Memahami Pengertian dan Jenis Pribahasa dalam Bahasa Indonesia

Memahami Pengertian dan Jenis Pribahasa dalam Bahasa Indonesia

           Sumber Gambar: Dreamina.capcut.com

Oleh: Mukhlis, S.Pd., M.Pd.

Peribahasa adalah sebuah bentuk bahasa yang sering digunakan dalam sastra klasik dan sastra tradisional Indonesia. 

Pribahas dikenal sebagai peribahasa yang mengandung makna tertentu dan digunakan untuk memberikan petuah atau nasihat kepada pembaca atau pendengar. 

Peribahasa biasanya mengandung nilai-nilai kehidupan, moralitas, atau kebijaksanaan yang diwariskan secara turun-temurun dari generasi ke generasi.

Peribahasa memiliki beragam variasi dan bentuk yang berbeda-beda tergantung dari daerah atau suku bangsa yang menggunakannya. Hal ini menunjukkan kekayaan budaya Indonesia yang begitu beragam dan kaya akan khazanah sastra lisan.

Baca  Juga: Mau Tahu Trik dan Tips Mengembangkan Konsep Tanpa Plagiat? Ikuti Langkah Berikut!


Dalam kehidupan sehari-hari, peribahasa sering digunakan untuk memberikan motivasi, nasihat, atau sindiran secara halus. Peribahasa juga membantu dalam memperkaya kosa kata dan memperluas pemahaman akan kekayaan bahasa Indonesia.

Konsep  Pribahasa 

Masyarakat Indonesia sebagai masyarakat yang berbudaya memiliki cara untuk mengungkapkan sesuatu secara halus dan bijaksana, sehingga orang yang mendengar tidak langsung merasakan efeknya. 

Seseorang dapat memilih kata, frase, dan kalimat yang paling sesuai dengan maksud yang hendak disampaikannya.

Kata, frase, dan kalimat demikian dinamakan peribahasa. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Isbinarti (2009:8) bahwa “Peribahasa adalah suatu kiasan bahasa yang berupa kalimat atau kelompok kata yang bersifat padat, ringkas dan berisi tentang norma, nilai, nasihat, perbandingan, perumpamaan, prinsip dan aturan tingkah laku.”

Peribahasa dapat digunakan sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan ide, gagasan, pendapat serta perasaan kepada orang lain. Seringkali penyampaian sesuatu maksud tertentu secara tak langsung dan bersifat simbolik.

Baca  Juga: Persepsi Gen- Z terhadap Sastra Masa Kini

Banyak pertimbangan yang menyebabkan penyampaian maksud secara tak langsung, di antaranya menghindari ketersinggungan seseorang dengan adanya ujaran tertentu, ada pula yang berpendapat bahwa ungkapan tersebut lebih tepat dan terarah.

Maksud yang hendak disampaikan dalam peribahasa tidak dapat dipahami secara langsung karena kata, frase, dan kalimat yang dipakai bermakna kias. 

Untuk memahami peribahasa, seseorang harus dapat memahami makna kata dan kode budaya yang melekat pada kata itu, kemudian menafsirkan kata, frase atau kalimat tersebut sesuai dengan kondisi sosial masyarakat.

Peribahasa tidak sukar dipahami, seseorang akan dapat memahami peribahasa dengan mudah karena peribahasa itu memiliki pola yang tetap.

Tarigan (2000:16) mengemukakan bahwa,  “Peribahasa adalah kalimat atau kelompok perkataan yang tetap susunannya dan biasanya mengiaskan suatu maksud tertentu.”

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa,  peribahasa merupakan suatu kiasan bahasa yang berupa kalimat atau kelompok kata yang bersifat padat, ringkas dan berisi tentang norma, nilai, nasihat, perbandingan, perumpamaan, prinsip dan aturan tingkah laku.

Jenis-Jenis Peribahasa

Peribahasa biasanya digunakan untuk menyatakan sesuatu dengan tidak berterus terang. Sebuah harapan, ejekan, perbandingan ataupun nasihat tidak dikatakan secara terus terang. Oleh karena itu, lahirlah apa yang disebut dengan peribahasa.

Sebuah peribahasa singkat dapat menimbulkan berjuta-juta maksud yang panjang lebar, karena itu peribahasa perlu dilestarikan dan diajarkan di sekolah-sekolah untuk mem memperkaya peribahasa bahasa. Peribahasa mengandung suatu pengertian yang dalam dan padat.

Untuk menyatakan harapan, ejekan, perbandingan atau pun nasihat, peribahasa dapat dibagi atas beberapa jenis. Tarigan (2000:11) membagi peribahasa atas tiga jenis yaitu pepatah, perumpamaan dan ungkapan. Berikut penulis jelaskan lebih lanjut.

1)      Pepatah

Pepatah adalah sejenis peribahasa yang mengandung nasihat atau ajaran yang berasal dari orang tua. Jadi, secara singkat pepatah adalah peribahasa yang berisi nasihat atau ajaran.

Contoh.

a. Datang tampak muka, pergi tampak gunung.

Maksud pepatah di atas adalah datang dengan baik, pergi pun harus dengan baik pula.

b.   Sepala-pala mandi biar basah.

Maksud pepatah di atas adalah mengerjakan sesuatu perbuatan hendaklah sempurna, jangan separuh-separuh.

2)      Perumpamaan

Perumpamaan adalah ibarat, tamsil, persamaan (perbandingan) peribahasa yang berupa perbandingan.

Perbedaan utama antara pepatah dengan perumpamaan adalah dapat kita lihat dengan jelas pada pemakaian secara eksplisit ibarat, bagaikan, seperti, sebagai, laksana, bak, bagaikan, seumpama, dan sejenisnya.

Contoh.

a.       Umpama air digenggam tiada tiris.

Perumpamaan di atas dikiaskan kepada orang yang sangat kikir, tidak sedikit juga terbuka tangannya untuk menolong orang yang sengsara.

b.       Bagaikan air dengan minyak.

Perumpamaan di atas dikiaskan kepada dua orang yang tidak dapat bersatu atau selalu bertengkar.

3)      Ungkapan

Ungkapan adalah gabungan kata yang membentuk arti baru yang tidak berhubungan dengan kata pembentuk dasarnya.

Contoh.

a.  Cuci mata

Ungkapan di atas memiliki maksud mencari hiburan dengan melihat sesuatu yang indah.

b.  Kambing hitam

Makna ungkapan di atas adalah orang yang menjadi pelimpahan suatu kesalahan yang tidak dilakukannya.

c. Kupu-kupu malam

Maksud ungkapan di atas adalah wanita penghibur atau pelacur komersial.

Jika diperhatikan dengan saksama, peribahasa-peribahasa di atas pada hakikatnya sama, yaitu menyampaikan suatu maksud tertentu melalui kiasan. 

Baca Juga; Memahami Fungsi dan Unsur Pembentuk Kalimat dalam Bahasa Indonesia

Namun, dari segi isinya terlihat ada perbedaan. Pepatah misalnya, cenderung berisi nasihat secara langsung, sedangkan perumpamaan menyampaikan nasihat melalui perbandingan atau melalui penceritaan keadaan.

Selanjutnya, ungkapan hanya berisis sebuah penghalusan makna tutur kata yang disampaikan oleh seseorang. Kata-kata yang digunakan dalam ungkapan tidak terlalu berkonotasi indah seperti dalam pepatah dan perumpamaan.

Selain pembagian tersebut, Rizam (2001:92-94) membedakan dua jenis peribahasa, yaitu peribahasa bersifat ekonomis dan sosial. 

Sebuah peribahasa bersifat ekonomis apabila peribahasa itu membandingkan manusia dengan segala macam kebutuhan hidupnya.

Contoh.

a.       Hari baik dibuang-buang, hari buruk dikejar-kejar.

Artinya seseorang yang tidak dapat memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya.

b.     Maksud hati memeluk gunung, apa daya tangan tak sampai.

Artinya cita-cita besar sekali, tetapi tidak berdaya untuk mencapainya.

Peribahasa yang bersifat sosial adalah peribahasa yang mengiaskan atau menggambarkan sifat dan tingkah laku manusia dalam hubungan dengan sesamanya.

Contoh.

a.    Buah yang manis biasanya berulat

Artinya kata-kata yang manis biasanya dapat menyesatkan atau menjerumuskan.

b.    Laut mana tidak berombak, bumi mana tidak bertimpa hujan.

Artinya tiap-tiap manusia ada cacatnya walau sedikit.

Kedua contoh peribahasa di atas sebenarnya memiliki persamaan, tapi karena sudut tinjaunya berbeda, maka teknik menguraikan bentuk peribahasa kelihatannya berbeda. 

Untuk itu, dapat disimpulkan bahwa bentuk-bentuk peribahasa terdiri atas pepatah, perumpamaan dan ungkapan.

 

Penulis  adalah  Pemimpin Redaksi Jurnal Aceh Edukasi dan Guru SMA Negeri  1 Lhokseumawe 

Berita Terkait

There is no other posts in this category.

Posting Komentar

0 Komentar