Antara Harapan dan Kenyataan: Peran Keluarga dalam Pendidikan Anak

Antara Harapan dan Kenyataan: Peran Keluarga dalam Pendidikan Anak

                                                            Sumber: Dokumen Pribadi 


Oleh: Syarifah Safura, S.Pd.

Buah jatuh tidak jauh dari pohon nya. Pepatah ini sering kita dengar yang menggambarkan bagaimana kebisaan karakter seoarang anak biasanya tidak jauh dari orang tuanya. Hal ini lah yang menyebabkan orang tua jaman dulu sangat menekankan pembentukan karakter anak-anaknya.

Ada rasa malu jika anak anak nya tidak bersikap sesuai norma dan tahap perkembangan yang seharusnya. Tanggung jawab sebagai orang tua diwujudkan tidak hanya dalam bentuk nafkah finansial tapi juga tanggung jawab berhasil nya anak anak yang diamanahkan Allah SWT kepada mereka.

Hal ini rasanya sudah jarang kita temukan dimasyarakat saat ini.Banyak orang tua yang merasa tumbuh kembang anak-anak nya sudah selesai jika sudah diserahkan ke institusi pendidikan, baik formal maupun informal.

Baca Juga: Rendahnya Partisipasi Siswa dalam Menulis Jurnal Praktik Kerja Industri (Prakerin)

Sebatas  mengantar pertama kali  itupun kadang tidak. Sebatas membayar SPP itu pun kadang lupa. Sebatas mengambil rapor itupun kadang tak sempat. Sehingga institusi pendidikan seolah olah menjadi Single parent  -dalam merawat potensi anak – anak negeri.

Padahal sebaiknya semua keluarga mulai memberikan kontribusi terbaiknya bersama institusi pendidikan dalam mengembangkan potensi anak-anak yang diamanahkan kepada mereka.

Harapan Ideal terhadap Peran Keluarga

Keluarga ideal nya menjadi garda pertama dan utama dalam menjaga kualitas generasi penerus bangsa. Pemenuhan kebutuhan utama seorang anak seperti kebutuhan primer baik fisik dan psikis nya seharusnya didapatkan dari keluarga sebagai lingkaran terdekat kehidupan seorang anak.

Hal ini berkaitan erat dengan kualitas sebuah keluarga. Keluarga yang masih berjuang dengan finansial biasanya-meski tidak selalu- juga akan menghadapi masalah dalam memenuhi kebutuhan psikis anggotanya. Hal ini biasanya berkaitan erat dengan tingkat kepedulian keluarga terhadap tumbuh kembang anaknya di sekolah.  

Keluarga yang sudah berada pada titik ideal umumnya menunjukkan tingkat keterlibatan yang cukup tinggi dalam perkembangan anak anak nya di lingkungan sekolah.

Mereka bekerjasama dengan pihak sekolah dalam membimbing anak-anak menuju cita cita yang mereka inginkan.Seperti mendampingi siswa belajar di rumah, mengikuti dan atau memberikan dukungan kegiatan –kegiatan yang diadakan di sekolah misal: rapat,undangan acara anak di sekolah, memberikan perhatian terhadap perkembangan akademis dan karakter anak dan sebagainya.

Keberhasilan tumbuh kembang anak dipengaruhi oleh faktor lingkungan,mulai dari lingkungan keluarga hingga masyarakat luas. Peran keluarga utamanya orangtua sangat penting dalam membentuk lingkungan keluarga yang harmonis,penuh kasih sayang dan pengertian.

Mengapa peran keluarga utamanya orangtua sangat penting? Lingkungan paparan pertama dan tersering bagi anak-anak adalah keluarga. Pembentukan karakter dan proses tumbuh kembang pertama kali dimulai dari sini. Anak-anak harus dipersiapkan sedini mungkin untuk menjadi penentu kehidupannya nanti. Harus dipersiapkan untuk bisa membuat keputusan sendiri dan tumbuh menjadi pribadi yang kompeten di masyarakat. Proses ini dapat didapatkan sedini mungkin tergantung pada lingkungan tempat tinggal anak dibesarkan. https://kanalpengetahuan.fk.ugm.ac.id/peran-keluarga-dalam-upaya-tumbuh-kembang-anak/  (18 Desember 2024)

Keluarga ideal seperti inilah yang diharapkan tumbuh dalam lingkungan masyarakat sehingga masalah-masalah yang dihadapi siswa sebagai generasi muda penerus masa depan bangsa bisa diminimalisir. Keluarga sebagai garda utama pendidikan anak menjadi partner yang mendukung institusi pendidikan dlam mengembangkan potensi potensi anak bangsa.

Kenyataan di Lapangan

Adakah kita mendapati potret semacam ini di lingkungan masyarakat kita? Menurut pendapat penulis ada,namun belum merata di seluruh lapisan masyarakat.potret keluarga ideal yang selalu responsive dalam memberikan dukungan terbaik untuk anak anak mereka pada kenyataan nya masih menjadi potret yang belum umum dimiliki oleh semua anak.Mengapa demikian? Karena masih banyak cerita cerita miris yg sering kita dengar terjadi dalam masyarakat kita, baik yang penulis dengar dan lihat sendiri di lingkungan sekitar maupun dari media massa baik cetak maupun elektronik.

 Baca Juga: Generasi Strawberry Kelabu

Kekerasan masih terjadi dalam kehidupan sehari-hari tanpa memandang usia, jenis kelamin dan status sosial. Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA) merilis bahwa per 1 Januari 2024 terdapat 20.968 pengaduan kasus kekerasan dengan 4.618 korban laki-laki dan 18.146 korban perempuan.Selanjutnya dalam artikel tersebut menyebutkan berdasarkan data yang dirilis KemenPPPA dalam SIMFONI PPA, kekerasan berbasis gender hampir terjadi pada seluruh lapisan usia. Usia dengan kasus kekerasan terbanyak, terjadi pada rentan usia 13 sampai 17 tahun dengan 8.117 korban. Lalu urutan kedua terbanyak, terjadi pada rentan usia 25 sampai 44 tahun dengan 4.753 korban. https://goodstats.id/article/kekerasan-pada-remaja-tembus-8-ribu-kasus-pada-2024-ymaeS?utm_source=chatgpt.com (18 desember 2024)

Maraknya kenakalan dan kriminalitas yang dilakukan oleh remaja bahkan anak dibawah umur,menunjukkan adanya ketimpangan dalam struktur masyarakat terkecil kita yaitu keluarga.

Keluarga  yang gagal menjadi tempat bertumbuh ternyaman bagi setiap anggotanya nyatanya menyebabkan efek bola es yang terus menggelinding di tengah masyarakat yang pada akhirnya merembet ke berbagai aspek.

Keluarga merupakan pendidikan yang pertama yang membangun kreatifitas anak itu sendiri, jika sejak kecil anak kurang mendapat pendidikan dari keluarga, akan timbul berbagai dampak negatif bagi anak seperti kesulitan beradaptasi dengan lingkungan sosial, pada saat memasuki bangku sekolah anak akan mengalami kesulitan untuk menerima pelajaran karena kurangnya perhatian yang diberikan oleh orang tua.

Karena itulah orang tua dituntut untuk memberikan pendidikan sedini bagi anak, mungkin saat anak sudah mulai beradaptasi dengan dunia luar anak tidak akan mudah terbawa kedalam hal-hal negatif yang banyak terjadi dilingkungan sosial, namun demikian masih banyak juga keluarga yang tidak terlalu memikirkan pendidikan bagi anak-anaknya, sehingga tidak sedikit orang tua yang melalaikan tanggung jawab mereka untuk memberikan pendidikan dan pengetahuan sedini mungkin kepada anak, dalam hal ini banyak faktor yang membuat orang tua melalaikan tanggung jawab mereka untuk memberikan pendidikan dan pengetahuan pada anak. https://psikologi.uma.ac.id/kurangnya-peran-orang-tua-terhadap-pendidikan-anak/

Ada banyak faktor yang menjadi penyebab kurang idealnya peran keluarga dalam pendidikan dan tumbuh kembang anak, diantaranya:

Orang tua  yang Terlalu Sibuk dengan Pekerjaannya

Tuntutan pekerjaan yang terlalu banyak  merupakan salah satu penyebab kurang nya perhatian orang tua terhadap anak-anaknya dan hal ini menjadikan ikatan jiwa antara orang tua dan anak biasanya menjadi renggang.Disinilah celah yang berpotensi menjerumuskan anak-anak ke hal-hal yang tidak baik dan merugikan

Broken Home

Tidak harmonisnya hubungan orang tua dalam pernikahan juga merupakan penyebab kurang nya perhatian orang tua terhadap pendidikan anak. Hal ini cukup sering penulis temui dalam kehidupan sehari-hari. Baik itu karena perceraian ataupun konflik rumah tangga. Bagaimanapun juga anak anak membutuhkan lingkungan bertumbuh yang stabil dan penuh kasih sayang. Hal ini sangat sukar untuk diwujudkan dalam rumah tangga yang tidak harmonis.

Kondisi Ekonomi Keluarga yang Belum Memadai

Tidak dapat dipungkiri faktor finansial adalah faktor yang memegang andil cukup penting dalam sebuah rumah tangga. Tidak terpenuhinya kebutuhan primer merupakan sebuah permasalahan klasik di banyak wilayah.Tuntutan terpenuhinya kualitas ekonomi yang mumpuni jualah yang kadang membuat banyak orang tua menghabiskan banyak waktu,tenaga dan fikiran nya untuk berjibaku dengan dunia luar yang pada akhirnya juga berimbas pada kurang nya waktu dan tenaga yang berkualitas untuk membersamai tumbuh kembang buah hati di rumah.

Kurangnya Kesadaran Orang Tua Terhadap Pendidikan

Keadaan di lapangan menunjukkan masih ada orang tua yang belum mengetahui penting nya peran mereka dalam perkembangan anak-anak yang diamanahkan kepada mereka. Ada banyak sebab yang menjadi sumber masalah ini mulai dari beratnya beban hidup sampai kepada kurangnya pemahaman tentang peran dan tanggung jawab sebagai orang tua.

Solusi Efektif untuk Mengoptimalkan Peran Keluarga dalam Pendidikan Anak

Fenomena yang dihadapi banyak keluarga dalam menjalankan peran mereka sebagai garda utama pendidikan anak membutuhkan perhatian khusus, terutama di era modern dengan tantangan kehidupan yang semakin kompleks. Keluarga, sebagai lingkungan pertama dan terdekat bagi anak, memiliki peran vital dalam membentuk karakter dan mendukung tumbuh kembang mereka. Untuk itu diperlukan solusi  untuk mengatasi faktor faktor penyebab kurangnya keterlibatan keluarga dalam pendidikan anak.

Kesadaran orang tua terhadap pentingnya keterlibatan mereka dapat ditingkatkan melalui edukasi dan kampanye yang terstruktur. Pemerintah dan institusi terkait perlu menyediakan program pelatihan parenting yang terjangkau, bahkan gratis, untuk membantu orang tua memahami pentingnya peran mereka. Program ini dapat berupa seminar, lokakarya, atau melalui media massa.

Komunikasi yang efektif antara sekolah dan keluarga juga sangat penting. Sekolah harus aktif menjalin hubungan erat dengan keluarga melalui kegiatan seperti konsultasi rutin, laporan perkembangan anak yang interaktif, serta undangan untuk acara sekolah.

Baca Juga: Mengembalikan Gairah Non Gadget di Sekolah, Bolehkah?

Bagi orang tua yang sibuk dengan pekerjaan, pengaturan prioritas waktu menjadi solusi utama. Mereka perlu belajar mengatur waktu secara efektif dengan membuat jadwal khusus untuk menghabiskan waktu berkualitas bersama anak, seperti mendampingi belajar atau bermain.

Bagi keluarga dengan kondisi ekonomi terbatas, diperlukan dukungan yang lebih konkret. Pemerintah dapat memberikan bantuan finansial seperti subsidi pendidikan, beasiswa, dan bantuan kesejahteraan sosial yang lebih merata dan tepat sasaran.

Keluarga yang menghadapi masalah seperti broken home juga memerlukan perhatian khusus. Anak-anak dari keluarga yang tidak harmonis sering kali membutuhkan dukungan psikologis. Pemerintah sebaiknya menyediakan layanan terapi keluarga dengan biaya terjangkau atau kalau bisa gratis di setiap wilayah. Selain itu, masyarakat sekitar, seperti tetangga atau keluarga besar, dapat membantu menciptakan lingkungan yang mendukung bagi anak-anak dari keluarga dengan konflik. Dukungan kolektif ini dapat membantu anak-anak tetap merasa aman dan dicintai.

Simpulan

Mengoptimalkan peran keluarga dalam pendidikan anak memang bukan tugas yang mudah, tetapi bukan pula hal yang mustahil. Keluarga perlu disadarkan bahwa mereka adalah pondasi utama pembentukan karakter dan potensi anak. Kolaborasi antara institusi pendidikan, pemerintah, dan masyarakat luas harus terus diperkuat untuk mendukung keluarga dalam menjalankan peran ini.

Pepatah lama mengatakan, "It takes a village to raise a child." Hal ini menegaskan bahwa pendidikan anak adalah tanggung jawab bersama. Dengan sinergi yang baik antara keluarga, sekolah, dan masyarakat, anak-anak dapat tumbuh menjadi individu yang kompeten, berkarakter, dan siap menghadapi tantangan masa depan. Masa depan bangsa terletak di tangan generasi muda, dan generasi muda yang berkualitas hanya bisa dihasilkan dari keluarga yang peduli, penuh kasih sayang, dan selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk anak-anak mereka. Semoga semua harapan terbaik kita bagi masa depan bangsa bisa menjadi kenyataan.


Penulis  adalah Guru SMK N 3 Lhokseumawe

 

Berita Terkait

Posting Komentar

0 Komentar