Mengenal Lebih Dekat Kalimat Majemuk dalam Bahasa Indonesia

Mengenal Lebih Dekat Kalimat Majemuk dalam Bahasa Indonesia

 

                                                             Sumber: Dreamina.capcut.com  


Oleh Mukhlis, S.Pd., M.Pd. 

Kalimat majemuk adalah kalimat yang terdiri atas dua klausa atau lebih. Dilihat dari proses pembentukannya, kalimat majemuk dapat berasal dari proses penggabungan dua  klausa atau lebih.  
Kalimat  majemuk dapat juga berasal dari kalimat tunggal yang salah satu unsur pembentuknya diperluas sehingga membentuk klausa baru (klausa terikat atau anak kalimat).
 
Depdikbud (2002:495) menjelaskan bahwa kalimat majemuk adalah kalimat yang terdiri atas lebih dari satu proposisi sehingga mempunyai paling tidak dua predikat yang tidak dapat dijadikan satu kesatuan.  

Selanjutnya, Ambari (2002:157) menjelaskan ciri-ciri kalimat majemuk yaitu 1) Adanya penggabungan atau perluasan kalimat-kalimat inti, 2) Perluasannya menghasilkan pola kalimat baru, 3) Ada perubahan penghentian dalam intonasi, 4) Mempunyai subjek dan predikat lebih dari satu.
Contoh 1 : 
Nunuk  mahasiswa yang selalu ceria.
   S             P                       S        P
Contoh: 2

 Ayah yang memakai jaket kemarin.

  S          P

Kalimat pada nomor satu di atas merupakan kalimat majemuk perluasan predikat, jadi kalimat tunggalnya adalah Nunuk mahasiswa. Sedangkan kalimat pada nomor dua di atas merupakan kalimat majemuk perluasan subjek, jadi kalimat tunggalnya adalah Ayah memakai jaket.

Kalimat Majemuk Bertingkat

Kalimat majemuk bertingkat adalah kalimat majemuk yang hubungan antara klausa-klausanya tidak setara atau sederajat. Pengertian tersebut sesuai dengan penjelasan Taufik (2009:4) bahwa kalimat majemuk bertingkat merupakan kalimat majemuk yang hubungan antara klausa-klausanya tidak sederajat. 

Klausa yang satu merupakan klausa atasan (klausa utama) dan klausa yang lain merupakan klausa bawahan. Dalam kalimat majemuk bertingkat terdapat klausa yang berfungsi sebagai konstituen klausa yang lain. Kedua klausa yang mempunyai hubungan setara itu biasanya dihubungkan dengan konjungtor subordinatif. Perhatikan contoh penggabungan klausa dengan cara subordinatif berikut.

Contoh: 1 
Dia menyatakan sesuatu.
Contoh: 2
Ibunya akan datang besok.

Kalimat di atas dapat digabung dan menjadi kalimat majemuk bertingkat, hasil gabungan klausa secara subordinatif berikut ini.
Dia menyatakan bahwa ibunya akan datang besok.

Pada kalimat di atas, klausa utama Dia mengatakan digabungkan dengan klausa subordinatif ibunya akan datang besok dengan menggunakan konjungsi bahwa. Dalam kalimat yang telah digabungkan, klausa subordinatif menduduki posisi objek. Jadi objek tersebut merupakan anak kalimat. 

Dalam hal ini, klausa subordinatif melengkapi apa yang dinyatakan oleh verba klausa utama atau oleh nomina subjek, baik yang dinyatakan maupun tidak. Subordinatif yang sering dipakai adalah bahwa.

Kalimat majemuk bertingkat dapat pula disusun dengan memperluas salah satu fungsi sintaksisnya (fungsi S, P, O, dan ket) dengan klausa. Perluasan itu dilakukan dengan menggunakan yang.

Contoh 1
Teman saya yang menjadi juri pada festival itu memperoleh penghargaan.
Contoh 2
Suaminya dokter yang bertugas di desa kami.
Contoh 3
Masyarakat menangkap pencuri kayu yang telah merugikan negara.
Contoh 4
Danu tinggal di kota yang berpenduduk padat itu.

Dalam kalimat 1) fungsi S (subjek) teman saya diperluas dengan klausa yang menjadi juri pada festival itu. Dalam kalimat contoh 2) fungsi P (predikat) dokter merupakan predikat dalam kalimat nominal, diperluas dengan klausa yang bertugas di desa kami

Sedangkan dalam kalimat contoh 3) fungsi O (objek) pencuri kayu diperluas dengan klausa yang telah merugikan negara. Dalam kalimat contoh 4 fungsi keterangan di kota diperluas dengan klausa yang berpenduduk padat itu.

Baca jugaMemahami Pengertian dan Jenis Pribahasa dalam Bahasa Indonesia

Kalimat majemuk bertingkat dapat terjadi dari hasil gabungan klausa utama dan klausa subordinatif yang berupa klausa adverbial. Dalam hal ini, yang menjadi klausa adverbial menduduki fungsi sebagai keterangan. Klausa utama menjadi induk kalimat dan klausa adverbial menjadi anak kalimat.

Untuk menggabungkan klausa utama dengan klausa adverbial dalam kalimat majemuk bertingkat digunakan kata penghubung. Makna kata penghubung dalam kalimat majemuk bertingkat terdiri atas tiga belas makna, yaitu (1) makna waktu, (2) makna syarat, (3) makna tujuan, (4) makna konsesif, (5) makna perbandingan, (6) makna penyebab, (7) makna akibat, (8) makna cara, (9) makna sangkalan, (10) makna kenyataan, (11) makna hasil, (12) makna penjelasan, (13) makna atributif (Moeliono, 2002:323). Berikut penulis jelaskan secara rinci.

(1) Makna Waktu

Makna waktu menyatakan waktu terjadinya, waktu permulaan, maupun waktu berakhirnya peristiwa atau keadaan. Kata penghubung yang digunakan untuk menandai hubungan waktu ini ialah setelah, sesudah, sebelum, sehabis, sejak, selesai, ketika, sewaktu, sementara, selagi, sampai.

Contoh 1

Leni langsung tidur sehabis belajar.
Contoh 2
Belajar sungguh-sungguh selagi masih muda.

(2) Makna Syarat

Makna syarat terdapat klausa bukan inti menyatakan syarat bagi terlaksananya apa yang tersebut dalam klausa inti. Konjungsi yang sering digunakan dalam hubungan syarat yaitu jika, kalau, asalkan, bila, manakala, umpamanya, seandainya.

Contoh 1
Aku pasti sayang padanya, jika dia baik padaku.
Contoh 2
Ayah akan meluluskan permintaanmu, asalkan kamu jadi anak penurut.

(3) Makna Tujuan
Makna tujuan untuk menyatakan suatu tujuan atau harapan dari apa yang disebut dalam klausa inti. Konjungsi yang biasa dipakai untuk menyakan hubungan tujuan adalah agar supaya, agar, supaya, biar.

Contoh 1
Ibu tidak memperdulikan dia lagi, agar tidak mengulang perbuatannya.
Contoh 2
Ayah menginginkan supaya aku kuliah di kedokteran.


(4) Makna Konsesif

Makna konsesif, apabila sebuah kalimat memiliki klausa yang sematannya memuat pernyataan yang tidak akan mengubah apa yang dinyatakan dalam klausa inti. Konjungsi yang dipakai yaitu biarpun, meskipun, walaupun, sekalipun.
Contoh 1
Wandi selalu diam, meskipun kami membujuknya.

Contoh 2
Dia tidak pernah bersedekah, walaupun hartanya banyak.

(5) Makna Pembandingan

Makna pembandingan ditandai dengan adanya kemiripan antara pernyataan yang diutarakan dalam klausa utama dan klausa sematan. Konjungsi yang digunakan yaitu seperti, bagaikan, sebagaimana, daripada, serasa.
Contoh 1.
Lebih baik membantu nenek di kebun, daripada jalan-jalan ke kota.
Contoh 2.
Aku sangat terheran-heran melihatnya, seperti rusa masuk kampung.
Contoh 3.
Paman selalu menjagaku dengan baik, sebagaimana pesannya pada Ayahku.

(6) Makna Penyebab

Makna penyebab apabila kalimatnya terdapat klausa subordinatif yang menyatakan sebab atau alasan terjadinya apa yang dinyatakan dalam klausa utama. Konjungsi yang digunakan yaitu sebab, karena, oleh karena.

Contoh 1.
Tuti tidak jadi melanjutkan kuliah di Banda Aceh karena Bapaknya baru saja meninggal.
Contoh 2.
Budi tidak akan menikahi gadis itu, sebab tidak mencintainya.

(1) Makna Akibat
Makna akibat biasanya dinyatakan dengan menggunakan penghubung sehingga, sampai-sampai.
Contoh 1.
Mereka tidak mampu mempergunakan harta dengan baik, sehingga jatuh miskin.
Contoh 2.
Linda tidak menyukai perbuatan Ayahnya, sampai-sampai ia lari dari rumah.
(2) Makna Cara

Makna cara apabila kalimat yang klausa sematannya menyatakan cara pelaksanaan dari apa yang dinyatakan oleh klausa subordinatifnya. Konjungsi yang dipakai pada hubungan ini adalah dengan, tanpa.

Contoh 1.
Danu memotong kayu dengan parang.
Contoh 2.
Lusi mengetik surat tanpa menggunakan komputer.

(3) Makna Sangkalan

Makna sangkalan digunakan untuk menyatakan kenyataan yang berlawanan dengan keadaan yang sebenarnya. Konjungsi yang dipakai yaitu seakan-akan, dan seolah-olah.

Contoh 1.

Dia hanya diam saja, seolah-olah tidak tahu apa-apa 

(4) Makna Kenyataan

Makna kenyataaan digunakan untuk menyatakan keadaan yang nyata yang berlawanan dengan yang dinyatakan dalam klausa utama. Konjungsi yang dipakai yaitu padahal dan sedangkan. Konjungsi sedangkan dipakai untuk menyatakan dua peristiwa yang sedang berlangsung bersamaan.
Contoh 1.
a. Ibu sedang membersihkan sayur, sedangkan Rani menanak nasi.

(5) Makna Hasil
Makna hasil terdapat dalam kalimat majemuk yang klausa subordinatifnya menyatakan hasil atau akibat dari apa yang dinyatakan dalam klausa utama. Konjungsi yang digunakan yaitu makanya.
Contoh 1.
Bandon sangat nakal, makanya tidak banyak kawan.

(6) Makna Penjelasan
Klausa sematan menjelaskan apa yang dinyatakan oleh klausa utama, konjungsi yang dipakai adalah bahwa.
Contoh 1.
Saat ini dia baru mengerti, bahwa persahabatannya tidak dihargai.

(7) Makna Artibutif
Makna atributif terdapat dalam kalimat majemuk yang klausa subordinatifnya menyatakan suatu keadaan atau perbuatan yang dialami oleh acuan nomina tertentu pada klausa utama. Konjungsi yang digunakan yaitu yang.

Contoh  
Rumah yang dicat putih itu milik pamanku.

Unsur-Unsur Fungsional dalam Kalimat Majemuk Bertingkat

Suatu pernyataan merupakan kalimat, jika di dalam pernyataan itu sekurang-kurangnya terdapat predikat dan subjek, baik disertai objek, pelengkap, atau keterangan maupun tidak, bergantung kepada tipe verba predikat kalimat tersebut. 

Suatu untaian kata yang tidak memiliki predikat disebut frasa. Untuk menentukan predikat suatu kalimat, dapat dilakukan pemeriksaan apakah ada verba (kata kerja) dalam untaian kata tersebut.

Dalam bentuk lisan, unsur subjek dan predikat itu dipisahkan oleh jeda yang ditandai oleh pergantian intonasi. Relasi antar kedua unsur ini dinamakan relasi predikatif, yaitu relasi yang memperlihatkan hubungan subjek dan predikat. 

Sebaliknya suatu unsur disebut frasa jika unsur itu terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak terdapat predikat di dalamnya, dan satu dari kata-kata itu sebagai inti serta yang lainnya sebagai penjelas. Biasanya frasa itu mengisi tempat subjek, predikat, objek, pelengkap, atau keterangan. Relasi kata yang menjadi inti dan kata yang menjadi penjelas ini dinamakan sebagai atributif.

Contoh 1.
Anak kecil itu pandai sekali.

Unsur anak kecil itu (subjek) yang menjadi intinya adalah anak karena dalam unsur itu anak tidak dapat ditiadakan dan kata itu dapat mewakili unsur subjek. Demikian juga, pandai sekali intinya adalah pandai karena kata pandai tidak dapat ditiadakan dan kata itu dapat mewakili unsur predikat. 

Contoh di atas merupakan kalimat karena terdapat dua unsur yang menjadi syarat dari suatu kalimat. Rangkaian kata  anak kecil itu mewakili unsur subjek, sedangkan pandai sekali mewakili unsur predikat. 

Untuk memahami sebuah kalimat dihasilkan memenuhi syarat kaidah tata bahasa, perlu dikenal ciri-ciri subjek, predikat, objek, pelengkap dan keterangan. Kalimat yang benar harus memiliki kelengkapan unsur kalimat. Selain itu pengenalan ciri-ciri unsur kalimat ini juga berperan untuk menguraikan kalimat atas unsur-unsurnya. 

Berikut penulis jelaskan secara rinci unsur-unsur fungsional dalam kalimat majemuk bertingkat.

 Anak Kalimat Perluasan Subjek

Subjek adalah unsur pokok yang terdapat pada sebuah kalimat di samping unsur predikat. Dengan mengetahui ciri-ciri subjek secara lebih terperinci, kalimat yang dihasilkan dapat terpelihara strukturnya. Subjek atau pokok kalimat,
yaitu bagian kalimat yang menjadi pokok pembicaraan atau masalah pokok. Jabatan ini lazimnya diduduki oleh nomina atau frase nominal.

1) Buku sekarang mahal.
2) Kejujuran sudah merupakan barang langka saat ini.
3) Rapat itu membahas kurikulum.

Umumnya subjek tidak dapat didahului oleh preposisi seperti di, dalam, bagi, kepada, dari, dengan, untuk, dan lain-lain. Berikut contoh kalimat yang rancu karena tidak jelas kedudukan subjek.

1) Dalam rapat itu membicarakan kurikulum.
2) Kepada para mahasiswa perlu diajar bahasa Indonesia.
3) Dengan kejadian itu menunjukkan bahwa pekerjaannya tidak beres.

Kalimat di atas diperbaiki sebagai berikut.

1. Rapat itu membicarakan kurikulum atau dalam rapat itu dibicarakan kurikulum.
2. Para mahasiswa perlu diajar bahasa Indonesia atau Bahasa Indonesia perlu diajarkan kepada para mahasiswa.
3. Kejadian itu menunjukkan bahwa pekerjaannya tidak beres atau Dengan kejadian itu ditunjukkan bahwa pekerjaannya tidak beres.

Sugono (20037) menjelaskan ciri-ciri subjek sebagai berikut.

1. Jawaban atas pertanyaan apa dan siapa kepada predikat.
Contoh 1.
Juanda memelihara binatang langka.

Subjek pada kalimat di atas dapat diketahui dengan mengajukan pertanyaan siapa yang memelihara? Jawabannya adalah Juanda maka Juanda adalah subjek. 
Contoh 1.
Meja itu dibeli oleh paman.
Subjek pada kalimat di atas dapat diketahui dengan mengajuka pertanyaan apa dibeli?  Jawabannya adala meja .

2. Disertai Kata Itu

Kebanyakan subjek dalam bahasa Indonesia bersifat takrif (definite). Untuk menyatakan takrif, biasanya digunakan kata itu. Subjek yang sudah takrif misalnya nama orang, nama negara, instansi, atau nama diri lain dan juga pronomina tidak disertai kata itu.

3. Didahului kata bahwa

Di dalam kalimat pasif kata bahwa merupakan penanda bahwa unsur yang menyertainya adalah anak kalimat pengisi fungsi subjek. Di samping itu, kata bahwa juga merupakan penanda subjek yang berupa anak kalimat pada kalimat yang menggunakan kata adalah atau ialah.

4. Mempunyai keterangan pewatas yang

Kata yang menjadi subjek suatu kalimat dapat diberi keterangan lebih lanjut dengan menggunakan penghubung yang. Keterangan ini dinamakan keterangan pewatas.

5. Tidak didahului preposisi

Subjek tidak didahului preposisi, seperti dari, dalam, di, ke, kepada, pada. Orang sering memulai kalimat dengan menggunakan kata-kata seperti itu sehingga menyebabkan kalimat-kalimat yang dihasilkan tidak bersubjek.

6. Berupa nomina atau frasa nominal

Subjek kebanyakan berupa nomina atau frasa nominal. Di samping nomina, subjek dapat berupa verba atau adjektiva, biasanya, disertai kata penunjuk itu.

Berikut contoh anak kalimat perluasan subjek.
Contoh 1.
Siapa rajin akan juara (kalimat tunggal)
Contoh 2.
Yang tidak pernah bosan belajar, akan jadi bintang kelas (kalimat majemuk bertingkat)

Kalimat di atas adalah kalimat majemuk bertingkat, akan jadi bintang kelas sebagai induk kalimat, jadi bintang sebagai predikat, kelas sebagai objek atau pelengkap pelaku, akan sebagai keterangan sesuatu yang akan terjadi. Sedangkan kalimat yang tidak pernah bosan belajar sebagai anak kalimat perluasan subjek, yang sebagai subjek, tidak pernah sebagai predikat, bosan belajar sebagai objek atau pelengkap penderita.

 Baca Juga: Memahami, Ciri-ciri, Bentuk dan Jenis Laporan

Anak Kalimat Perluaan Predikat

Predikat juga merupakan unsur utama suatu kalimat di samping subjek.  Berikut penulis jelaskan ciri-ciri predikat secara lebih terperinci seperti yang dikemukakan oleh Widi (2009:6).

1. Jawaban atas pertanyaan mengapa atau bagaimana

Dilihat dari segi makna, bagian kalimat yang memberikan informasi atas pertanyaan mengapa atau bagaimana adalah predikat kalimat. 

Pertanyaan sebagai apa atau jadi apa dapat digunakan untuk menentukan predikat yang berupa nomina penggolong (identifikasi). Kata tanya berapa dapat digunakan untuk menentukan predikat yang berupa numeralia (kata bilangan) atau frasa numeralia.

2. Kata adalah atau ialah

Predikat kalimat dapat berupa kata adalah atau ialah. Predikat itu terutama digunakan jika subjek kalimat berupa unsur yang panjang sehingga batas antara subjek dan pelengkap tidak jelas.

3. Dapat diingkarkan

Predikat dalam bahasa Indonesia mempunyai bentuk pengingkaran yang diwujudkan oleh kata tidak. Bentuk pengingkaran tidak ini digunakan untuk predikat yang berupa verba atau adjektiva. Di samping tidak sebagai penanda predikat, kata bukan juga merupakan penanda predikat yang berupa nomina atau predikat kata merupakan.

4. Dapat disertai kata-kata aspek atau modalitas

Predikat kalimat yang berupa verba atau adjektiva dapat disertai kata-kata aspek seperti telah, sudah, sedang, belum, dan akan. Kata-kata itu terletak di depan verba atau adjektiva. 

Kalimat yang subjeknya berupa nomina bernyawa dapat juga disertai modalitas, kata-kata yang menyatakan sikap pembicara (subjek), seperti ingin, hendak, dan mau.

Predikat suatu kalimat dapat berupa.
Kata, misalnya verba, adjektiva, atau nomina.
- Frasa, misalnya frasa verbal, frasa adjektival, frasa nominal, frasa numeralia (bilangan).
Contoh anak kalimat perluasan predikat
Contoh 1.
Jalan itu aspal. (kalimat tunggal)
                 P
 
Contoh 2.
Jalan itu bahannya terbuat dari benda keras (kalimat majemuk bertingkat)
                                         P
Berdasarkan contoh di atas dapat dipahami bahwa, anak kalimat pengganti predikat hanya terdapat dalam kalimat nominal.

Anak Kalimat Perluasan Objek

Objek adalah konstituen kalimat yang dihadirkan oleh predikat yang berupa verbal transitif pada kalimat aktif. Objek selalu berada di tengah predikat. Untuk mengenal objek, dapat memperhatikan jenis predikat yang dilengkapinya dan ciri-ciri objek. 

Objek merupakan unsur kalimat yang bersifat wajib dalam susunan kalimat aktif transitif, yaitu kalimat yang sedikitnya mempunyai tiga unsur utama, subjek, predikat, dan objek. 

Predikat yang berupa verba intransitif (kebanyakan berawalan ber- atau ter-) tidak memerlukan objek, sedangkan verba transitif yang memerlukan objek kebanyakan berawalan me-. Soeseno (2009:8) menjelaskan ciri-ciri objek sebagai berikut.

1. Langsung di belakang predikat.
Objek hanya memiliki tempat di belakang predikat, tidak pernah mendahului predikat.
2. Dapat menjadi subjek kalimat pasif

Objek yang hanya terdapat dalam kalimat aktif dapat menjadi subjek dalam kalimat pasif. Perubahan dari aktif ke pasif ditandai dengan perubahan unsur objek dalam kalimat aktif menjadi subjek dalam kalimat pasif yang disertai dengan perubahan bentuk verba predikatnya.

3. Tidak didahului preposisi
Objek yang selalu menempati posisi di belakang predikat tidak didahului preposisi. Dengan kata lain, di antara predikat dan objek tidak dapat disisipkan preposisi.

 4. Didahului kata bahwa
Anak kalimat pengganti nomina ditandai oleh kata bahwa dan anak kalimat ini dapat menjadi unsur objek dalam kalimat transitif.
Contoh kalimat anak kalimat perluasan objek.

Contoh 1.
Abang menikahi Wulan (kalimat tunggal)
                               O
Contoh 2
 
Abang menikahi yang sangat dicintainya (kalimat majemuk bertingkat)
          O

Anak Kalimat Perluasan Pelengkap

Pelengkap dan objek memiliki kesamaan. Kesamaan itu ialah kedua unsur kalimat ini.
1. Bersifat wajib ada karena melengkapi makna verba predikat kalimat.
2. Menempati posisi di belakang predikat.
3. Tidak didahului preposisi.

Perbedaannya terletak pada kalimat pasif. Pelengkap tidak menjadi subjek dalam kalimat pasif. Jika terdapat objek dan pelengkap dalam kalimat aktif, objeklah yang menjadi subjek kalimat pasif, bukan pelengkap. Berikut ciri-ciri pelengkap.

1. Di belakang predikat

Ciri ini sama dengan objek. Perbedaannya, objek langsung di belakang predikat, sedangkan pelengkap masih dapat disisipi unsur lain, yaitu objek. Contohnya terdapat pada kalimat berikut.

Contoh 1.

Diah mengirimi saya buku baru.
Contoh 2.
Mereka membelikan ayahnya sepeda baru.
Unsur kalimat buku baru, sepeda baru di atas berfungsi sebagai pelengkap dan  tidak mendahului predikat.
2. Dapat didahului oleh preposisi.
Contoh 1.
Wanita muda itu bercerita tentang Ibunya.
Contoh 2.
Dia membeli rumah untuk adiknya.
3. Kalimatnya tidak dapat dijadikan bentuk pasif, jika dapat dipastikan, pelengkap itu tidak dapat menjadi objek.
Contoh 1.
Ayah mengirimkan kami uang.
Contoh 2.
Kami dikirimkan uang oleh Ayah.
4. Tidak dapat diganti dengan-nya, kecuali dalam kombinasi preposisi selain di, ke, dan akan.
Contoh 1.
Ibu menjahit baju untuk dia.
Contoh 2.

Ibu menjahit baju untuknya.

Anak Kalimat Perluasan Keterangan

Keterangan merupakan unsur kalimat yang memberikan informasi lebih lanjut tentang suatu yang dinyatakan dalam kalimat, misalnya memberi informasi tentang tempat, waktu, cara, sebab, dan tujuan. Keterangan ini dapat berupa kata, frasa, atau anak kalimat.

Keterangan yang berupa frasa ditandai oleh preposisi, seperti di, ke, dari, dalam, pada, kepada, terhadap, tentang, oleh, dan untuk. Keterangan yang berupa anak kalimat ditandai dengan kata penghubung, seperti ketika, karena, meskipun, supaya, jika, dan sehingg. Ramlan (1987:96) menjelaskan fungsi keterangan sebagai berikut.

Berbeda dengan objek dan pelengkap yang selalu terletak di belakang predikat, dalam satuan klausa, keterangan umumnya mempunyai letak yang bebas, artinya terletak di depan subjek dan predikat, dapat terletak di antara subjek dan predikat, dapat juga terletak di belakang sekali. 

Hanya sudah tentu tidak mungkin terletak di antara predikat dan objek, dan di antara predikat dan pelengkap, karena objek dan pelengkap boleh dikatakan selalu menduduki tempat langsung di belakang predikat, setidak-tidaknya mempunyai kecenderungan demikian.

Berikut ini beberapa ciri-ciri  unsur keterangan.
1. Bukan unsur utama

Berbeda dari subjek, predikat, objek, dan pelengkap, keterangan merupakan unsur tambahan yang kehadirannya dalam struktur dasar kebanyakan tidak bersifat wajib.
2. Tidak terikat posisi

Keterangan merupakan unsur kalimat yang memiliki kebebasan tempat. Keterangan dapat menempati posisi di awal atau akhir kalimat, atau di antara subjek dan predikat.
Berikut beberapa jenis keterangan yang dibedakan berdasarkan perannya di dalam kalimat.

a. Keterangan waktu

Keterangan waktu dapat berupa kata, frasa, atau anak kalimat. Keterangan yang berupa kata adalah kata-kata yang menyatakan waktu, seperti kemarin, besok, sekarang, kini, lusa, siang, dan malam. Keterangan waktu yang berupa frasa merupakan untaian kata yang menyatakan waktu, seperti kemarin pagi, hari Senin, 7 Mei, dan minggu depan

Keterangan waktu yang berupa anak kalimat ditandai oleh konjungsi yang menyatakan waktu, seperti setelah, sesudah, sebelum, saat, sesaat, sewaktu, dan ketika.
Contoh 1.
Setelah tugas itu selesai, kau boleh pergi.
Contoh 2.
Mereka menunggu Robi sampai pukul dua siang.
Contoh 3.
Saya kemarin sore pergi ke pasar.
b. Keterangan tempat
Keterangan tempat berupa frasa yang menyatakan tempat yang ditandai oleh preposisi, seperti di, ke, pada, dan dalam.
Contoh 1.
Pada malam Sabtu dia pulang dari Medan.
Contoh 2.
Pencuri mengamati seseorang dari dalam ruangan.
Contoh 3.
Ibu setiap hari pergi ke kota.

c. Keterangan cara

Keterangan cara dapat berupa kata ulang, frasa, atau anak kalimat yang menyatakan cara. Keterangan cara yang berupa kata ulang merupakan perulangan adjektiva. Keterangan cara yang berupa frasa ditandai oleh kata dengan atau secara.

Contoh 1.
Dia tidak menulis surat itu dengan tangan, melainkan diketik dengan computer.
Contoh 2.
Meskipun tidak diizinkan pergi, dia tetap pergi secara diam-diam.
d. Keterangan sebab

Keterangan sebab berupa frasa atau anak kalimat. Keterangan sebab yang berupa frasa ditandai oleh kata karena atau lantaran yang diikuti oleh nomina atau frasa nomina. Keterangan sebab yang berupa anak kalimat ditandai oleh konjungtor karena atau lantaran.

Contoh 1.
Tuti tidak diizinkan datang ke rumah itu, lantaran Ayahnya sakit hati.
Contoh 2.
Yunus tidak melanjutkan kuliah karena berniat jadi TKI di Malasyia.

d. Keterangan tujuan

Keterangan ini berupa frasa atau anak kalimat. Keterangan tujuan yang berupa frasa ditandai oleh kata untuk atau demi, sedangkan keterangan tujuan yang berupa anak kalimat ditandai oleh konjungtor supaya, agar, atau untuk.

Contoh 1.
Murid-murid belajar supaya pandai.
Contoh 2.
Marilah kita mengheningkan cipta bagi pahlawan yang telah gugur.
Contoh 3.
Dia selalu berusaha keras agar dapat melanjutkan.
e. Keterangan aposisi
Keterangan aposisi memberi penjelasan nomina, misalnya, subjek atau objek. Jika ditulis, keterangan ini diapit tanda koma, tanda pisah (-).
Contoh 1.
Dosen saya, Bu Erwin, terpilih sebagai dosen teladan.

f. Keterangan tambahan

Keterangan tambahan memberi penjelasan nomina (subjek ataupun objek), tetapi berbeda dari keterangan aposisi. Keterangan aposisi dapat menggantikan unsur yang diterangkan, sedangkan keterangan tambahan tidak dapat menggantikan unsur yang diterangkan.
Contoh 1.
Siswanto, mahasiswa tingkat lima, mendapat beasiswa.

g. Keterangan pewatas

Keterangan pewatas memberikan pembatas nomina, misalnya, subjek, predikat, objek, keterangan, atau pelengkap. Jika keterangan tambahan dapat ditiadakan, keterangan pewatas tidak dapat ditiadakan. Contohnya sebagai berikut.

(a) Mahasiswa yang mempunyai IP tiga lebih mendapat beasiswa.

Contoh di atas menjelaskan bahwa bukan semua mahasiswa yang mendapat beasiswa, melainkan hanya mahasiswa yang mempunyai IP  tiga lebih.

 

Penulis adalah Pemimpin Redaksi Jurnal Aceh Edukasi dan Guru SMA Negeri 1 Lhokseumawe 


 

 

 

Berita Terkait

Posting Komentar

0 Komentar