Oleh: Afli Handayani, ST
Hidup ini indah, setiap orang mencoba melakukan hal yang begitu berarti dalam hidupnya, prosesnya harus dijalani secara teratur dan terencana. Manusia itu bewaral dari masa balita, siswa siswa, remaja , dewasa dan tua. Banyak orang yang sering lupa mengisi hidupnya dengan keindahan dan ke syukuran.
Berubah adalah kata kunci dalam hidup, semua orang mengalami metamorfosa. Mulai dari siswa sampai ke usia senja. Adakalanya Kita berhenti pada titik di mana Kita mendambakan hidup yang berarti dan bernilai.
Semua berawal dari rasa ingin menjadi yang terbaik. Sekolah adalah miniatur tempat mengasah otak dan menimba ilmu. Semua yang dijalani akan terlihat di kemudian hari. Penulispun ingin menjadi orang yang bernilai di mata masyarakat dan orang banyak.
Dalam hal ini, kupu-kupu mencontohkan kepada Kita bagaimana hidup itu dijalani. Mulai dari prosesnya menjadi kepompong, menjadi ulat dan terakhir menjadi kupu-kupu yang indah. Semua begitu menakjubkan. Prosesnya unik dan panjang, begitupun dengan Kita. Menjalani hari -hari dengan penuh suka cita.
Misalnya, ketika di sekolah Kita belajar menjadi tahu tentang hal yang Kita tidak tahu. Belajar menjadi berarti dan bernilai agar di kemudian hari Kita tetap dikenang dan diingat. Hadirnya Kita ke dunia bukan hanya sekedar ada, namun membawa kemaslahatan bagi yang lainnya.
Baca Juga: Teaching Factory, Mencetak Guru Inovatif dan Lulusan SMK yang Siap Kerja
Semua siswa berproses seperti itu, katakanlah Doni yang bersekolah di SMKN 1 Tanah Jambo Aye, awal masuk SMK, Dia banyak tidak tahu mengenai dunia SMK. Dia belajar dan belajar, berguru dan mematuhi setiap arahan dari guru, jadilah Dia seorang yang berarti di kemudian hari. Tadinya hanya sekedar teori sekarang berubah, Doni menjadi seorang praktisi.
Banyak hal yang diajarkan di sekolah, banyak juga pengalaman yang didapat di sana, meskipun ada saja cobaan dan halangan yang silih berganti. Namun, sejatinya pembelajar adalah pejuang sejati yang tak kenal kata lelah dan mati.
Hebatnya dunia sekarang ini mengharuskan Kita senantiasa bermetamorfosa agar lebih berarti dan tidak tergerus oleh peradaban. Perjalanan yang dijalani sangat indah dan berarti menyisakan kenangan-kenangan yang akan diingat sampai mati.
Mulai dari Tidak Tahu Menjadi Tahu
Sekolah adalah tempat peradaban di mulai. Di sanalah tempat bersemayamnya pendididk dan pembelajar sejati. Ilmu yang diberikan coba diresapi dan direguk sampai habis oleh peserta didik. Semua yang ingin manjadi lebih baik dan bermutu akan menuju ke tempat itu. Tempat di mana karakter dan wawasan bersanding tegak dan sejalan.
Dalam hal ini, semua berawal dari tidak tahu, Hari berganti waktu berlalu, kegelapan pun berubah jadi cahaya yang menyinari dan menjadi pelita bagi siswa. Semua berawal dari kepatuhan dan rasa hormat serta simpati yang mendalam terhadap sang pengajar, sehingga ilmu pun siap bertebar di kepala peserta didik.
Proses demi proses dijalani dan dilaksanakan sesuai arahan dan panduan. Semua diawali dengan perkenalan dan harapan, disambut baik dengan senyum serta rasa suka cita oleh sang siswa.
Seperti hal yang sudah disebutkan di atas, hari berganti waktu berlalu semua terus berproses dan berjalan seiring waktu. Seseorang yang tadinya belum tau, lambat tapi pasti akan bisa teratasi.
Karakter yang terbangun adalah gambaran diri. Sejatinya menjadi pembelajar tidak hanya tahu teori tetapi juga tahu berempati dan aplikasi.
Sebaliknya, perjalanan ini panjang dan melelahkan, hanya bagi yang bisa melihatnya dari sisi positif yang akan menjadi pemenang. Ketika datang ke sekolah ini,
Kita hanya sebuah kertas yang lembarannya banyak yang kosong, namun seiring waktu kertas ini terus terisi dengan hal-hal yang berarti. Tadinya Kita “Tidak tahu” kini berubah menjadi “Tahu” .
Selanjutnya, belajar merupakan suatu proses usaha sadar yang dilakukan oleh individu untuk suatu perubahan dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak memiliki sikap menjadi bersikap benar, dari tidak terampil menjadi terampil melakukan sesuatu. Belajar tidak hanya sekedar memetakan pengetahuan atau informasi yang disampaikan.
Namun bagaimana melibatkan individu secara aktif membuat atau pun merevisi hasil belajar yang diterimanya menjadi suatu pengalaman yang bermanfaat bagi pribadinya. Pembelajaran merupakan suatu sistem yang membantu individu belajar dan berinteraksi dengan sumber belajar dan lingkungan. https://akupintar.id/info-pintar/-/blogs/macam-macam-teori-belajar-dan-pembelajaran-yang-harus-guru-tahu Diakses 03 Desember 2024.
Maksud dari “Belajar merupakan suatu proses usaha sadar” adalah dengan belajar semua akan mengalami perubahan ke arah yang lebih baik. Tentunya itu harus disertai dengan proses kesadaran dan kemantapan hati dalam menjalani proses. Oleh sebab itulah, menjadi agent of change (agen perubahan) adalah bagian dari cita -cita pembelajar sejati.
Selanjutnya, proses yang dilakukan individu untuk suatu perubahan adalah hal mutlak yang disematkan kepada pembejar sejati. Contohnya saja siswa SMKN 1 Tanah Jambo Aye, mereka adalah individu yang masih belum tahu ketika masuk ke lingkungan sekolah, namun seiring berjalannya waktu setiap hari mereka menjalani proses belajar yang tidak hanya berkutat pada teori, namun juga praktek. Dan perubahan pun dimulai dari sana.
Arti belajar adalah suatu proses perubahan kepribadian seseorang di mana perubahaan tersebut dalam bentuk peningkatan kualitas perilaku, seperti peningkatan pengetahuan, keterampilan, daya pikir, pemahaman, sikap, dan berbagai kemampuan lainnya. Rasa ingin tahu yang tinggi ibarat pengemudi dalam pembelajaran, Ia berperan sebagai penggerak untuk membangun pengetahuan siswa. Selain itu, keingintahuan juga mempersiapkan otak untuk belajar. siswa senang mempelajari sesuatu yang menarik baginya, ketika siswa-siswa menjadi penasaran, otak menjadi alat pengumpul informasi yang bergerak cepat saat pembelajaran berlangsung. Oleh karena itu, hendaknya pembelajaran harus berangkat dari rasa ingin tahu ini.http://repository.iainpare.ac.id/id/eprint/1639/1/Belajar%20Dan%20Pembelajaran.pdf di akses 05 Desember 2024.
Rasa ingin tahu yang tinggi ibarat pengemudi dalam pembelajaran adalah perasaan yang timbul dari seorang pembelajar sejatilah yang akan menuntun setiap siswa untuk berkeliling dan berputar ke area ilmu yang bisa di jamah. Apa menjadi target pembelajaran itu sendiri dapat tercapai dan terealisasi dengan baik.
Mulai dari Teori Menjadi Aplikasi
Sekolah terbagi menjadi dua bagian , dibedakan sesuai fungsi dan cara kerjanya. Terdapat dua kategori, yaitu Sekolah Menengah Umum (SMU) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Kedua nya memiliki fungsi dan peran yang sama hanya saja cara kerjanya yang berbeda. Sekolah umum lebih mengedepankan teori sementara sekolah kejuruan lebih menekankan nilai praktek (Aplikasi).
Pilihan yang diambil sesuai dengan minat dan karakter siswa masing-masing. Saya akan mengupas tentang sekolah kejuruan, dimana dewasa ini menurut perhatian saya, siswa di era Gen Z ini lebih senang dengan praktik dari pada teori. Gen Z lebih tertarik untuk belajar secara aktif di lapangan dan menyukai praktik seperti yang di terapkan di sekolah kejuruan.
Pembangunan pendidikan sebagai salah satu peran pendidikan sebagaimana dinyatakan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah untuk menumbuhkan lingkungan belajar dan proses pembelajaran itu sendiri. Memungkinkan peserta didik mengembangkan potensinya dalam hal spiritualitas,, disiplin diri, kepribadian, kecerdasan, nilai-nilai mulia, dan keterampilan yang diperlukan untuk diri mereka sendiri, masyarakat, bangsa, dan negara. Pendidikan berfungsi sebagai alat yang ampuh yang mendorong individu untuk menyelaraskan tindakan mereka dengan norma-norma sosial yang berlaku. https://imparo.net/hubungan-antara-teori-dan-praktik-terhadap-pembangunan-pendidikan/di akses tanggal 03 Desember 2024
Untuk merealisasikan kutipan di atas, dapat disertai dengan contoh sebagai berikut. Lingkungan Belajar yang kondusif,dan Agama, kepribadian dan disiplin, kecerdasan dan keterampilan, nilai mulia, dan kontribusi sosial adalah contoh perilaku yang dimunculkan.
Adapun untuk memudahkan memahami kutipan di atas, penulis akan menjabarkan konsepnya satu persatu. Lingkungan belajar yang kondusif adalah sekolah yang bisa menciptakan suasana yang inklusif , nyaman, aman dengan program seperti penerapan budaya positif, penerapan 5S (sapa, senyum, salam , sopan, santun). Ini bertujuan menanamkan nilai spiritual dan disiplin.
Selanjutnya, untuk spiritual dan agama. Program ini bisa dibuat dalam bentuk program pengajian, mentoring agama, atau lomba keagamaan yang diadakan secara berkala dan berkelanjutan serta terencana agar siswa lebih terasah kemampuannya dan konsisten terhadap pilihan yang di pilih.
Kemudian program kepribadian dan disiplin. Program ini bisa dijabarkan dalam bentuk Program "Sekolah Tanpa Sampah". Melatih siswa agar membiasakan diri lebih bertanggung jawab dan lebih peduli dengan penerapan program yang sudah ditetapkan.
Baca Juga: Di Bawah Langit 2024: Cerita Guru yang Tak Pernah Usai
Nilai Kecerdasan dan keterampilan. Pada tahapan ini bisa diwujudkan dalam bentuk Project-Based Learning (PBL) seperti pembuatan produk kreatif atau solusi teknologi. Sewajarnya ini menjadi poin penting dalam sekolah kejuruan yang lebih menitik beratkan pada praktek dan kewirausahaan.
Nilai Mulia. Pada program ini lebih menonjolkan pada Pendidikan karakter melalui class meeting yang menanamkan kerja sama dan sportivitas. Serta membangun kolaborasi yang baik antarsiswa. Kolaborasi ini sangat penting dalam pelaksanaan setiap project yang di lakukan di sekolah kejuruan.
Terakhir kontribusi sosial pada tahapan ini di mulai dengan Kegiatan "Gerakan Literasi Desa" untuk meningkatkan peran siswa di masyarakat. Kita tahu bahwa , dukungan dan peran dari masyrakat terhadap dunia Pendidikan juga memiliki peran yang sangat penting demi terwujudnya lingkungan belajar yang aman , nyaman dan serasi.
Melangkah dari teori ke tahap aplikasi memerlukan pemahaman yang mendalam. Analisis kebutuhan yang cermat, dan perencanaan yang matang. Penting untuk memahami konsep dasar secara utuh dan menggali contoh penerapan teori dalam praktik. Selanjutnya, strategi aplikasi dirancang dengan memperhatikan langkah-langkah konkret serta sumber daya yang dibutuhkan.
Proses penerapan di lapangan harus diikuti dengan evaluasi dan refleksi untuk menilai keberhasilan serta menentukan langkah perbaikan. Dengan begitu, pengalaman tersebut dapat menjadi panduan bagi penerapan lebih lanjut, membawa manfaat tidak hanya bagi diri sendiri tetapi juga orang lain.
Sebagaimana pepatah bijak mengatakan, “Ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang diamalkan.”. Konsep Kihadjar Dewantara adalah konsep dasar yang menekankan pembelajaran berbasis pada siswa. Dimana dalam penerapannya membutuhkan konsistensi dan kestabilan jiwa.
Sekolah adalah Tempat Melakukan Perubahan
Setiap proses berawal dari Pendidikan, dan sejatinya pendidikan itu adalah jenjang yang harus dilewati dengan suka cita dan bahagia. Setiap orang berproses dan berubah, dari tidak baik menjadi baik, dari baik menjadi lebih baik lagi.
Penasaran adalah rasa yang dimunculkan, karena ingin tahu tentang sesuatu. Saya rasa inilah proses dari pendidikan itu sendiri. Proses pendidikan pada dasarnya adalah menumbuhkan rasa penasaran dari siswa tentang suatu ilmu. Karena penasaran mereka akan mencoba terus mencari dan terus mencari tahu sehingga menemukan jawabannya. https://www.purisdiki.or.id/2018/09/proses-pendidikan-berawal-dari-rasa.html di akses 03 desember 2024
Atas penafsiran inilah, penulis mencoba untuk menarik benang merah dari penjabaran subjudul di atas agar lebih mudah dipahami oleh pembaca, dan atas landasan inilah penulis menyebut bahwa sekolah adalah tempat melakukan perubahan.
Kihajar Dewantara mengatakan bahwa “Pendidikan adalah tempat bersemayamnya benih-benih kebudayaan.” Kebudayaan di sini memiliki arti peradaban. " Peradaban apa yang ingin Kita bentuk, merupakan pekerjaan paling penting adalah pendidikan. Apa yang dikerjakan di pendidikan bukan sekadar pekerjaan tapi pekerjaan untuk meletakkan pondasi peradaban bangsa,". Untuk menyikapi perubahan menurut Ki Hajar Kita perlu melihat dua hal. Pertama adalah kodrat alamnya dan kedua kodrat zamannnya.https://gurudikdas.kemdikbud.go.id/news/Perubahan-dalam-Dunia-Pendidikan-Perlu-Dilakukan di akses 05 Desember 2024
Ketika Kita ingin memaknai kodrat alam yang sejatinya merupakan tempat di mana masyarakat berada. Dan itu sangat mempengaruhi bagaimana kebudayaan dibentuk dan seperti apa perubahan yang harus dilakukan di dalamnya juga seperti apa tingkat kebutuhannya. Meskipun alamnya sama tapi zamannya berbeda akan membawa tuntutan perubahan yang berbeda pula.
Dari dua kutipan di atas terdapat dua perbedaanyang terlihat jelas secara harfiah. Kutipan pertama, memberi gambaran tentang rasa penasaran yang muncul. Ilmu pengetahuan semakin Kita kuasai, jika rasa penasaran dan rasa ingin tahu yang timbul secara teus menerus.
Sedangkan kutipan kedua, membahas tentang pemikiran Bapak Pendidikan Indonesia yaitu Bapak Ki Hadjar Dewantara tentang pendidikan adalah tempat bersemayamnya kebudayaan, dan peradaban dimulai dari tempat itu pula. Kodrat alam dan kodrat zaman juga menjadi poin dalam pembentukan karakter siswa. Sejatinya penulis menghimbau para pendidik agar lebih bijaksana dan lebih berfokus pada arahan Bapak Pendidikan Nasional.
Untuk memudahkan pemahaman pembaca tentang masalah yang sudah di kupas di atas , penulis mencoba manyajikan satu contoh budaya coaching di sekolah. Budaya coaching adalah pendekatan kolaboratif dan nyata yang menekankan pengembangan profesional guru sebagai pendidik melalui percakapan yang mendalam dan personal, dilakuakan dengan ikatan yang akrab dan baik dan berorientasi pada solusi.
Dalam budaya ini, kepala sekolah, guru, atau pemimpin pembelajaran berperan sebagai coach yang membantu rekan kerja atau peserta didik untuk menggali potensi, menemukan solusi atas tantangan, dan menetapkan tujuan yang jelas dari permasalahan atau kendala yang di hadapi.
Proses coaching didasari pada kepercayaan, empati, dan komunikasi yang efektif dan akrab, sehingga menciptakan lingkungan yang mendukung pembelajaran berkelanjutan dan inovasi. Dengan menerapkan budaya coaching, sekolah dapat mendorong peningkatan kompetensi individu, penguatan hubungan kerja sama, pendekatan secara emosional dan transformasi praktik pembelajaran untuk mencapai hasil pendidikan yang lebih baik.
Sekolah adalah Tempat untuk Membangun dan Meraih Mimpi.
Mimpi adalah angan-angan, harapan dan pencapaian yang ingin dimiliki oleh semua orang. Tidak ada yang melarang orang untuk bermimpi. Memimpikan masa depan yang lebih baik bagi para siswa, memimpikan hidup yang lebih berkah bagi para orang tua, memimpikan masyarakat yang sejahtera bagi pemipin. Semua orang berhak mempunyai mimpi.
Pernyataan bahwa "Sekolah adalah tempat untuk bermimpi dan meraihnya" mencerminkan gagasan bahwa sekolah bukan hanya tempat belajar secara akademis, tetapi juga ruang untuk menginspirasi, membangun mimpi, dan membantu siswa mengejar potensi mereka. Tidak ada mimpi yang sia-sia, Ketika mimpi itu coba diwujudkan dengan usaha yang maksimal dan penuh tanggung jawab, Andrea Hirata dalam bukunya yang berjudul “Lascar Pelangi” menyatakan, “Bermimpilah, maka tuhan akan memeluk mimpi mimpimu. ”
Dalam konteks pendidikan, sekolah dapat menjadi wadah bagi siswa untuk Mengembangkan cita-cita, menciptakan lingkungan yang mendukung, memfasilitasi eksplorasi, wadah untuk berkolaborasi , dan tempat menyalurkan minat dan bakat.
Menurut Dr. Haim Ginott, seorang psikolog dan pendidik terkemuka, “Sekolah bukan hanya tempat untuk belajar materi pelajaran, tetapi juga tempat untuk membentuk karakter dan membantu siswa-siswa menemukan tujuan hidup mereka.” Dalam konteks ini, pentingnya sekolah tidak hanya terletak pada aspek akademis, tetapi juga pada pembentukan kepriba Dian dan visi hidup siswa-siswa.https://campaignforschoolequity.org/pentingnya-sekolah-dalam-membantu-siswa-meraih-mimpi-dan-tujuan-hidupnya/ di akses 05 Desember 2024.
Kutipan di atas menjelaskan eksistensi dari sekolah. Eksistensi ini harus terus dipertahankan dan dipupuk sehingga apa yang menjadi mimpi dari peserta didik, tidak hanya menjadi buaian di saat tidur. Tapi sebaliknya, akan menjadi kenyatan yang berujung bahagia dan sejahtera.
Penulis mencoba menjabarkan poin ini ke dalam contoh seperti Siswa Jurusan Teknik Komputer dan Jaringan (TKJ) yang gemar bermain game. Mereka diarahkan untuk membuat proyek jaringan game online sederhana atau mendesain ruang LAN untuk game kompetitif.
Selanjutnya Siswa Jurusan Multime mereka yang hobi membuat video TikTok diminta membuat konten kreatif untuk mempromosikan sekolah atau produk hasil karya teman-teman.
Baca Juga: Mengenal Lebih Dekat Kalimat Majemuk dalam Bahasa Indonesia
Dari kedua contoh ini dapat Kita katakana bahwa ketika Kita mencoba melihat dari aspek asset based thingking , ternyata begitu banyak hal yang dapat di desain dan di rancang untuk mewujudkan mimpi. Ini artinya Ketika Kita bermimpi , maka bangun dan wujudkanlah mimpi tersebut .
Mewujudkan Mimpi melalui Kerja Ikhlas dan Cerdas
Mimpi itu perlu diwujudkan, melalui usaha dan kerja keras, Kerja ikhlas dan kerja cerdas. Kesemua poin ini memiliki karakter dan pemahaman yang hampir sama, namun berbeda secara praktiknya. Berikut penulis mengambil kutipan dari seorang yang menyatakan bahwa Kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, dan kerja tuntas menurut Arief Rahmana, semua ini bisa dilakukan sepanjang didukung oleh empat kecerdasan, yaitu (a) kecerdasan fisik (physical intelligence), (b) kecerdasan intelektual (inteliligence quotient), (c) kecerdasan emosional (emosional quotient), dan (d) kecerdasan spiritual (spiritual quotient). Kecerdasan fisik pada dasarnya merupakan kecerdasan manusia dalam merawat fisik atau badan ragawi atau jasmaniah. Dengan kecerdasan fisik diharapkan manusia dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan lancar tanpa mengalami keluhan atau gangguan yang berarti. https://berita.upi.edu/dr-arief-rahmana-kerja-keras-cerdas-ikhlas-dan-tuntas/ di akses 03 Desember 2024
Adapun membangun solusi untuk pembahasan di atas adalah mellaui semangat dan antusiasme yang tinggi dari setiap peserta didik. Kefokusan dan tentunya doa adalah pilar awal yang harus di tapaki seiring berjalannya waktu dan perkembangan zaman yang tidak bisa di elakkan. Jadilah siswa yang tidak akan tergerus oleh zaman dan masa. Karna sejatinya ada 3 pilar yang akan membuat seseorang tetap di akui keberadaannya Ketika memiliki tiga pilar ini, Adapun pilar yang di maksud adalah pertama adalah knowledge (pengetahuan), kedua skill ( ketrampilan) , dan yang ketiga attitude ( sikap).
Ketiga poin penting di atas, seharusnya dimiliki dan mandarah daging bagi setiap peserta didik, agar masa depan yang cerah dan membanggakan menjadi hal mutlak yang akan didapat dalam kategori pencapaian mimpi.
“Berakit-rakit ke hulu, berenang ke tepian, bersakit-sakit dahulu bersenang kemudian” Pribahasa kuno tersebut bisa diterjemahkan secara temporer atau dimaknai dengan pengertian kerja keras. Pribahasa ini sangat penting, artinya bila terpatri akan menjadi sebuah motivasi untuk mendapatkan hasil maksimal, tidak ada yang instan, semua butuh perjuangan. Kuncinya harus kerja keras, kerja cerdas, walau diakui ada juga yang instan dalam memperoleh impiannya, namun mereka tidak seberapa. https://kinerjaekselen.co/lainnya/opini/kerja-keras-kerja-cerdas-kerja-ikhlas/ Diakses 05 Desember 2024
Kutipan di atas memberikan gambaran langsung tentang alur pikir yang harus disertai dengan pola tindak, mewujudkan sebuah konsep (teori) menjadi realita (kenyataan). Sebagai contoh penulis mencoba memberikan contoh seorang siswa Teknik jaringan computer yang Menjadi Teknisi Jaringan atau Administrator IT. Ia dengan ikhlas membantu teman yang kesulitan mengkonfigurasi jaringan atau teman yang mengikuti praktik di laboratorium hingga larut malam untuk memahami troubleshooting jaringan. Inilah contoh dari perilaku kerja ikhlas .
Untuk perilaku kerja cerdas, seperti seorang siswa SMK dengan jurusan Teknik Audio Video membuat proyek mandiri, seperti merakit amplifier sederhana atau sistem audio untuk acara sekolah. Ketika seorang siswa sudah mampu berpikir dn bertindak seperti ini maka inilah yang disebut dengan kerja cerdas.
Adapun solusi untuk masalah di atas, sekolah menerapkan konsep Kihadjar Dewantara. Dimana setiap pendidik di ingatkan Kembali tentang tahapan tahapan yang dilalui dalam mencapai tujuan pembelajaran yang sesungguhnya. ki Hajar Dewantara, Bapak Pendidikan Nasional Indonesia, adalah tokoh yang memperkenalkan konsep-konsep pendidikan yang relevan hingga saat ini. Berikut adalah beberapa inti dari konsep pemikirannya. Tri Pusat Pendidikan,.
Menurut Ki Hajar Dewantara, pendidikan terjadi dalam tiga lingkungan utama Keluarga (Lingkungan pendidikan pertama yang membentuk nilai dasar dan karakter siswa), Sekolah (Lingkungan formal yang memberikan pengetahuan dan keterampilan), Masyarakat(Tempat siswa belajar tentang kehidupan nyata melalui interaksi sosial).
Begitupun dengan Asas Tut Wuri Handayani Ini adalah filosofi pendidikan yang menjadi dasar Sistem Pendidikan Nasional Indonesia, Ing Ngarsa Sung Tuladha (Di depan, seorang pemimpin harus memberikan teladan), Ing Madya Mangun Karsa (Di tengah, seorang pemimpin membangun semangat dan mendorong inisiatif), Tut Wuri Handayani (Di belakang, seorang pemimpin memberikan dorongan dan dukungan).
Asas ini masih relevan sampai sekarang meskipun ini di sampaikan sekian dasawarsa tahun yang lalu. Pemikiran dan pandangan yang pernah di sampaikan oleh bapak Pendidikan Indonesia, masih terpatri dan dijunjung tinggi oleh pelahap dunia Pendidikan.
Pendidikan yang Berpusat pada siswa adalah konsep penting yang terus di gaungkan dalam pembelajaran. Ki Hajar menekankan pentingnya pendidikan yang menghargai keberagaman potensi, minat, dan kebutuhan individu siswa. Proses pendidikan harus memberi ruang bagi siswa untuk berkembang sesuai bakat dan kemampuan mereka.
Menghamba pada siswa adalah sikap yang harus ditonjolkan oleh pendidik sehingga penerapannya di lapangan akan dengan mudah terealisasi.
Setiap pendidik harus mempunyai prinsip bahwa Setiap siswa memiliki potensi yang berbeda. Pendidikan harus mampu Mengenali keunikan setiap siswa, Memberikan ruang untuk mengembangkan potensi tersebut dan Menghargai berbagai cara belajar siswa, termasuk gaya visual, auditori, atau kinestetik agar ada keselarasan antra pendidik dan peserta didik. Karena dalam aplikasi dilapangan kolaborasi yang sejalan sangat di harapkan demi terwujudnya siswa bangsa yang bermartabat dan berdidikasi tinggi terhadap bangsa dan negaranya.
Karena pada dsarnya setiap pendidik menginginkan yang terbaik untuk peserta didiknya, begitupun dengan peserta didik berharap mendapat kan yang terbaik dari para guru guru nya. Jadilah bangsa yang bermartabat , yang berbudaya , yang menjunjung tinggi nilai nilai moral dan kearifan yang ada di daerah tempat Kita tinggal.
Simpulan:
Adapun yang menjadi simpulan dari masalah di atas adalah jika Pendidikan yang di lakssiswaan tidak sesuai dengan arahan kihadajar dewantara maka tujuan pendidikan sejati, yaitu menciptakan manusia yang merdeka secara batin, pikiran, dan tenaga, tidak akan tercapai. Oleh karena itu, penting untuk kembali mengacu pada filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara dalam setiap kebijakan dan praktik pendidikan.
Kolaborasi semua pihak pihak yang memiliki peran penting dalam dunia Pendidikan adalah hal mutlak yang harus di lakukan. Tidak ada yang menginginkan bangsa ini memiliki penerus yang “pecicilan” (tidak tangguh dan gampang rapuh). Sudah saatnya Kita bangkit dan bergerak Bersama . membentuk barisan seperti barisan semut yang berjejer rapi, saling membantu demi sebuah mimpi yang coba di raih. Mencoba berbuat dan memberikan yang terbaik untuk siswa cucu Kita, untuk bangsa dan tanah air yang Kita cintai ini. Penulis berharap semua tidak hanya terhenti dalam tataran teori akan tetapi bisa terpatri mewujudkan aksi demi meraih mimpi yang indah dan membanggakan
Penulis adalah Guru Penggerak Angkatan ke-VII dari SMK N 1 Tanah Jambo Aye, Aceh Utara
0 Komentar