sejawat, dan lingkungan sekolah menjadi teladan yang diamati dan dinilai oleh siswa.
Hal ini mencakup cara berpakaian, berbicara, berjalan, hingga bergaul, yang
mencerminkan karakter dan profesionalisme seorang guru.
5. Guru yang Mengajar dengan Hati Menggunakan
Pendekatan Kreatif dan Personal
Guru yang mengajar dengan hati
akan menciptakan suasana yang nyaman dan mendukung, di mana siswa merasa
dihargai dan diperhatikan. Mereka mengembangkan pendekatan yang fleksibel,
seperti menggunakan berbagai metode kreatif (misalnya, permainan, diskusi, atau
proyek) untuk menarik minat siswa dan membantu siswa memahami materi dengan
cara yang menyenangkan dan bermakna.
Selain itu, guru yang mengajar
dengan hati berusaha mengenali karakteristik dan keunikan setiap siswa. Guru
menyesuaikan gaya mengajarnya agar lebih relevan dengan kebutuhan dan minat
siswa, serta memberikan dukungan secara pribadi. Hal ini tidak hanya
meningkatkan pemahaman siswa, akan tetapi juga menciptakan hubungan yang lebih
erat antara guru dan siswa, yang dapat meningkatkan motivasi belajar dan
pembelajaran.
Selanjuynya guru kreatif diartikan
sebagai guru yang tidak pernah puas dengan apa yang disampaikannya kepada
peserta didik. Dia berusaha menemukan cara-cara untuk menemukan potensi unik
siswanya. Dengan kreatifitas guru bisa memberikan pengajaran yang disenangi
peserta didik. Guru kreatif akan mampu menemukan kecerdasan setiap peserta
didiknya. Dia juga menjadi produktif karena apa yang ditemukannya menjadi bahan
pembelajaran yang menarik. Guru kreatif akan disenangi para siswa, karena cara
mengajarnya yang beragam sehingga tidak membuat para siswa cepat bosan, dan
lebih menantang para siswa untuk mengikuti pelajaran yang diberikan melalui
sesuatu yang beragam.
file:///C:/Users/LENOVO/Downloads/MENJADI%20GURU%20KREATIF,%20INOVATIF%20DAN%20INSPIRATIF.pdf
akses pada 05 Desember 2024
Dari kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa guru
kreatif adalah guru yang selalu berinovasi dan tidak mudah merasa puas dengan
metode pembelajaran yang sudah ada. Guru ini berupaya terus-menerus menemukan
cara baru yang dapat menggali potensi unik setiap siswa. Dengan kreativitasnya,
guru mampu menciptakan pembelajaran yang menyenangkan, menarik, dan relevan
bagi siswa.
Guru kreatif memahami bahwa
setiap siswa memiliki kecerdasan dan keunikan yang berbeda, sehingga ia
menggunakan berbagai pendekatan dan metode untuk menyesuaikan pengajaran dengan
kebutuhan siswa atau sering disebut pembelajaran berdiffensiasi. Hal ini
membuat pembelajaran menjadi lebih variatif, menantang, dan tidak
membosankan, yang pada akhirnya meningkatkan motivasi siswa untuk belajar.
Mengajar dengan pendekatan
kreatif adalah mengajar dengan mengembangkan ide-ide baru yang bermanfaat untuk
pembelajaran. Cara mengajar yang inovatif dan menyenangkan ini tidak hanya
meningkatkan hasil belajar siswa tetapi juga membuat siswa lebih menyukai dan
menghormati guru tersebut. Dengan demikian, guru kreatif berperan penting dalam
menciptakan pengalaman belajar yang positif dan bermakna.
Saat berhadapan dengan peserta didik, seorang guru harus mampu
mengendalikan emosi. Sikap dan
perilaku yang beraneka ragam yang ada pada masing-masing peserta didik,
hilangkan semua label negatif. Guru harus mampu mengedalikan emosi saat
menghadapi peserta didik yang berperilaku belum baik. Guru harus lebih
sabar dan memiliki senjata yang tepat untuk merubah perilaku peserta
didik ke arah lebih baik. Guru akan menggunakan pola hukuman yang edukatif,
menjauhi pola hukuman fisik dan kata-kata yang kasar yang tidak pantas
diucapkan dan didengar oleh peserta didik. Hal ini dikarenakan perkaatan guru
akan dicontoh oleh semua peserta didik. https://almaata.ac.id/guru-berkarakter-gurunya-manusia/ akses on 05 Desember 2024
Dari
kutipan di atas kita tahu
bahwa, seorang guru harus memiliki pengendalian
emosi yang baik ketika berinteraksi dengan peserta didik, terutama ketika
menghadapi perilaku yang belum sesuai harapan. Guru diharapkan untuk tidak
memberikan label negatif kepada peserta didik, melainkan menunjukkan kesabaran
dan menggunakan pendekatan yang positif dan edukatif untuk mengubah
perilaku mereka.
Perlu diberikan penekanan guru harus
menghindari hukuman fisik atau kata-kata kasar yang dapat merugikan peserta
didik dan menciptakan dampak negatif, karena ucapan dan perilaku guru akan
menjadi contoh yang diikuti oleh peserta didik lainnya. Pada dasarnya, guru
harus menjadi model perilaku yang baik dan berkarakter, serta menggunakan
cara-cara yang mendidik untuk membimbing peserta didik agar berkembang menjadi
lebih baik.
Adapun solusi yang tepat
untuk permasalahan di atas
yaitu sekolah perlu menyelenggarakan pelatihan yang fokus pada pengembangan
kecerdasan emosional dan empati guru. Disini guru diajarkan cara memahami
kebutuhan siswa secara emosional, bagaimana mendukung mereka, dan menciptakan
hubungan yang penuh kehangatan antara guru dan peserta didik agar guru mampu
membangun hubungan yang lebih dalam dengan siswa, menciptakan suasana belajar
yang kondusif dan mendukung sehingga tercapai tujuan pembelajaran.
Selanjutnya
penggunaan metode pembelajaran kreatif yaitu memberikan akses kepada guru untuk
mempelajari metode pengajaran yang kreatif, seperti pembelajaran berbasis
proyek, gamifikasi, atau storytelling. Hal tersebut dapat
meningkatkan daya tarik pembelajaran bagi siswa, dan membuat siswa lebih
menikmati proses belajar.
Baca Juga: Di Bawah Langit 2024: Cerita Guru yang Tak Pernah Usai
Memberikan
ruang untuk refleksi dan motivasi guru dapat membuat seorang guru lebih
terdorong untuk melakukan refleksi atas kinerja atau metode mengajarnya, dengan
memberikan penghargaan dan umpan balik atas usaha guru dalam mengajar dengan
hati. Membantu guru terus termotivasi dan merasa dihargai, sehingga mereka
dapat memberikan yang terbaik untuk siswa. Mengutamakan pendekatan personal kepada
siswa memberikan pelatihan atau pedoman kepada guru tentang pentingnya
pendekatan personal, seperti mempelajari nama siswa, memahami kebutuhan khusus,
dan mendengarkan keluhan siswa. Membuat siswa merasa dihargai dan diterima,
sehingga lebih mudah termotivasi untuk belajar.
Simpulan:
Mengajar dengan hati melampaui aspek akademis ini melibatkan membangun hubungan emosional, memberikan empati, dan memahami kebutuhan individu setiap siswa. Ketika siswa merasa dihargai dan dimengerti, mereka menjadi lebih termotivasi dan terbuka untuk belajar, yang berujung pada dinamika kelas yang lebih baik dan hubungan yang lebih kuat.
Seorang guru yang mengajar dengan hati fokus pada
perkembangan keseluruhan siswa, bukan hanya prestasi akademis mereka. Guru juga
berperan penting dalam mengembangkan karakter, keterampilan sosial, dan
kecerdasan emosional siswa. Kualitas-kualitas ini sangat penting untuk
pertumbuhan dan kesuksesan siswa dalam kehidupan.
Empati adalah sifat penting bagi seorang guru. Ketika guru menunjukkan empati, mereka mengakui perasaan, tantangan, dan pengalaman pribadi siswa, menciptakan lingkungan belajar yang mendukung. Tindakan sederhana seperti mendengarkan dengan aktif, menggunakan bahasa tubuh yang positif, dan memberikan dukungan dapat memberikan dampak besar pada rasa percaya diri dan kesejahteraan emosional siswa.
Ditambah lagi
suasana kelas yang hangat, menyambut, dan mendukung mendorong siswa untuk
berpartisipasi aktif dalam proses belajar. Lingkungan seperti ini mengurangi
stres dan kecemasan, membantu siswa untuk fokus belajar tanpa rasa takut gagal
atau dihakimi. Suasana positif juga menumbuhkan rasa hormat, kerjasama, dan
ekspresi diri, yang penting untuk perkembangan akademis dan pribadi.
Secara keseluruhan, artikel ini menekankan bahwa mengajar dengan hati bukan hanya tentang menyampaikan materi, tetapi juga tentang merawat siswa sebagai individu, memberikan dukungan emosional, dan menciptakan lingkungan belajar yang positif. Hal ini sejalan dengan filosofi Ki Hajar Dewantara, yang meyakini bahwa guru adalah pembimbing yang membantu siswa mencapai potensi tertinggi mereka.
Penulis adalah Guru SMK Negeri 1 Tanah Jambo Aye, Kabupaten Aceh Utara
0 Komentar