Oleh: Said Usmansyah, S.Pd
Alam Semesta begitu luas tidak terbatas, jauh membentang menampung semua benda-benda langit termasuk planet, bintang, meteor dengan bentuk dan ukurannya yang bervariasi.Bumi salah satu benda langit yang berada dalam hamparan semesta raya.
Tumbuhan, hewan, gunung-gunung serta mahluk lainnya hidup bersama di dalamnya. Banyak hal yang bisa dilihat langsung oleh mata dan dapat juga dirasa langsung melalui sentuhan indra peraba manusia.
Semuanya diciptakan oleh Allah Swt. untuk dijadikan sebagai pelajaran bagi manusia yang berpikir, merenung, dan mengingat tanda-tanda kebesaran-Nya. Sebagian dari ayat suci tersebut mengajak manusia untuk berpikir dengan cara yang bermacam-macam, diantaranya:
“Sesungguhnya padanya ada tanda-tanda bagi orang-orang yang berpikir.”
(QS. al-Nahl: 11 den 69), di ayat lain, “Agar
mereka berpikir!.” (QS. al-Hasyr: 21; al-A’raf: 176)
Baca Juga:Mengembalikan Gairah Non Gadget di Sekolah, Bolehkah?
Manusia bisa belajar apapun asalkan dapat memaksimalkan akalnya dengan tetap menghubungkan dirinya pada ayat-ayat suci yang diturunkan oleh sang pencipta.
Selanjutnya, Alam
semesta, atau yang sering kita sebut jagat raya atau universum, adalah segala
sesuatu di ruang-waktu yang kita huni, lengkap dengan energi dan materi di
dalamnya. Ilmu yang mempelajari alam semesta disebut kosmologi, yang berkembang
dari bidang ilmu fisika dan astronomi https://www.ruangguru.com/blog/alam-semesta. diakses 18/12/2024
Alam raya merupakan universitas
utama tempat dimana ilmu pengetahuan bisa dieksplorasi dengan sebaik-baiknya
untuk dipetik manfaatnya, dikembangkan lalu diimplementasikan pada kebutuhan keseharian
manusia. Pada pendidikan formal sekolah dibangun sebagai tempat untuk mempelajari
ilmu pengetahuan dan sebagai tempat untuk pengembangan diri.
Bermacam disiplin
ilmu yang dipelajari pada Lembaga pendidikan yaitu fisika, Biologi, Matematika,
Filsafat, Sastra, Geografi, Kedokteran, Kemiliteran, Sains serta Teknologi.
Mengenai hal ini, Quraish Shihab menulis tentang
korelasi Al-Qur’an dan Sains Modern sebagai berikut, Ajaran-ajaran pada
Al-Qur’an tidak hanya terbatas pada bidang-bidang keagamaan semata, tetapi juga
menyangkut masalah-masalah politik, ekonomi, sosial, dan disiplin ilmu lainnya,
yang termasuk di dalamnya adalah masalah-masalah ilmu pengetahuan modern dan
teknologi.
Al-Qur’an mengungkapkan berbagai disiplin ilmu
tersebut hanya berupa isyarat sepintas yang tidak dapat ditangkap isyarat
tersebut hanya dengan membaca sekali saja, tetapi harus dibaca berulang-ulang,
sehingga akan ditemukan makna baru yang mungkin berbeda dengan makna yang
ditemukan ketika membaca untuk kali pertama.
Membahas hubungan Al-Qur’an dan ilmu
pengetahuan bukan dinilai dengan banyaknya cabang-cabang ilmu pengetahuan yang
tersimpul di dalamnya, bukan pula dengan menunjukkan kebenaran teori-teori
ilmiah. Akantetapi pembahasan hendaknya diletakkan pada proporsi yang lebih tepat
sesuai dengan kemurnian dan kesucian Al-Qur’an dan logika
ilmu pengetahuan itu sendiri. https://s2iat.walisongo.ac.id/index.php/2020/07/31/mengungkap-fenomena-alam-al-ayat-al-kauniyah-dalam-al-quran-perspektif-tafsir-ilmy
Sebagai salah satu
contoh dalam ilmu kedokteran, disiplin ilmu kedokteran begitu luas
cabang-cabangnya bahkan terus bermutasi seiring perkembangan pola fikir dan
kebutuhan manusia.
Baca Juga:Pembelajaran Berbasis Haigher Older Thinking (HOT) pada Era Sekarang, Masih Perlukah?
Seorang dokter gigi
harus bergelut dengan lembaran-lembaran kertas, berjibaku dengan berbagai macam
judul-judul buku dari berbagai sumber dan prespektif para ahli. Semua itu hanya
untuk meneliti sebuah objek yang disebut gigi.
Mereka terus bergulat menghabiskan waktu belasan tahun bahkan puluhan tahun hanya untuk mendapatkan ijazah atau gelar seorang ahli.
1. Ilmu Pengetahuan Lubang Neraka
Daya tampung otak begitu besar kapastitasnya dalam merekam dan menyimpan informasi,
baik yang dilihat ataupun dirasa. Kebanyakan ahli syaraf memperkirakan
kapasitas penyimpanan informasi pada otak manusia berkisar antara 10-100 terabyte bahkan lebih.
Angka ini diperoleh berdasarkan sebuah perhitungan terhadap neuron-neuron di dalam otak manusia, yang satu sama lainnya mampu terhubung membentuk koneksi sinapsis. Otak manusia mengandung sekitar 100 miliar neuron, dimana masing-masing neuron mampu menghasilkan sekitar 1000 koneksi yang mewakili 1000 sinapsis potensial. https://kumparan.com/lampu-edison/daya-tampung-otak-manusia/full. Sangat menakjubkan bukan?
Sebagai satu contoh, ketika kita ditanyakan suatu hal yang sangat memorable di masa kecil ketika liburan ke rumah nenek misalnya, kita bercerita tentang masakan kesukaaan yang dinantikan telah disuguhkan di meja makan.
Begitu mudah dan cepatnya untuk menceritakan kenangan masa kecil itu dengan gamblang dan jelas. Begitu banyaknya peristiwa yang tersimpan dalam memori otak manusia, hebatnya lagi dengan seketika dapat dengan cepat bisa dibongkar untuk dikemukakan.
Bicara tentang dunia pendidikan, dalam mempelajari suatu ilmu, penundaan
dan bermalas-malasan akan memperlambat seseorang dalam mengembangkan potensi
dirinya. Ada faktor yang memungkinkan dimana seseorang terkadang merasa belum perlu
sehingga tidak menjadi perhatiannya.
Akhirnya, banyak waktu yang terbuang percuma lalu memenuhi bilik-bilik memori otak, sehingg otak menyimpan sesuatu informasi yang tidak perlu. Keengganan itu membuat manusia terkubur jauh dari ilmu pengetahuan dan mengantarkannya pada lubang-lubang kedangkalan alam fikiran yang bisa berujung pada tindakan-tindakan negatif.
Di beberapa kasus ditemukan adanya peserta didik yang malas untuk hadir mengikuti pembelajaran di sekolah, jika hadir terkadang lebih memilih untuk keluar kelas demi menginggalkan pembelajaran yang sedang berlangsung, ada faktor seperti yang telah kita bahas di atas.
Ini bukan hal baru, banyak ditemukan disetiap Lembaga pendidikan formal, madarasah, pondok pesantren dan lain-lain. Jika kita berfikir jauh, sebenarnya siapa yang diuntungkan dari keadaan ini?, yang jelas tangan-tangan setan akan memanfaatkan peluang emas yang tidak datang dua kali.
Baca Juga:Mengujungi Kapal Apung, Mengenang Ulang Dahsyatnya Tsunami Aceh
Perlu kita rumuskan suatu trik tertentu untuk memecahan problematika ini, misalnya menciptakan ekosistem sekolah yang menyenangkan, ramah lingkungan yang relevan dengan situasi peserta didik saat kini. Mereka mesti dibumbui dengan pendidikan sesuai zamannya. Hal ini sejalan seperti apa yang telah disampaikan oleh Imam Ali Karamallahu Wajhah (KW) tentang mendidik anak agar disesuikan dengan zamannya.
“Didiklah anakmu sesuai dengan zamannya, karena mereka hidup bukan
dari zamanmu”. https://jatim.nu.or.id/rehat/prinsip-parenting-ala-ali-bin-abi-thalib-
Menurut pandangan pribadi
penulis, kita ketahui bersama saat ini kekerasan yang dipertontonkan para
remaja demi mencari eksistensinya lewat dunia kriminal dan kekerasan sangat
meresahkan dan merusakkan.
Mereka membuat teror
kekerasan untuk dijadikan konten di platform
sosial media. Hal ini yang menyebabkan para orang tua dan para pendidik lainnya
merasa kewalahan mengontrol murid-muridnya di sekolah. Pengguna jalan merasa terancam akan keselamatan dirinya,
apalagi jika pulang larut malam dan berkendara sendiri di jalan, setengah dari nyawa
berada di alam barzakh.
Aparat mau tidak mau
terpaksa bertindak represif. Namun sangat disayangkan upaya pencegahan hanya
terpola pada tindakan pemberantasan saja seakan-akan para remaja seperti hama
yang harus diberangus.
Padahal upaya
pencegahan bisa dilakukan melalui kegiatan-kegiatan positif yang berpihak pada
kaum remaja, misalnya dengan membuat atau mendukung event yang digelar oleh
komunitas-komunitas kreatif, misalnya ranah musik, skateboarding, panjat tebing, arung jeram yaitu dengan cara menciptakan
ruang publik bagi mereka untuk dapat melakukan
aktivitas fisik dan tidak cendrung pada smart phone dan wisata kuliner gembira
sebagai alasan untuk mengubur kepenatan.
Belum lagi jenis narkoba, generasi
baru yang lagi trending, siap merasuk
aliran darah para remaja, membius, meracuni otot hingga syaraf-syaraf halus
otak, sehingga dapat berujung pada perubahan prilaku yang berdampak negatif.
Ketahuilah kegiatan positif di atas bukan hanya sarana untuk mengisi waktu luang dan menghindari pergaulan buruk, tetapi juga sebagai media alternatif positif yang bisa membangkitkan energi baru bagi kaum remaja yang berimbas pada ekosistem sekolah yang gemilang. Mengapa tidak jika energi mereka tersalurkan lewat aktivitas fisik maka dengan mudahnya para guru, orang tua mengontrol aktifitas mereka dirumah dan di sekolah. Banyak jalan menuju roma, begitu kata pepatah.
2. Orang Tua yang Hilang
Rumah merupakan universitas pertama, dosennya utamanya
adalah kedua orang tua, mereka role model
sekaligus sumber belajar dengan keahlian multi tasking. Bermacam fakultas yang hadir di universitas yang disebut
rumah.
Sang dosen memberikan ilmu, mengarahkan dan memperaktikkan. Namun yang ditangkap oleh si anak adalah praktik langsung dari kedua dosen tersebut, teori tidak begitu punya efek besar, hanya praktiklah berupa prilaku yang begitu mudah ditangkap oleh si anak. Perilaku itu akan terbawa ketika mereka berada di luar rumah, yaitu lingkungan sekolah dan tempat tinggal.
Menurut Al-‘Adawi orang tua adalah teladan bagi
anak. Anak-anak cendrung meniru perilaku orang tuanya. Jika anak melihat orang
tuanya selalu berbuat baik, maka anak juga akan menirukannya. Dari itu, orang
tua diharapkan menjadi teladan yang baik bagi anak dalam hal agama, kecintaan
kepada Allah dan Rasul, serta akhlak. Jurnal Realita Volume 16, No. 2 Tahun
2018.
Rasulullah SAW dalam kehidupan dirumahnya sebagian besar mencontohkan prilaku mulianya kepada anggota keluarganya kepada para istir-istrinya, kepada anaknya yaitu Fatimah az-zahra, menantunya Imam Ali KW, serta cucunya tercintanya yaitu Hasan dan Husein, mereka melihat langsung dengan jelas tentang akhlak mulia beliau Saw.
Dalam dunia pendidikan, orang tua memiliki peran pendidikan yang begitu besar dengan memberikan contoh secara langsung dalam kehidupan anak di rumah dan juga di masyarakat. Lingkungan yang sehat di suatu sekolah memberikan kontribusi yang signifikan terhadap proses kegiatan belajar mengajar yang efektif.
Para orang tua jangan meninggalkan perannya ketika anak telah diantar ke
sekolah seperti menyampakkan jala ditengah Samudra yang luas, lalu meninggalkan
begitu saja dengan harapan ikan akan menyerahkan hidupnya dengan suka rela
untuk disajikan di meja santapan.
Begitupun Masyarakat sekitar, perangkat desa, pedagang rokok, mekanik motor, penjual mie, pedagang siomay, tukang tambal ban, tukang parkir, penyaring kopi, cleaning service serta siapa saja yang berada tidak jauh dari lingkungan sekolah, sebaiknya ikut memerankan tugas guru di sekolah ikut turun tangan dalam mendidik dengan nilai-nilai moral. Ambilah peran untuk menjadi kesatria dalam mengawal anak-anak bangsa.
Peran orang tua dalam menentukan prestasi akademik anaknya sangat besar. Peran yang minim mungkin dapat menghalangi anaknya untuk berhasil dalam pendidikannya. Orang tua yang selalu memberikan perhatian penuh pada proses belajar anaknya akan membuat anak lebih semangat belajar karena mereka yakin tidak hanya dirinya yang berkeinginan untuk berkembang tetapi orang tuanya juga punya keinginan yang sama persis.
Menurut Agurraga (2019) orang tua memiliki peran bagian dalam mendukung keberhasilan anak-anaknya demi meningkatkan motivasi anak dalam belajar. Motivasi tidak hanya diberikan dalam bentuk ucapan,tetapi juga melalui tindakan yang mampu membangkitkansemangat belajar pada anak.
Peran orang tua begitu penting untuk selalu ikut mengawasi, serta mendampingi mereka pada kegiatan tertentu, janganlah seperti berlepas tangan dengan alasan kesibukan peningkatan ekonomi padahal kita punya waktu untuk melihat mereka.
Adanya ketakutan para orang tua akan aktivitas anak-anaknya diluar rumah
sehingga para orang tua sering membatasi gerak anaknya tanpa pertimbangan yang
jelas, lalu memilih metode membesarkan mereka dengan larangan, ancaman dan
hukuman.
Hal ini justru membuat anak-anaknya tidak memiliki jiwa sosial, rendah empati pada orang lain, menjadi penyendiri, kurang percaya diri, mudah menyerah Ketika dibebani tanggung jawab. Generasi strawberry lahir salah satunya adalah hasil tempahan dari orang tuanya, produk dari ketakutan para orang tua.
Saatnya pra perangkat desa, orang tua, guru, komunitas-komunitas kreatif
serta Masyarakat sekitar bergerak secara simultan bergerak menggairahkan geliat
pendidikan di sekolah. Goalnya agar terpecah konsentrasi mereka pada kegiatan
yang beraroma negatif lewat smartphone,
dunia kriminal dan tindak kekerasan digantikan dengan prestasi sekolah yang
bersinar.
Penulis adalah Guru SMK Negeri 3 Kota Lhokseumawe
0 Komentar