Oleh: Mukhlis, S.Pd., M.Pd.
Kata ganti ini digunakan oleh penulis sebagai salah satu cara yang ditempuh agar pembaca tidak bosan dalam memahami informasi yang disampaikan penulis.
Selama ini, pemahaman kata ganti dalam bahasa Indonesia merupakan hal yang sulit diaplikasikan pada setiap materi pembelajaran bahasa Indonesia. Hal ini terjadi karena siswa belum memahami pengertian kata ganti sesuai dengan yang diharapkan oleh pembelajaran dari kata ganti itu sendiri.
Hasan, dkk (2000:249) mengemukakan tentang kata ganti atau pronomina adalah kata yang dipakai mengacu pada nomina lain. Nomina yang dimaksud dalam pengertian ini adalah benda atau yang termasuk dalam jenis kata benda. Mengacu di sini adalah kata yang dapat mengantikan kata lain apabila kata tersebut tidak dihadirkan dalam konteks tertentu. Secara umum, kata ganti atau pronomina selalu merujuk pada benda dalam hal ini adalah manusia atau lebih dikenal dengan kata ganti orang.
Sama halnya dengan pendapat di atas, Badudu (1985: 127) mengemukakan tentang kata ganti, “Di samping kata ganti orang yang sebenarnya ada pula kata ganti orang yang tak sebenarnya yaitu nama-nama benda yang dipakai menggantikan kata ganti orang sebenarnya. Misalnya, Bapak, Ibu, Kakek, Nenek, Bibi, Adik, dan Abang.”
Kedua batasan yang dikemukakan di atas, menunjukan bahwa kata ganti merupakan kata yang menjadi pengganti benda yang berupa manusia dan benda itu sendiri. Dalam hal ini, Kosasih (2002: 173) mengemukakan tentang kata ganti (pronomina) adalah “Kata yang menggantikan orang atau yang dibendakan.”
Pengertian ini mengacu pada jenis kata ganti yang mengantikan orang atau yang dibendakan, walaupun dalam penggunaan kata ganti sering dijumpai tidak hanya berkaitan dengan orang atau yang dibendakan. Dalam penggunaan kata ganti sering juga kita dapatkan kata ganti penunjuk, kata ganti penanya, kata ganti tempat dan kata ganti masalah atau ihwal.
Semua batasan yang dikemukan para ahli di atas, ternyata kata ganti merupakan hal yang sangat mempengaruhi dalam pemakaian bahasa Indonesia baik secara lisan maupun tulisan. Dengan demikian dapat dapat disimpulkan tentang pengertian kata ganti (pronomina) adalah kata yang dapat mengantikan orang atau yang dibendakan serta sebagai kata yang dapat menggantikan penunjuk tempat, penunujuk umum dan sebagai penanya,
Jenis-Jenis Kata Ganti
Pada dasarnya kata ganti sama dengan kata lain yang ada dalam aspek morfologis bahasa Indonesia. Kata ganti dalam bahasa Indonesia dibagi dalam jenis-jenis tersendiri. Jenis-jenis ini ditentukan oleh obyek yang mengantikan hal tersebut. Adapun jenis kata ganti yang ada dalam khasanah bahasa Indonesia adalah sebagai berikut.
1) Kata Ganti Orang
Kata ganti orang merupakan kata ganti seseorang dalam melakukan pembicaraan, baik sebagai pembicara, lawan pembicara, dan orang yang diajak bicara. Badudu (1985 : 127) membagi kata ganti orang dalam dua kelompok besar seperti tergambar dalam tabel berikut ini. Badudu (1985 : 127) membagi kata ganti orang dalam dua kelompok besar seperti tergambar dalam tabel berikut ini.
Jika dilihat tabel di atas untuk kata ganti aku digunakan untuk penganti diri sendiri apabila bila berbicara dengan orang lain atau kita menceritakan tentang kehidupan pribadi dalam bentuk tulisan ( narasi). Selain itu, kata ganti aku juga dipakai dalam berbicara apabila lawan bicara statusnya lebih rendah dari kita, misalanya dalam kalimat berikut ini
1.b. Aku yang mengambil buku itu Bang.
Kalimat (1a). sudah tepat penggunaannya karena aku yang dimaksud dalam kalimat tersebut adalah aku sebagai penganti saya. Sedangkan kalimat kedua (1.b) tidak tepat karena aku dalam kalimat tersebut kedengarnya tidak sopan sebab aku dalam kalimat tersebut lebih rendah daripada abangnnya. Jadi, pengguanaan aku yang tepat dalam kallimat (1.b) adalah aku yang mengambil buku itu dek.
Kata ganti aku juga sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari sebagai pengganti saya antara sesama teman dekat atau sahabat. Sedangkan kata ganti Kami dipergunakan oleh pembicara apabila yang dimaksud dirinya atau sekelompok orang yang bukan dirinya dan termasuk kawan-kawan yang diwakilinya.
Apabila pembicara memasukkan orang lawan bicara dalam lingkungannya. Dengan demikian untuk menunjukkannya pada dirinya yang terdiri dari sekelompok orang maka kata ganti yang harus digunakan adalah kita. Sedangkan untuk menunjukkan dirinya di luar pembicaraan kata ganti yang tepat digunakan adalah Kami.
Selanjutnya, kata ganti orang kedua adalah “Engkau” dan “Kamu” kata Engkau setara dengan Aku yang merupakan kata ganti orang pertama. Biasanya kata engkau digunakan terhadap orang-orang yang sederajat atau yang lebih rendah kedudukannya misalnya antara orang tua dengan anaknya. Dalam kehidupan sehari-hari kata engkau sering disingkat dengan Kau.
Baca Juga: Memahami, Pengertian, Fungsi, dan Bahasa Proposal
Dalam hubungan yang berbeda, kata ini agak kelihatan kasar, akan tetapi sebaliknya dalam hubungan yang akrab kata engkau merupakam hal yang sangat kasar. Selain kau atau engkau ada lagi kata ganti orang kedua adalah kamu. Kata ini dapat dipergunakan dalam bentuk jamak dan dalam bentuk tunggal.
Dalam bentuk jamak kata kamu biasanya ditambahkan kata semua dan sekalian seperti pada kalimat berikut ini.
2.b. Kamu sekalian diharapkan datang besok pagi.
Dalam pemakain kata sehari-hari kamu semua atau kamu sekalian sering disingkatkan dengan kata kalian. Seperti dalam contoh kalimat berikut ini
3.a. Kalian semua hendak ke mana?
Selain kata ganti orang pertama dan orang kedua baik tunggal maupun jamak ada lagi kata ganti orang yaitu kata ganti orang ketiga “ Ia, Dia, dan Mereka” Kata ganti orang ketiga tunggal yaitu ia. Kata ini digunakan ditujukan kepada lawan bicara yang terdiri dari satu orang.
Apabila diberikan tekanan yang dipentingkan untuk mempertegas tentang orang ketiga tunggal ini, maka kata yang digunakan adalah kata “Dia” misalnya dalam kalimat” Dialah yang melakukan hal itu, bukan saya.” Berbeda halnya jika diberikan kata penghubung akan, dengan, dan kata yang berakhir dengan huruf a maka kata ia akan berubah bentuk menjadi Dia misalnya dengan dia, akan dia, dan melupakan dia.
Kata ganti mereka digunakan untuk menunjukkan lawan bicara dalam jumlah yang banyak atau lebih dari satu orang. Penggunaan kata mereka biasanya untuk menyebutkan sekelompok orang yang agak dekat atau berada jauh dari pembicara. Selain menyatakan bentuk jamak, kata ganti mereka juga dimaksudkan sebagai penegas dengan pengertian mereka, seperti dalam kalimat berikut ”Tiap kali ada distribusi bahan pakaian atau makanan, selalu mereka sajalah yang mendapat bagian.”
Dalam kalimat ini jelas kata mereka menunjukkan penegasan terhadap kelompok orang yang ditegaskan. Dalam kalimat ini, kata ganti mereka tidak menunjukkan sebagai kata ganti tetapi sebagai penegasan atas suatu hal.
Selanjutnya, Hasan, dkk (2000:249) menyatakan tentang kata ganti orang atau persona adalah sebagai berikut: "Pronomina persona adalah pronomina yang dipakai pada untuk mengacu pada orang. pronomina persona dapat mengacu pada diri sendiri (ponomina persona pertama), mengacu pada orang yang diajak bicara (pronomina persona ke dua) atau mengacu kepada orang yang dibicarakan ( pronomina persona ketiga). Diantara pronomina tersebut ada yang mengacu pada jumalah satu atau lebih dari satu.
Untuk lebih jelas tentang kata ganti orang (pronominal) yang dikemukakan oleh para ahli tersebut, perhatikan tabel berikut ini.
Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa kata ganti orang (pronomina persona) terdiri atas orang pertama, orang kedua, dan kata ganti orang ketiga. Sebagian besar dari kata ganti tersebut terdiri atas dua wujud yaitu sebagai kata ganti dan yang menyatakan jumlah.
2. Kata Ganti (Pronomina) Penunjuk
Dalam bahasa Indonesia kata ganti (pronomina) penunjuk dibagi menjadi tiga macam yaitu: (1) pronomina penunjuk umum, (2) pronomina penunjuk tempat, dan (3) pronomina penunjuk ihwal. Untuk lebih jelas ketiga jenis kata ganti penunjuk tersebut berikut ini dibahas secara mendetial bagian dari kata ganti penunjuk.
1) Kata Ganti atau Pronomina Penunjuk Umum
Dalam pembicaraaan sehari-hari pronomina ini sudah lazim digunakan oleh setiap pembicara dan lawan bicara atau penulis, jika digunakan dalam bentuk tulisan dalam menyajikan sebuah informasi. Alwi, dkk (2000: 261) mengemukakan tentang jenis-jenis pronomina ini adalah "Pronomina penunjuk umum ialah ini, itu, dan anu. Kata ini mengacu pada acuan yang dekat dengan pembicara/ penulis, pada masa yang akan datang, atau pada informasi yang akan disampaikan."
Untuk acuan yang agak jauh dari pembicara/ penulis, pada masa lampau, atau pada informasi yan g sudah disampaikan, digunakan kata itu. Sebagai pronomina, ini dan itu ditempatkan pada nomina yang diwatasi. Orang juga memakai pronomina itu tampaknya lebih banyak sebagai penegasan.
Merujuk pada pendapat di atas menunjukan pronomina penunujuk umum merupakan kata ganti yang sering digunakan oleh pembicara atau penulis dalam menuujukan sesuatu benda atau masalah yang secara langsung tidak disebutkan, tetapi benda atau hal sudah diwakili pada pronomina itu dan ini.
Pengguaan pronomina ini memberi kemudahan bagi pembicara atau penulis dalam melakukan komunikasi dengan pedengar dan pembaca. Jadi, pronomina yang digunakan ini mengacu pada pembicaraan atau tulisan yang sudah atau akan dilanjutkan.
Pemakaian pronomina anu ketika seorang pembicara mengalami kekosongan dalam berpikir sehingga kata tersebut muncul dengan sedirinya. Hal ini biasanya sering ditemukan dalam suatu dialog atau wawancara. Pemakaian pronomina anu dapat memberi kesempatan kepada pembicara untuk mengatur gagasannya secara tepat.
Kelemahan yang dimiliki oleh pemakai pronomina ini adalah hubungan komunikasi antara pembicara dan mendengar agak mengalami hambatan dengan munclnya pronomina anu. Misalnya kalimat berikut ini “ Kemarin saya beli anu- itu yang dipakai untuk potong rambut- gunting! Atau “ Mereka mau anu- mau pinjam kredit di bank.” Pronomina anu juga sering dipakai oleh pembicara yang maksudnya tidak ingin disampaikan secara eksplisit. Misalnya, “ Duduklah dengan baik supaya anumu tidak kelihatan.”
2) Kata Ganti atau Pronomina Penunjuk Tempat
2. Menunjuk sesuatu di tempat lawan bicara: itu
3. Menunjuk sesuatu di tempat orang ketiga
Berkaitan dengan ini, Keraf (2000: 69) mengemukakan bahwa kata ganti penunujuk tempat adalah "Penunjukkan benda pada orang ketiga pada waktu sekarang disamakan saja dengan penunjukkan pada tempat orang kedua yaitu dengan mempergunakan kata itu. Penunjukkan tempat pada orang ke tiga dalam Bahasa Indonesia lama kelamaan mundur atau kurang dipergunakan, akhirnya hilang sama sekali dari perbendaharaan bahasa Indonesia."
Walaupun pendapat di atas menyatakan demikian, akan tetapi kenyataan menunjukkan bahwa dalam kehidupan masyarakat sehari-hari masih kita jumpai bekas pemakaian ganti tersebut, seperti sana, di sana, sini, di sini, situ, dan di situ. Selain itu, kata ganti ini sering juga digunakan sebagai penunjukkan lokasi.
Baca Juga: Bagaimanakah Keberadaan Penelitian Kualitatatif dalam Dunia Akademik ?
Dalam ini penunjuk lokasi sering sekali dikacaukan pemakainnnya dengan proposisi penunujuk arah, sehingga terdapat di/ke/dari. Untuk lebih jelasnya, tentang kata ganti penunjuk arah dan penunjuk lokasi, perhatikan contoh berikut ini.
Contoh
2. Barang-barangnya ada di situ.
3. Siapa yang mau pergi ke sana
Pada contoh 1. telihat bahwa kata dari sini dalam kalimat tersebut menunjukan sebagai kata ganti penunjukkan arah atau tujuan dari sebuah perjalanan. Sedangkan pada contoh 2 terdapat kata ganti di situ yang menunjukkan lokasi atau tempat berada sesuatu. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kata ganti ini dapat berfungsi sebagai kata depan dan dapat juga sebagai kata ganti untuk menunjukkan lokasi.
Hal ini, baru dapat diketahu apabila kata sana, di sana, sini, di sini, situ, sudah dimasukan dalam kalimat atau makna yang ditimbulkan sangat tergantung pada konteks kalimat itu sendiri.
3) Kata Ganti atau Pronomina Ihwal
Kata ganti atau pronomina ihwal adalah kata ganti yang berfungsi membantu memberikan penunjukkan terhadap suatu masalah atau hal yang sedang dibicarakan. Kata ganti ini dapat membantu pembicara apabila digunakan secara lisan, karena sambil menyebutkan kata ganti jenis ini pembicara dapat menyusun pemikiran secara tepat ketika hendak disampaikan kepada lawan bicara.
Adapun jenis-jenis kata ganti ini yang sudah lazim digunakan adalah, begini, begitu, demikian. Kata ganti begini digunakan untuk memberikan arahan terhadap suatu masalah walaupun masalah tersebut masih berda dalam pola pikir pembicara. Bentuk ini sama halnya dengan kata ganti begitu. Tetapi, kedua kata ganti ini sering juga dikacaukan penggunaanya dengan sebagai kata penunjukkan lokasi.
1. Dia mengatakan begini
2. Jangan berbuat begitu lagi!
3. Memang kemarin dia mengatakan demikian
Ketiga contoh kalimat di atas, kalau ditelusuri lebih jauh akan tampak bahwa kata ganti ihwal mempunyai dua fungsi yaitu sebagai penganti hal yang tidak disebutkan secara langsung dan sebagai kata penunjuk lokasi atau bentuk yang ingin disampaikan kepada lawan bicara.
Selain ketiga kata ganti tersebut, juga dikenal kata ganti ihwal yang berupa yaitu, yakni dan yang, walaupun tidak dapat disebut sebagai kata ganti karena mengacu pada masalah yang akan disebutkan atau masalah yang sudah disebutkan.
Kemudian kata yaitu dan yakni juga merupakan bahagian dari kata penghubung yang berfungsi sebagai kata dalam penyampaian hal-hal yang berkenaan dengan rincian dari sebuah penjelasasan.
4) Kata Ganti atau Pronomina Penanya
Kata ganti penanya merupakan kata yang menanyakan tentang benda, orang atau sesuatu. Dalam penggunaaan sehari – hari biasanya kata ini ditandai dengan adanya pertanyaan yang disebutkan oleh kata ganti tersebut. Jenis –jenis kata ganti yang menanyakan orang, benda, dan sesuatu keadaan adalah .
2. Siapa : untuk menanyakan orang
3. Mana : untuk menanyakan pilihan atau beberapa hal atau barang.
Ketiga kata ganti di atas dapat digunakan dalam berbagai konteks kalimat dan juga dapat dipakai dengan ragam penggabungan dengan kata depan seperti, dengan apa, dengan siapa, dari mana, untuk apa, untuk siapa, ke mana, buat apa, kepada siapa, dan lain-lain.
Di samping itu, ada juga kata ganti penanya lain yang bukan menayakan benda atau orang tetapi menanyakan keadaan atau perihal, jenis ini sering digunakan dalam bahasa Indonesia, baik secara lisan ataupun tulisan, seperti mengapa, bilamana, betapa, berapa, dan bagaimana.
(1) Apa dan Siapa
Kata ganti ini mempunyai dua peran yang berbeda. Pertama, kata ini mengubah kalimat berita menjadi kalimat tanya. Seperti tampak pada contoh kalimat berikut.
Ali akan ikut menjadi Apa Ali akan ikut?
Kasus itu akan dibawa ke pengadilan menjadi Apa kasus itu akan dibawa kepengadilan?
Kedua, kata apa juga dapat dapat menggantikan barang atau hal yang dinyatakan. Jika kata tersebut diletakkan pada kata barang atau hal yang menggantikan stuktur urutan masih tetap sama seperti dalam kalimat berikut.
Pak Ali memelihara ikan menjadi Pak Ali memelihara apa?
Pada contoh kedua kalimat di atas, posisi yang ditempati oleh kata apa sama dengan posisi mobil dan ikan. Tetapi apabila kata apa dipindahkan ke posisi awal kalimat, maka seluruh kalimat akan mengalami perubahan dan akan terjadi penambahan kata pada kalimat tersebut, seperti kalimat di bawah ini.
Apa (kah) yang dipelihara pak Ali? Atau, yang dipelihara pak Ali apa?
Kata ganti mana pada umumnya digunakan untuk menanyakan suatu pilihan tentang orang, barang, atau hal. Kata ganti ini sering didapati dalam bentuk ragam bahasa lisan yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Untuk menanyakan tempat biasanya kata mana digabungkan dengan proposisi di seperti di mana yaitu untuk menanyakan tempat berada. Kemudian apabila menanyakan tujuan kata mana digabung dengan proposisi ke seperti kata ke mana.
Selain itu, ada juga bentuk kata ganti mana yang menanyakan tempat asal apabila kata tersebut digabungkan proposisi dari. Hal ini seperti terlihat pada contoh berikut.
Di mana sekarang pak Ali tinggal?
Besok Pak Ali pergi ke mana?
Dari mana Pak Ali pulang tadi?
(3) Mengapa dan Kenapa
Kata ganti mengapa dan kenapa mempunyai arti sama yaitu menyatakan sebab terjadi sesuatu. Kedua bentuk ini sering dipakai, tetapi yang mengikuti kaidah kebakuan kata adalah jenis kata mengapa.
Bentuk ini dinyatakan baku dalam bahasa Indonesia, apabila dipakai di awal kalimat yang isinya mengandung pertanyaan tentang cara terjadinya sesuatu serta menyatakan alasan dari suatu permasalahan. Untuk lebih memberi penekanan pada bentuk tersebut biasanya diberi partikel kah. Seperti berikut ini.
Mengapa Amir tidak masuk sekolah? ( karena sakit)
Kenapa Amir tidak lulus? ( karena tidak belajar)
Mengapakah Amir tidak membalas suratmu (karena malas)
(4) Kapan dan Bila (mana)
Kata penanya kapan atau bila (mana) digunakan untuk menanyakan waktu terjadi suatu peristiwa. Dalam kalimat kata ini ditempatkan pada awal dan dapat pula diikuti oleh pertikel –kah seperti kalimat berikut ini.
Kapan/ bila mana mereka akan naik haji?
Keluarga Ahmad akan pindah setelah anaknya lulus
Kapan/ bilamana keluarga Ahmad akan pindah
Penduduk Indonesia akan melebihi dua ratus juta orang permulaan tahun 2000
Kapan/ bila mana (kah) penduduk Indonesia akan melebihi dua ratus juta orang?
(5) Bagaimana
Kata tanya bagaimana menanyakan keadaan sesuatu atau cara untuk melakukan perbuatan. Perhatikan contoh di bawah ini.
Bagaimana kita dapat mempertahankan nilai hidup luhur, tetapi dapat menjadi kaya?
Cara memperoleh dana bagaimana?
Dari contoh contoh di atas menyatakan bahwa kata ganti Bagaimana dapat ditempatkan awal atau akhir kalimat. Dalam bahasa sehari hari kata tanya bagaimana sering diperpendek menjad gimana. Bentuk gimana yang sering digunakan adalah bukan kata ganti formal sama halnya dengan bentuk kata ganti kenapa, seperti berikut ini.
Soal itu apa sudah beres? Mana ku tahu?
Gimana kabarmu hari ini?
6) Berapa
Kata penanya berapa dipakai untuk menanyakan bilangan atau jumlah. Kata ini dapat ditempatkan pada bagian depan, tengah, atau akhir kalimat. Perhatikan contoh berikut ini.
Harga minyak goreng berapa sekarang?
Harga minyak goreng sekarang berapa?
Berapa jumlah orang yang hilang sampai pada saat ini?
Jumlah orang hilang yang hilang berapa sampai saat ini?
Jumlah orang yang hilang sampai saat ini berapa?
Selain sebagai dipakai sebagai untuk menayakan bilangan atau jumalah kata ganti penanya berapa juga dapat dipakai sebagai pembatas untuk nomina dan ditempatkan sebelum nomina yang dibatasinya. Pembatas ini digunakan untuk memudahkan pemahaman bagi lawan bicara dalam menganalisis pertanyaan yang berhubungan dengan kata ganti tersebut. Untuk jelasnya, perhatikan contoh di bawah ini.
Berapa hari Anda menginap di Aceh waktu itu?
Berapa kilo yang kamu beli?
Berapa macam beras yang dijual pada toko sembako itu?
Apabila digabungkan dengan kata-kata tertentu, kata ganti berapa dapat ditempatkan muka atau di belakang nomina yang dibatasinya. Tetapi penempatan ini memunculkan arti yang berbeda. Seperti dalam kalimat berikut ini.
(1) a. Barapa jam kamu disiksa?
b. Jam berapa kamu disiksa?
(68) a. Berapa tahun Cut Nyak Dhein melawan Belanda?
b. Tahun berapa Cut Nyak Dhein melawan Belanda?
Pada (1a) dan (1a), yang dinyatakan adalah jumlah jam dan tahun. Pada (1b) dan (1b), yang dinyatakan adalah titik waktu, yakni jam dan tahun tertentu. Dengan demikian, jawaban (1a) dan (1a) adalah masing masing tujuh jam dan lima tahun, sedangkan untuk (1b) dan (1b) adalah jam 7 dan tahun 1825.
Kata penanya berapa dapat pula diberi prefiks ke- sehingga menjadi keberapa yang selalu ditempatkan di belakang nomina yang dibatasinya. Kata ini merujuk pada bilangan tingkat. Perhatikan perbedaan makna kalimat kalimat berikut ini
b. Jam 11.30
(3) a. Jam keberapa Pak Anwar diberikan?
b. Jam ketiga.
Penulis adalah Pemimpin Redaksi Jurnal Aceh Edukasi dan Guru SMA Negeri 1 Lhokseumawe
0 Komentar