Oleh Mukhlis, S.Pd., M.Pd.
S P
Kalimat Majemuk Bertingkat
Pada kalimat di atas, klausa utama Dia mengatakan digabungkan dengan klausa subordinatif ibunya akan datang besok dengan menggunakan konjungsi bahwa. Dalam kalimat yang telah digabungkan, klausa subordinatif menduduki posisi objek. Jadi objek tersebut merupakan anak kalimat.
Dalam hal ini, klausa subordinatif melengkapi apa yang dinyatakan oleh verba klausa utama atau oleh nomina subjek, baik yang dinyatakan maupun tidak. Subordinatif yang sering dipakai adalah bahwa.
Kalimat majemuk bertingkat dapat pula disusun dengan memperluas salah satu fungsi sintaksisnya (fungsi S, P, O, dan ket) dengan klausa. Perluasan itu dilakukan dengan menggunakan yang.
Dalam kalimat 1) fungsi S (subjek) teman saya diperluas dengan klausa yang menjadi juri pada festival itu. Dalam kalimat contoh 2) fungsi P (predikat) dokter merupakan predikat dalam kalimat nominal, diperluas dengan klausa yang bertugas di desa kami.
Sedangkan dalam kalimat contoh 3) fungsi O (objek) pencuri kayu diperluas dengan klausa yang telah merugikan negara. Dalam kalimat contoh 4 fungsi keterangan di kota diperluas dengan klausa yang berpenduduk padat itu.
Baca juga: Memahami Pengertian dan Jenis Pribahasa dalam Bahasa Indonesia
Kalimat majemuk bertingkat dapat terjadi dari hasil gabungan klausa utama dan klausa subordinatif yang berupa klausa adverbial. Dalam hal ini, yang menjadi klausa adverbial menduduki fungsi sebagai keterangan. Klausa utama menjadi induk kalimat dan klausa adverbial menjadi anak kalimat.
Untuk menggabungkan klausa utama dengan klausa adverbial dalam kalimat majemuk bertingkat digunakan kata penghubung. Makna kata penghubung dalam kalimat majemuk bertingkat terdiri atas tiga belas makna, yaitu (1) makna waktu, (2) makna syarat, (3) makna tujuan, (4) makna konsesif, (5) makna perbandingan, (6) makna penyebab, (7) makna akibat, (8) makna cara, (9) makna sangkalan, (10) makna kenyataan, (11) makna hasil, (12) makna penjelasan, (13) makna atributif (Moeliono, 2002:323). Berikut penulis jelaskan secara rinci.
(1) Makna Waktu
Makna waktu menyatakan waktu terjadinya, waktu permulaan, maupun waktu berakhirnya peristiwa atau keadaan. Kata penghubung yang digunakan untuk menandai hubungan waktu ini ialah setelah, sesudah, sebelum, sehabis, sejak, selesai, ketika, sewaktu, sementara, selagi, sampai.
Contoh 1
(2) Makna Syarat
Makna syarat terdapat klausa bukan inti menyatakan syarat bagi terlaksananya apa yang tersebut dalam klausa inti. Konjungsi yang sering digunakan dalam hubungan syarat yaitu jika, kalau, asalkan, bila, manakala, umpamanya, seandainya.
Makna penyebab apabila kalimatnya terdapat klausa subordinatif yang menyatakan sebab atau alasan terjadinya apa yang dinyatakan dalam klausa utama. Konjungsi yang digunakan yaitu sebab, karena, oleh karena.
Makna sangkalan digunakan untuk menyatakan kenyataan yang berlawanan dengan keadaan yang sebenarnya. Konjungsi yang dipakai yaitu seakan-akan, dan seolah-olah.
Contoh 1.
Unsur-Unsur Fungsional dalam Kalimat Majemuk Bertingkat
Suatu pernyataan merupakan kalimat, jika di dalam pernyataan itu sekurang-kurangnya terdapat predikat dan subjek, baik disertai objek, pelengkap, atau keterangan maupun tidak, bergantung kepada tipe verba predikat kalimat tersebut.
Suatu untaian kata yang tidak memiliki predikat disebut frasa. Untuk menentukan predikat suatu kalimat, dapat dilakukan pemeriksaan apakah ada verba (kata kerja) dalam untaian kata tersebut.
Dalam bentuk lisan, unsur subjek dan predikat itu dipisahkan oleh jeda yang ditandai oleh pergantian intonasi. Relasi antar kedua unsur ini dinamakan relasi predikatif, yaitu relasi yang memperlihatkan hubungan subjek dan predikat.
Sebaliknya suatu unsur disebut frasa jika unsur itu terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak terdapat predikat di dalamnya, dan satu dari kata-kata itu sebagai inti serta yang lainnya sebagai penjelas. Biasanya frasa itu mengisi tempat subjek, predikat, objek, pelengkap, atau keterangan. Relasi kata yang menjadi inti dan kata yang menjadi penjelas ini dinamakan sebagai atributif.
Unsur anak kecil itu (subjek) yang menjadi intinya adalah anak karena dalam unsur itu anak tidak dapat ditiadakan dan kata itu dapat mewakili unsur subjek. Demikian juga, pandai sekali intinya adalah pandai karena kata pandai tidak dapat ditiadakan dan kata itu dapat mewakili unsur predikat.
Contoh di atas merupakan kalimat karena terdapat dua unsur yang menjadi syarat dari suatu kalimat. Rangkaian kata anak kecil itu mewakili unsur subjek, sedangkan pandai sekali mewakili unsur predikat.
Untuk memahami sebuah kalimat dihasilkan memenuhi syarat kaidah tata bahasa, perlu dikenal ciri-ciri subjek, predikat, objek, pelengkap dan keterangan. Kalimat yang benar harus memiliki kelengkapan unsur kalimat. Selain itu pengenalan ciri-ciri unsur kalimat ini juga berperan untuk menguraikan kalimat atas unsur-unsurnya.
Berikut penulis jelaskan secara rinci unsur-unsur fungsional dalam kalimat majemuk bertingkat.
Anak Kalimat Perluasan Subjek
Umumnya subjek tidak dapat didahului oleh preposisi seperti di, dalam, bagi, kepada, dari, dengan, untuk, dan lain-lain. Berikut contoh kalimat yang rancu karena tidak jelas kedudukan subjek.
2) Kepada para mahasiswa perlu diajar bahasa Indonesia.
3) Dengan kejadian itu menunjukkan bahwa pekerjaannya tidak beres.
Kalimat di atas diperbaiki sebagai berikut.
Sugono (20037) menjelaskan ciri-ciri subjek sebagai berikut.
2. Disertai Kata Itu
Kebanyakan subjek dalam bahasa Indonesia bersifat takrif (definite). Untuk menyatakan takrif, biasanya digunakan kata itu. Subjek yang sudah takrif misalnya nama orang, nama negara, instansi, atau nama diri lain dan juga pronomina tidak disertai kata itu.
3. Didahului kata bahwa
Di dalam kalimat pasif kata bahwa merupakan penanda bahwa unsur yang menyertainya adalah anak kalimat pengisi fungsi subjek. Di samping itu, kata bahwa juga merupakan penanda subjek yang berupa anak kalimat pada kalimat yang menggunakan kata adalah atau ialah.
4. Mempunyai keterangan pewatas yang
Kata yang menjadi subjek suatu kalimat dapat diberi keterangan lebih lanjut dengan menggunakan penghubung yang. Keterangan ini dinamakan keterangan pewatas.
5. Tidak didahului preposisi
Subjek tidak didahului preposisi, seperti dari, dalam, di, ke, kepada, pada. Orang sering memulai kalimat dengan menggunakan kata-kata seperti itu sehingga menyebabkan kalimat-kalimat yang dihasilkan tidak bersubjek.
6. Berupa nomina atau frasa nominal
Subjek kebanyakan berupa nomina atau frasa nominal. Di samping nomina, subjek dapat berupa verba atau adjektiva, biasanya, disertai kata penunjuk itu.
Kalimat di atas adalah kalimat majemuk bertingkat, akan jadi bintang kelas sebagai induk kalimat, jadi bintang sebagai predikat, kelas sebagai objek atau pelengkap pelaku, akan sebagai keterangan sesuatu yang akan terjadi. Sedangkan kalimat yang tidak pernah bosan belajar sebagai anak kalimat perluasan subjek, yang sebagai subjek, tidak pernah sebagai predikat, bosan belajar sebagai objek atau pelengkap penderita.
Anak Kalimat Perluaan Predikat
1. Jawaban atas pertanyaan mengapa atau bagaimana
2. Kata adalah atau ialah
Predikat kalimat dapat berupa kata adalah atau ialah. Predikat itu terutama digunakan jika subjek kalimat berupa unsur yang panjang sehingga batas antara subjek dan pelengkap tidak jelas.
3. Dapat diingkarkan
Predikat dalam bahasa Indonesia mempunyai bentuk pengingkaran yang diwujudkan oleh kata tidak. Bentuk pengingkaran tidak ini digunakan untuk predikat yang berupa verba atau adjektiva. Di samping tidak sebagai penanda predikat, kata bukan juga merupakan penanda predikat yang berupa nomina atau predikat kata merupakan.
4. Dapat disertai kata-kata aspek atau modalitas
Predikat kalimat yang berupa verba atau adjektiva dapat disertai kata-kata aspek seperti telah, sudah, sedang, belum, dan akan. Kata-kata itu terletak di depan verba atau adjektiva.
Kalimat yang subjeknya berupa nomina bernyawa dapat juga disertai modalitas, kata-kata yang menyatakan sikap pembicara (subjek), seperti ingin, hendak, dan mau.
- Kata, misalnya verba, adjektiva, atau nomina.
- Frasa, misalnya frasa verbal, frasa adjektival, frasa nominal, frasa numeralia (bilangan).
Contoh anak kalimat perluasan predikat
Contoh 1.
Jalan itu aspal. (kalimat tunggal)
P
Jalan itu bahannya terbuat dari benda keras (kalimat majemuk bertingkat)
P
Berdasarkan contoh di atas dapat dipahami bahwa, anak kalimat pengganti predikat hanya terdapat dalam kalimat nominal.
Anak Kalimat Perluasan Objek
Objek adalah konstituen kalimat yang dihadirkan oleh predikat yang berupa verbal transitif pada kalimat aktif. Objek selalu berada di tengah predikat. Untuk mengenal objek, dapat memperhatikan jenis predikat yang dilengkapinya dan ciri-ciri objek.
Objek merupakan unsur kalimat yang bersifat wajib dalam susunan kalimat aktif transitif, yaitu kalimat yang sedikitnya mempunyai tiga unsur utama, subjek, predikat, dan objek.
Predikat yang berupa verba intransitif (kebanyakan berawalan ber- atau ter-) tidak memerlukan objek, sedangkan verba transitif yang memerlukan objek kebanyakan berawalan me-. Soeseno (2009:8) menjelaskan ciri-ciri objek sebagai berikut.
Objek hanya memiliki tempat di belakang predikat, tidak pernah mendahului predikat.
2. Dapat menjadi subjek kalimat pasif
Objek yang hanya terdapat dalam kalimat aktif dapat menjadi subjek dalam kalimat pasif. Perubahan dari aktif ke pasif ditandai dengan perubahan unsur objek dalam kalimat aktif menjadi subjek dalam kalimat pasif yang disertai dengan perubahan bentuk verba predikatnya.
Objek yang selalu menempati posisi di belakang predikat tidak didahului preposisi. Dengan kata lain, di antara predikat dan objek tidak dapat disisipkan preposisi.
Anak kalimat pengganti nomina ditandai oleh kata bahwa dan anak kalimat ini dapat menjadi unsur objek dalam kalimat transitif.
Contoh kalimat anak kalimat perluasan objek.
Abang menikahi Wulan (kalimat tunggal)
O
O
Anak Kalimat Perluasan Pelengkap
1. Bersifat wajib ada karena melengkapi makna verba predikat kalimat.
2. Menempati posisi di belakang predikat.
3. Tidak didahului preposisi.
Perbedaannya terletak pada kalimat pasif. Pelengkap tidak menjadi subjek dalam kalimat pasif. Jika terdapat objek dan pelengkap dalam kalimat aktif, objeklah yang menjadi subjek kalimat pasif, bukan pelengkap. Berikut ciri-ciri pelengkap.
1. Di belakang predikat
Ciri ini sama dengan objek. Perbedaannya, objek langsung di belakang predikat, sedangkan pelengkap masih dapat disisipi unsur lain, yaitu objek. Contohnya terdapat pada kalimat berikut.
Contoh 1.
Contoh 2.
Mereka membelikan ayahnya sepeda baru.
Unsur kalimat buku baru, sepeda baru di atas berfungsi sebagai pelengkap dan tidak mendahului predikat.
2. Dapat didahului oleh preposisi.
Contoh 1.
Wanita muda itu bercerita tentang Ibunya.
Contoh 2.
Dia membeli rumah untuk adiknya.
3. Kalimatnya tidak dapat dijadikan bentuk pasif, jika dapat dipastikan, pelengkap itu tidak dapat menjadi objek.
Contoh 1.
Ayah mengirimkan kami uang.
Contoh 2.
Kami dikirimkan uang oleh Ayah.
4. Tidak dapat diganti dengan-nya, kecuali dalam kombinasi preposisi selain di, ke, dan akan.
Contoh 1.
Ibu menjahit baju untuk dia.
Contoh 2.
Ibu menjahit baju untuknya.
Anak Kalimat Perluasan Keterangan
Keterangan merupakan unsur kalimat yang memberikan informasi lebih lanjut tentang suatu yang dinyatakan dalam kalimat, misalnya memberi informasi tentang tempat, waktu, cara, sebab, dan tujuan. Keterangan ini dapat berupa kata, frasa, atau anak kalimat.
Keterangan yang berupa frasa ditandai oleh preposisi, seperti di, ke, dari, dalam, pada, kepada, terhadap, tentang, oleh, dan untuk. Keterangan yang berupa anak kalimat ditandai dengan kata penghubung, seperti ketika, karena, meskipun, supaya, jika, dan sehingg. Ramlan (1987:96) menjelaskan fungsi keterangan sebagai berikut.
Berbeda dengan objek dan pelengkap yang selalu terletak di belakang predikat, dalam satuan klausa, keterangan umumnya mempunyai letak yang bebas, artinya terletak di depan subjek dan predikat, dapat terletak di antara subjek dan predikat, dapat juga terletak di belakang sekali.
Hanya sudah tentu tidak mungkin terletak di antara predikat dan objek, dan di antara predikat dan pelengkap, karena objek dan pelengkap boleh dikatakan selalu menduduki tempat langsung di belakang predikat, setidak-tidaknya mempunyai kecenderungan demikian.
1. Bukan unsur utama
Berbeda dari subjek, predikat, objek, dan pelengkap, keterangan merupakan unsur tambahan yang kehadirannya dalam struktur dasar kebanyakan tidak bersifat wajib.
2. Tidak terikat posisi
Keterangan merupakan unsur kalimat yang memiliki kebebasan tempat. Keterangan dapat menempati posisi di awal atau akhir kalimat, atau di antara subjek dan predikat.
Berikut beberapa jenis keterangan yang dibedakan berdasarkan perannya di dalam kalimat.
a. Keterangan waktu
Keterangan waktu dapat berupa kata, frasa, atau anak kalimat. Keterangan yang berupa kata adalah kata-kata yang menyatakan waktu, seperti kemarin, besok, sekarang, kini, lusa, siang, dan malam. Keterangan waktu yang berupa frasa merupakan untaian kata yang menyatakan waktu, seperti kemarin pagi, hari Senin, 7 Mei, dan minggu depan.
Contoh 1.
Setelah tugas itu selesai, kau boleh pergi.
Contoh 2.
Mereka menunggu Robi sampai pukul dua siang.
Contoh 3.
Saya kemarin sore pergi ke pasar.
b. Keterangan tempat
Keterangan tempat berupa frasa yang menyatakan tempat yang ditandai oleh preposisi, seperti di, ke, pada, dan dalam.
Contoh 1.
Pada malam Sabtu dia pulang dari Medan.
Contoh 2.
Pencuri mengamati seseorang dari dalam ruangan.
Contoh 3.
Ibu setiap hari pergi ke kota.
c. Keterangan cara
Keterangan cara dapat berupa kata ulang, frasa, atau anak kalimat yang menyatakan cara. Keterangan cara yang berupa kata ulang merupakan perulangan adjektiva. Keterangan cara yang berupa frasa ditandai oleh kata dengan atau secara.
Dia tidak menulis surat itu dengan tangan, melainkan diketik dengan computer.
Contoh 2.
Meskipun tidak diizinkan pergi, dia tetap pergi secara diam-diam.
d. Keterangan sebab
Keterangan sebab berupa frasa atau anak kalimat. Keterangan sebab yang berupa frasa ditandai oleh kata karena atau lantaran yang diikuti oleh nomina atau frasa nomina. Keterangan sebab yang berupa anak kalimat ditandai oleh konjungtor karena atau lantaran.
Tuti tidak diizinkan datang ke rumah itu, lantaran Ayahnya sakit hati.
Contoh 2.
Yunus tidak melanjutkan kuliah karena berniat jadi TKI di Malasyia.
d. Keterangan tujuan
Keterangan ini berupa frasa atau anak kalimat. Keterangan tujuan yang berupa frasa ditandai oleh kata untuk atau demi, sedangkan keterangan tujuan yang berupa anak kalimat ditandai oleh konjungtor supaya, agar, atau untuk.
Murid-murid belajar supaya pandai.
Contoh 2.
Marilah kita mengheningkan cipta bagi pahlawan yang telah gugur.
Contoh 3.
Dia selalu berusaha keras agar dapat melanjutkan.
e. Keterangan aposisi
Keterangan aposisi memberi penjelasan nomina, misalnya, subjek atau objek. Jika ditulis, keterangan ini diapit tanda koma, tanda pisah (-).
Contoh 1.
Dosen saya, Bu Erwin, terpilih sebagai dosen teladan.
f. Keterangan tambahan
Keterangan tambahan memberi penjelasan nomina (subjek ataupun objek), tetapi berbeda dari keterangan aposisi. Keterangan aposisi dapat menggantikan unsur yang diterangkan, sedangkan keterangan tambahan tidak dapat menggantikan unsur yang diterangkan.
Contoh 1.
Siswanto, mahasiswa tingkat lima, mendapat beasiswa.
g. Keterangan pewatas
Keterangan pewatas memberikan pembatas nomina, misalnya, subjek, predikat, objek, keterangan, atau pelengkap. Jika keterangan tambahan dapat ditiadakan, keterangan pewatas tidak dapat ditiadakan. Contohnya sebagai berikut.
(a) Mahasiswa yang mempunyai IP tiga lebih mendapat beasiswa.
Contoh di atas menjelaskan bahwa bukan semua mahasiswa yang mendapat beasiswa, melainkan hanya mahasiswa yang mempunyai IP tiga lebih.
0 Komentar