Oleh: Afli Handayani, ST
Pahlawan tanpa tanda jasa disematkan pada-Nya. Ya, dia yang memilih menjadi abdi negara , memilih membagi waktunya untuk mencerdaskan anak bangsa. Memilih menjadi teladan dengan harapan akan dikenang dan gemilang.
Tahun 2009 , Zaima telah memutuskan untuk beralih profesi yang tadinya bekerja di sebuah perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) kini Dia memilih pulang ke kampung halamannya dan berganti profesi menjadi seorang abdi negara. Zaima terlahir dari keluarga besar yang sederhana, ayah dan ibunya hanya pedagang biasa di sebuah kota kecil. Zaima anak yang cerdas dari sekolah dasar hingga sekolah menengah atas.
Dia selalu bisa mengharumkan nama kedua orang tunya karena prestasi yang diraihnya di sekolah. Belum lagi ketika ada perlombaan di sekolah, seperti cerdas cermat, lomba pidato Bahasa Inggris juga lomba olimpiade, Dia selalu bisa mengharumkan nama sekolahnya. Setidaknya sampai tingkat propinsi.
Ketika akan selesai di bangku sekolah Menengah Atas(SMA), semua gurunya menyarankan agar Zaima memilih kuliah sebagai pendidik saja, namun nasib membawanya lulus ke jurusan lain lewat jalur undangan yang membebaskan siswa masuk perguruan tinggi tanpa tes, tentu saja semua ini bisa didapatkan karena prestasinya selama bersekolah .
Januari 2009, Zaima memilih pulang ke kampung halamannya dan memilih profesi sebagai seorang pendididk. Saat itu tidak begitu banyak pengalaman mengajar yang Ia punya, namun semasa kuliah, Zaima juga berkerja part time sebagai pengajar les private.
Semua ini Zaima lakukan demi menambah pundi -pundi nafkah yang Ia terima. Maklum saja , saat itu ibunya yang seorang pedagang biasa, harus membiayai pengobatan ayahnya yang sakit parah ketika itu. Zaima seorang anak yang sangat humble dan mudah bergaul dengan siapa saja. Oleh karena itu, Dia mudah sekali dekat dengan rekan sejawatnya juga dengan peserta didik .
Bulan Oktober 2024 adalah Pergantian Kepemimpinan Presiden
Hari demi hari, musim berganti , tahunpun mulai berubah angkanya, tak ada yang istimewa terhadap rutinitas dan kesejahteraan yang Ia terima. Setiap hari Zaima tetap menjalankan tugasnya sebagai seorang pendidik, seorang abdi negara yang dijuluki Pahlawan Tanpa Tanda Jasa. Mungkin karena julukan itu pula, maka sedikit yang peduli dengan nasib nya sebagai guru. Sampai pada akhirnya, Pada 20 Oktober 2024, Indonesia memgalami pergantian pemimpin negara atau Presiden. Dari pemerintahan yang dipimpin Presiden Joko Widodo (Jokowi) ke Presiden terpilih Pilpres 2024, Prabowo Subianto.
https://www.kompas.com/edu/read/2024/10/19/125650871/melihat-kesejahteraan-guru-selama-10-tahun-pemerintahan-presiden-jokowi#google_vignette diakses 17 Desember 2024.
Ada secercah harapan baru yang timbul saat itu dari seorang pendidik yang bernama Zaima. Bagaimana tidak, isu krusial yang diangkat oleh presiden terpilih saat ini adalah kesejahteraan guru, beliau juga sangat bersedih bahkan sampai menangis sesenggukan, ketika dalam pidatonya beliau menceritakan tentang nasib seorang guru yang menjadi pemulung, ketika jam pelajaran berakhir.
Miris bukan…, Tidak ada seorang dokter tanpa adanya seorang guru, tidak ada seorang insinyur tanpa ada seoarang guru, bahkan tidak ada seorang presiden tanpa campur tangan seorang guru. Tapi sampai detik ini tidak ada upah yang layak sesuai abdi yang diberikan seorang guru.
Baca Juga: Perlukah Siswa Belajar Jurnalistik, Ketika Berada pada Jenjang Menengah?
Sangat ironis bukan, menjadi guru adalah profesi dengan income yang tidak sesuai dengan biaya hidup masyarakat saat ini. Bagi para guru dalam hal ini Zaima misalnya yang sangat berharap akan ada perubahan. Perubahan ini bukan sekadar pergantian pemimpin, melainkan sebuah pintu harapan untuk masa depan pendidikan yang lebih cerah. Pendidikan yang bermartabat sesuai dengan konsep Bapak Kihadjar Dewantara sebagai Bapak Pendidikan Indonesia.
Baca juga: Gerakan Peduli Anak Disabilitas : Solusi Efektif Pemerataan Pendidikan Berkualitas dan Inklusif
Guru adalah sosok yang digugu dan ditiru, Guru juga sebagai pelita di tengah gelap, menuntun generasi muda menuju cahaya pengetahuan dan kebijaksanaan. Dengan dedikasinya, guru bisa membawa setip jiwa menjadi baik dan berbudi, mendididk setiap insan menjadi lebih berarti.
Namun, tidak jarang pelita itu meredup karena tantangan yang dihadapi, kesejahteraan yang belum memadai, akses pelatihan yang terbatas, hingga kebijakan pendidikan yang kerap berubah tanpa mempertimbangkan kondisi lapangan dan sering kali guru hanya menjadi kelinci percobaan untuk setiap kebijakan yang dikeluarkan oleh petinggi di negri ini.
Pendidikan menjadi lahan cuan dan lahan percobaan untuk setiap proyek yang “mereka” buat. Kini dengan presiden baru, harapan itu kembali menyala, harapan yang hampir sirna bahkan hilang, harapan para pendidik seperti sosok Zaima, yang terus berharap tanpa berputus asa, Harapan akan adanya perhatian lebih besar terhadap nasib guru, peningkatan kualitas pendidikan, dan terciptanya sistem yang berpihak pada pembelajaran yang bermakna.
Dalam praktiknya, guru adalah garda terdepan dalam pendidikan. Tak ada jabatan dan status apapun tanpa andil seorang guru. Sebagai garda terdepan dalam mencetak generasi penerus bangsa, banyak harapan dan doa yang ingin disampaikan, mungkin salah satunya guru berharap pemerintah lebih serius mendengar suara mereka.
Tidak hanya melalui janji, tetapi lewat tindakan nyata, tidak usah menebarkan angin surga kalu hanya menjadi buaian sesaat .yang kami butuhkan kebijakan yang memberdayakan, pelatihan yang relevan, dan sistem yang mendukung kreativitas serta inovasi dalam mengajar.
Kepemimpinan baru adalah peluang besar untuk membangun sinergi antara pemerintah dan guru. Membangun rasa kepercatyaan yang hampir punah karena setiap janji yang terabaikan. Angin surga yang hanya seperti angin sepoi -sepoi yang dengan mudahnya melenggang pergi dan tak kembali.
Kami butuh sinergi yang tidak hanya menciptakan pendidikan berkualitas, tetapi juga mengembalikan martabat profesi guru sebagai pekerjaan yang mulia dan dihormati. Banyak aturan yang membuat posisi guru bagai telur di ujung tanduk. Sulit berbuat dan bertindak karena aturan yang kurang berpihak.
Baca juga: Memahami Konsep dan Jenis Kata Ganti dalam Bahasa Indonesia
Oktober 2024 ini, kita memulai lagi dengan harapan. Harapan yang terus berkibar, harapan yang terus menanjak Bukan hanya bagi zaima sang guru biasa di sebuah sekolah kecil di desa, tetapi bagi seluruh anak negeri yang berhak mendapatkan pendidikan terbaik.
Baca Juga Mengenal Lebih Dekat Kalimat Majemuk dalam Bahasa Indonesia
Bersama, kita songsong masa depan di mana guru menjadi pilar utama dalam membangun peradaban yang lebih baik. Semoga harapan ini tidak hanya menjadi asa, tetapi menjadi nyata dalam setiap langkah kebijakan dan perhatian bagi guru di seluruh Indonesia.
Angin Surga bagi Para Pendidik
Pidato itu begitu syahdu dan menguras air mata, Zaima yang saat itu mendengarkan pidato bapak presiden kita Bapak Prabowo Subianto, yang sampai menangis dan dengan suara bergetarnya mengumumkan kenaikan gaji guru ASN sebesar satu kali gaji pokok dan tunjangan guru non-ASN menjadi Rp2 juta.
Saat itu juga beliau menceritakan nasib guru yang sangat miris. Sebutan guru sebagai pahlawan rasanya tidak pantas disematkan, kalau dalam perjalanannya kenyataan kemiskinan dan kekurangan (dari sisi ekonomi, sosuial budaya, dan kreativitas) yang didapat.
Untaian kata yang tersusun membuat semua yang mendengarkan ikut terenyuh dan terhipnotis dengan barisan kata tersebut. Seisi Gedungpun ikut bergemuruh hebat Ketika janji manis mulai dilontarkan, semua menyoraki bahkan sampai menangis dan melakukan sujud syukur.
Namun, seperti biasa, keindahan janji ini diselimuti kabut ambiguitas. Benarkah tunjangan itu benar-benar naik, atau hanya sekadar mengulang kebijakan lama dari era Presiden SBY? Jawabannya belum jelas, tetapi satu hal pasti: janji itu telah menyalakan api perdebatan. Media sosial mendadak gaduh, bukan soal janji yang diberikan, tapi soal iri hati. "Guru lagi, guru lagi," teriak beberapa warganet. Seolah-olah profesi ini adalah anak emas yang selalu dipuja, sementara kenyataan di lapangan jauh dari itu. https://kumparan.com/akuuu-capcuters/janji-air-mata-dan-angin-surga-kisah-lama-yang-menggema-di-hari-guru-240s7wMeYmK/1 di akses 17 Desember 2024
Dalam kenyataannya sampai detik ini semua masih berjalan seperti sediakala, untaian harapan dan doa yang tadinya membuncah sekarang meredup seperti lilin yang sumbunya pun ikut terbakar. Bu guru Zaima tetaplah seorang pejuang yang masih terus berdoa dan berharap akan mimpi indah yang di janjikan. Secercah harapan yang di akhiur tahun ini masih menjadi impian Panjang yang belum terwujud.
Di Finlandia, Amerika, Kanada, Singapura, Malaysa pokonya hampir disetiap belahan dunia guru adalah profesi terhormat. Mereka dibayar dengan baik, dipandang dengan hormat, dan tidak pernah khawatir akan dipidana hanya karena berusaha mendisiplinkan murid. Di Indonesia? Guru honorer masih menerima gaji di bawah UMR, dan setiap hari mereka berdiri di ujung pisau antara mengajar dengan ketulusan atau takut dihukum. Dan ketika akhirnya ada janji kesejahteraan, masyarakat justru mencibir. Ironi yang memilukan, bukan? https://kumparan.com/akuuu-capcuters/janji-air-mata-dan-angin-surga-kisah-lama-yang-menggema-di-hari-guru-240s7wMeYmK/2 diakses 18 Desember 2024
Ketika negara lain memperlakukan gurunya dengan begitu terhormat, kenapa Indonesia tidak meniru dan menyerapnya. Indonesia bisa belajar dari negara-negara lain yang tingkat kesejahteraan masyarakatnya dimulai dengan mensejahterakan pendidik di negaranya. Tak ada yang sia- sia, semua akan menjadi baik dan gemilang. Belajar dan meniru yang benar dan baik adalah kunci untuk meningkatkan taraf hidup dan tingkat kesejahteraan di Negara ini.
Janji Politik tentang Kenaikan Gaji Guru.
Guru pahlawan tanpa tanda jasa, sosok yang bersahaja dan berdedikasi demi anak bangsa dan ibu pertiwi. Janji terucapkan dan disaksikan oleh banyak mata dan telinga, namun realitanya, sampai di penghujung Desember ini , belum ada yang bisa memastikan bahwa janji itu akan nyata dan bukan hoax.
Politik membuat manusia gampang menyampaikan kabar bahagia meski dalam pelaksanaannya, itu bukan hal yang mudah. Kenaikan gaji adalah mimpi indah sang pendidik di tengah gegap gempitanya harga barang yang melambung tinggi.
Masalah lebih besar muncul karena jutaan guru honorer yang belum tersertifikasi tidak akan merasakan dampak kebijakan ini. Sekjen FSGI, Heru Purnomo, mencatat sekitar 1,6 juta guru honorer masih menerima gaji sangat rendah, bahkan hanya Rp 500 ribu per bulan. Mayoritas dari mereka berada di daerah miskin, terpencil, dan kumuh. Mereka melaksanakan tugas yang sama beratnya, namun kesejahteraannya jauh tertinggal,” ungkap Heru. Guru-guru ini hanya bisa mengeluhkan nasib mereka tanpa ada tempat untuk mengadu. https://www.suara.com/news/2024/12/03/072110/janji-kenaikan-gaji-guru-realita-atau-prank-kebijakan diakses 17 Desember 2024
Dari kutipan di atas yang menyatakan bahwa andaikan penambahan gaji itu memang benar adanya, ternyata dalam prakteknya tidak semua guru bisa merasakan. Padahal dalam mengemban tugas, semua guru baik guru ASN, PPPK maupun guru honorer dibebankan tugas yang sama. Bahkan cenderung guru honorer jauh lebih disiplin karna khawatir posisinya akan tergantikan dengan yang lain kalua tidak bekerja secara totalitas.
Demikian juga polemik kenaikan gaji guru yang masih tumpang tindih antara parlemen yang satu dengan parlemen yang lainnya, dan Bapak Presiden terpilihpun, Bapak Prabowo Subianto, belum memberikan komentar apapun terhadap polemic ini. Waktu terus berjalan , Nasib guru masih terkatung katung entah sampai kapan.
Janji kampanye mengenai kenaikan gaji guru kini dipertanyakan, dan banyak pihak menganggapnya sebagai strategi politik untuk menarik simpati. Abdul Mu'ti menegaskan kembali bahwa pemerintah tidak dapat merealisasikan janji tersebut. "Penambahan pendapatan guru melalui sertifikasi, bukan kenaikan gaji," tegasnya. https://www.harianbatakpos.com/janji-kenaikan-gaji-guru-rp-2-juta-gimmick-politik-menurut-mendikdasmen-abdul-muti/ di akses 18 Desember 2024
Padahal dalam beberapa tahun terakhir, isu kesejahteraan guru menjadi perhatian utama dalam berbagai janji politik. Mudah sekali bagi para elit negri ini untuk mengumbar janji. Salah satu yang sering disuarakan adalah kenaikan gaji guru sebagai bentuk penghargaan terhadap peran mereka dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Mewujudkan kehidupan guru yang sejahtera. Janji ini muncul seiring dengan kesadaran bahwa kualitas pendidikan sangat bergantung pada kesejahteraan tenaga pendidik.
Para pemimpin politik menegaskan bahwa peningkatan gaji guru bukan hanya solusi ekonomi, tetapi juga strategi untuk meningkatkan motivasi dan profesionalisme guru. Memberikan pelatihan dan pembekalan yang cukup kepada guru , ditengah silih bergantinya program yang hamper setiap saat berganti ganti.
Belum lagi tuntas program yang satu, malah keluar lagi program yang lainnya, dan semua ini menyulitkan para guru untuk menerapkannya di dalam kelas. isumendapat gaji yang layak, diharapkan guru dapat lebih fokus mengembangkan metode pembelajaran kreatif dan mendukung peningkatan kualitas pendidikan nasional. Namun, janji ini perlu diiringi dengan kebijakan yang jelas dan komitmen nyata agar tidak hanya menjadi retorika semat
Motivasi Guru dalam Mengajar
Motivasi adalah kunci utama yang mendorong guru untuk memberikan yang terbaik dalam proses pembelajaran. Motivasi bisa membangkitkan semangat dan intuisi untuk berbuat. Menjadi guru yang dirindui adalah cita cita mulia yang didambakan seorang guru. Menjadi guru favorit adalah impian besar bagi para pendidik.
Guru yang termotivasi memiliki semangat tinggi untuk menciptakan suasana belajar yang inspiratif, kreatif, dan menyenangkan bagi siswa. Motivasi ini muncul dari berbagai faktor, seperti kepuasan batin, dukungan lingkungan kerja, pengakuan atas dedikasi, serta kesejahteraan yang layak.
Kepuasan batin akan didapatkan ketika hadirnya ke sekolah dinilai baik dan tidak di acuhkan, lingkungan kerja yang kondusif akan memicu semangat para guru seperti Bu Zaima untuk terus memberikan yang terbaik. Dihargai keberdaannya dan diakui atas dedikasi yang telah diberikan merupakan senjata yang akan membuat seoranggru tetap berdiri tegak dan tentunya kesejahteraan yang layak merupakan inti dari semua sumber kebahgiaan bagi para guru.
Ketika seorang guru merasa dihargai dan diperhatikan, baik secara profesional maupun personal, motivasi dalam mengajar akan meningkat. Mereka tidak hanya sekadar menjalankan tugas, tetapi juga berperan aktif dalam membentuk karakter dan kemampuan siswa. Di sisi lain, apresiasi dari siswa, orang tua, serta pencapaian akademik peserta didik menjadi bahan bakar yang memperkuat semangat guru untuk terus mengembangkan dirinya.
Baca Juga:Secercah Harapan di Hari Guru Nasional (HGN) ke-30
Kesejahteraan guru yang baik secara langsung mempengaruhi motivasi dan kepuasan kerja. Guru yang merasa dihargai dan diberikan kompensasi yang adil akan lebih termotivasi untuk bekerja keras dan memberikan yang terbaik bagi siswa. Kepuasan kerja yang tinggi juga berdampak pada dedikasi dan komitmen terhadap profesi mengajar. Guru yang puas dengan pekerjaan cenderung lebih kreatif dan inovatif dalam pengajaran. Mereka juga lebih mungkin untuk terlibat dalam pengembangan profesional dan kegiatan tambahan yang bermanfaat bagi sekolah dan siswa. https://guruberdaya.org/pentingnya-kesejahteraan-guru-dalam-pendidikan/ di akses 18 Desember 2024
Kompensasi yang adil sesuai dengan beban kerja akan membuat guru lebih survive.keadilan yang selama ini masih jauh dari jangkauan Kembali di dengungkan di periode ini, setelah sekian puluh tahun lalu ini di realisasikan oleh Presiden terdahulu. Guru merupakan profesi mulia yang bayarannya tidak ternilai dengan rupiah, karena ilmu itu yang bisa menyelamatkan peserta didik dikemudian hari.
Harapan Guru di Masa Depan
Harapan adalah sebuah kata yang bernilai sangat dalam, masa depan adalah gambaran dari miniature kehidupan yang diharapkan. Dan guru sejatinya ingin apa yang menjadi harapan untuk masa depannya bisa terealisasi dan bukan hanya janji. Guru adalah pilar penting dalam membangun kualitas generasi penerus bangsa.
Menciptakan kader bangsa yang menjunjung tinggi nilai nilai karakter dan agama. Guru juga pengelola perdaban. Di masa depan, para guru memiliki harapan besar untuk menciptakan ekosistem pendidikan yang lebih baik, adil, dan berdaya saing global. Harapan yang selalu tercurahkan dari guru sejati. Salah satu harapan utama adalah peningkatan kesejahteraan melalui gaji yang layak, tunjangan yang memadai, serta fasilitas pendukung yang mempermudah tugas mengajar dan mendidik.
Kualitas pendidikan di negeri tercinta Indonesia ini, faktanya masih mengkhawatirkan. Kompetensi bidang akademik peserta didik misalnya masih di bawah kemampuan negara-negara lain. Studi kemampuan budaya literasi pelajar Indonesia yang dilakukan oleh Progress in International Reading Literacy Study (PIRLS), Program for International Student Assessment (PISA) dan The Thord Internasional Mathematics and Science Study (TIMSS) menunjukan masih rendahnya kemampuan membaca (Literacy Standard). Temuan Program for International Student Assessment (PISA) tahun 2012 mayoritas peserta didik usia 15 tahun belum memiliki literasi dasar (membaca, matematika, sains). Kemampuan matematika 75% peserta didik di bawah kompetensi minimum dan kemampuan membaca 56% peserta didik di bawah kompetensi minimum. https://www.kompasiana.com/nanasuryana/64c0b1f908a8b505dc75e812/profil-guru-masa-depan-sebuah-harapan Di akses 18 Desember 2024.
Baca Juga: Memahami Konsep dan Jenis Kata Ganti dalam Bahasa Indonesia
Maka atas dasar kutipan di atas , guru juga seharusnya dibekali dengan pelatihan berkelanjutan yang relevan dengan perkembangan zaman dan teknologi, sehingga mereka dapat terus meningkatkan kompetensi dan kreativitas dalam mengajar.
Simpulan:
Agar pembelajaran yang terjadi sesuai dengan zaman dan masanya. Semua ini bisa terwujud berkat sinergitas dan kolaborasi antara pemerintah dan dunia Pendidikan, sehingga ketertinggalan kita mampu teratasi. Dukungan dari pemerintah, sekolah, serta masyarakat diharapkan bisa memperkuat posisi guru sebagai agen perubahan yang dihormati dan dihargai.
Di masa depan, para guru juga bercita-cita melihat sistem pendidikan yang lebih inklusif, berfokus pada pengembangan karakter siswa, serta mampu menjawab tantangan era digital. Kemmpuan para guru yang tidak dibekali dengan digitalisasi adalah sebuah kemustahilan terhadap pencapaian yang signifikan.
Harapan ini mencakup kebijakan yang berpihak kepada pendidikan, akses sumber belajar yang merata, dan suasana belajar yang menyenangkan bagi semua pihak. Kenyamanan dan keamanan menjadi sumber ketenangan dalam proses pembelajaran. Proses belajar yang dilakukan dengan rasa tenang dan aman akan menjadikan generasi yang juga ramah dan berdedikasi.
Dengan harapan tersebut, guru percaya bahwa melalui dedikasi dan kerja sama berbagai elemen, pendidikan Indonesia akan mampu mencetak generasi yang cerdas, berakhlak mulia, dan siap menghadapi masa depan.
Penulis adalah Guru Penggerak Angkatan ke-VII dari SMK N 1 Tanah Jambo Aye, Aceh Utara
0 Komentar