Masjid Baiturrahman Banda Aceh Simbol Ketahanan dan Kebangkitan Aceh

Masjid Baiturrahman Banda Aceh Simbol Ketahanan dan Kebangkitan Aceh

                                                                       Sumber gambar: Dokumen Pribadi 

Oleh; Dea  Ananda Islami 

Masjid Raya Baiturrahman adalah salah satu kebanggaan terbesar bagi Provinsi Aceh, yang terletak di Kampung Baru, Baiturrahman, Kota Banda Aceh. Masjid ini bukan hanya sebuah tempat ibadah, tetapi juga memiliki nilai sejarah, budaya, dan keagamaan yang sangat mendalam bagi masyarakat Aceh. 

Sebagai salah satu masjid terbesar di Indonesia setelah Masjid Istiqlal dan Masjid Al-Azhar, Baiturrahman melampaui peranannya sebagai tempat sholat, tetapi juga sebagai simbol ketahanan dan kebangkitan masyarakat Aceh, terutama setelah bencana tsunami yang melanda pada tahun 2004. 

Didirikan pada abad ke-17, Masjid Raya Baiturrahman memiliki arsitektur yang megah dan memadukan unsur-unsur Islam dengan budaya lokal Aceh, mencerminkan kedalaman sejarah dan kemajuan intelektual masyarakat Aceh pada masanya. 

Baca Juga: Tsunami dalam Kenangan Duka

Dalam esai ini, penulis akan membahas peranan penting Masjid Raya Baiturrahman, mulai dari sejarah pembangunannya, keunikan arsitekturnya, hingga kontribusinya dalam kehidupan sosial dan keagamaan, khususnya setelah tsunami 2004.

Sejarah Masjid Raya Baiturrahman

Masjid Raya Baiturrahman merupakan ikon bersejarah yang sangat berarti bagi masyarakat Aceh. Masjid ini dibangun pada tahun 1612, pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda, raja besar dari Kesultanan Aceh Darussalam. Sejak awal, masjid ini tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, tetapi juga sebagai pusat pendidikan ilmu agama Islam yang terkemuka. 

Menurut data yang dikutip dari tirto.id, Masjid Raya Baiturrahman menjadi pusat pengajaran agama dan memiliki perguruan tinggi bernama Al-Jamiah Baiturrahman yang terdiri dari 15 fakultas. 

Pengajaran di sini tidak hanya dilakukan oleh ulama Aceh, tetapi juga melibatkan pengajar dari Turki, Arab, Persia, India, dan berbagai negara lainnya. Hal ini menjadikan masjid ini sebagai pusat intelektual yang penting dalam dunia Islam pada masanya.

Selain sebagai pusat pendidikan, Masjid Raya Baiturrahman juga menjadi simbol kekuatan bagi rakyat Aceh. Pada masa penjajahan Belanda, masjid ini sempat menjadi benteng pertahanan rakyat Aceh. Ketika pertempuran berlangsung, masjid ini dibakar oleh pasukan Belanda di bawah komando Jenderal J. Van Swieten. Peristiwa ini menambah luka bagi masyarakat Aceh, namun juga membangkitkan semangat perlawanan mereka. 

Sebagai upaya untuk menarik kembali simpati rakyat Aceh, Belanda kemudian membangun kembali masjid ini pada tanggal 9 Oktober 1879, dengan satu kubah sebagai permohonan maaf kepada rakyat Aceh. Proses pembangunan selesai pada tahun 1881, dan batu pertama pembangunan diletakkan oleh Tengku Qadhi Malikul Adil.

Baca Juga:Memilah dan Memilih Guru dalam Belajar, Bolehkah?

Namun, meskipun masjid ini telah dibangun kembali oleh Belanda, banyak masyarakat Aceh yang enggan melaksanakan salat di masjid ini sebagai bentuk protes terhadap kolonialisme Belanda. 

Pada tahun 1935, Belanda kembali memperluas masjid ini dengan menambahkan dua kubah di sisi kiri dan kanan, dengan tujuan untuk memenangkan hati masyarakat Aceh. Seiring berjalannya waktu, masjid ini mengalami beberapa renovasi besar hingga akhirnya memiliki tujuh kubah dan empat menara. 

Kini, Masjid Raya Baiturrahman tidak hanya digunakan sebagai tempat ibadah, tetapi juga sebagai pusat kegiatan keagamaan, seperti pengajian, peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, peringatan 1 Muharram, dan berbagai acara keagamaan lainnya. Masjid ini juga menjadi salah satu tempat wisata religi di Kota Banda Aceh.

Masjid Raya Baiturrahman Pasca Tsunami

 Ketika membicarakan Masjid Raya Baiturrahman, tak bisa lepas dari ingatan kita mengenai bencana gempa dan tsunami Aceh pada 26 Desember 2004. Bencana ini menjadi salah satu tragedi terbesar dalam sejarah Indonesia, yang tidak hanya meluluhlantakkan Banda Aceh, tetapi juga berdampak luas hingga ke negara-negara tetangga. 

Banyak bangunan, termasuk rumah-rumah warga dan fasilitas umum, hancur rata dengan tanah. Namun, di tengah kehancuran tersebut, Masjid Raya Baiturrahman tetap berdiri tegak, menjadi simbol ketahanan dan harapan bagi masyarakat Aceh. Meskipun banyak bangunan di sekitarnya hancur dan diterjang gelombang tsunami, masjid ini tetap kokoh dan tidak rusak.

Keberadaan Masjid Raya Baiturrahman yang utuh menjadi sangat bermakna, baik bagi masyarakat Aceh yang kehilangan banyak harta benda, maupun bagi proses pemulihan dan rekonstruksi Aceh setelah bencana. 

Masjid ini tidak hanya menjadi tempat ibadah, tetapi juga berfungsi sebagai pusat distribusi bantuan dan tempat berkumpul bagi masyarakat yang terdampak bencana. Masjid ini menjadi simbol pemulihan dan kebangkitan Aceh yang harus melalui proses panjang dan penuh tantangan.      

Pasca-tsunami, Masjid Raya Baiturrahman mengalami perubahan signifikan, baik dalam hal arsitektur maupun fungsinya. Sebelumnya, masjid ini hanya memiliki satu kubah, namun kini masjid ini memiliki tujuh kubah yang megah dan empat menara yang menjulang tinggi. Bangunan yang dulunya terbuat dari kayu kini telah direnovasi dengan bahan bangunan yang lebih kokoh, seperti semen dan marmer.

 Arsitektur masjid ini semakin indah dengan tambahan payung elektrik raksasa yang mengingatkan pada Masjidil Haram di Mekkah. 

Payung-payung ini memberikan kenyamanan bagi jamaah yang ingin beribadah di luar ruangan, sekaligus memperindah tampilan masjid. Sekarang, masjid ini juga telah dipagari dengan indah, dan di depan masjid terdapat kolam ikan juga taman dengan bunga yang indah yang menambah keindahan dan ketenangan suasana. 

Selain renovasi pada bangunan, fasilitas di sekitar masjid juga mengalami pembaruan. Lantai masjid, baik di bagian dalam maupun luar, kini dilapisi dengan marmer yang indah dan mengkilap, memberi kesan mewah dan elegan. 

Masjid ini juga dilengkapi dengan fasilitas parkir yang dibangun di basement, mirip dengan fasilitas di pusat perbelanjaan modern. Terdapat pula ruang bawah tanah yang dilengkapi dengan kamar mandi dan tempat istirahat bagi para pengunjung.

Masjid Raya Baiturrahman sebagai Destinasi Wisata Religi

Masjid Raya Baiturrahman kini menjadi salah satu destinasi wisata religi yang sangat penting di Banda Aceh. Keindahan arsitektur masjid ini, ditambah dengan nuansa islami yang kental, membuat masjid ini menjadi tempat yang sangat menarik bagi wisatawan, baik dari dalam maupun luar negeri.

Suasana yang tenang dan sejuk di dalam masjid memberikan kenyamanan dan kedamaian bagi setiap orang yang mengunjunginya. Bagi masyarakat Aceh, masjid ini bukan hanya tempat ibadah, tetapi juga menjadi saksi bisu sejarah panjang dan perjalanan hidup mereka.

Masjid Raya Baiturrahman kini berperan tidak hanya dalam kehidupan religius, tetapi juga dalam kehidupan sosial masyarakat Aceh. Masjid ini menjadi pusat peringatan hari-hari besar Islam, tempat pengajian, dan berbagai kegiatan keagamaan yang melibatkan masyarakat.

Sebagai destinasi wisata religi, masjid ini juga menawarkan nilai-nilai sosial dan sejarah yang sangat penting untuk dikenang, khususnya dalam mengingat perjuangan dan ketahanan masyarakat Aceh pasca-tsunami

Penulis  adalah  Mahasiswa  Sendratasik  Universitas  Syiah  Kuala (USK) Banda  Aceh 

Berita Terkait

Posting Komentar

0 Komentar