Sumber: Dokumen Pribadi
Oleh : Maryani, S.Pd
Literasi merupakan kemampuan untuk peserta didik untuk mengenali, memahami dan menerapkan pengetahuan yang mereka peroleh melalui literasi.
Dalam era
digital menjadi semakin penting karena hampir semua aspek kehidupan kita
terhubung dengan teknologi digital, seperti pada bidang pendidikan, bisnis, dan
komunikasi.
Kemampuan dalam memahami dan
menggunakan teknologi dengan bijak dapat membantu seseorang dalam mencari ilmu
dan memcari pekerjaan, berkomunikasi, mengakses informasi, belajar mandiri dan
berpartisipasi dalam masyarakat yang makin terhubung secara digital.
Budaya literasi di indonesia sangat
rendah sehingga kita ketinggalan dengan Negara – negara lain di dunia, kurangnya literasi
siswa disebabkan mereka seperti kita ketahui zaman sekarang zamannya era digital, zamannya
teknologi. Pengaruh handphone
untuk generasi sekarang yang salah digunakan para generasi muda jaman sekarang.
Baca juga: Menumbuhkan Motivasi Belajar, Kunci Keberhasilan Siswa
Seharusnya kemajuan teknologi jika digunkan untuk media pembelajaran berapa banyak ilmu yang diperoleh. Berbagai ilmu pengetahuan bisa kita dapatkan sayangnya teknologi malah salah digunakan oleh generasi milenial saat ini, contoh smart phone digunakan untuk main game online.
Mereka tidak tertarik untuk membaca informasi yang
berhubungan dengan ilmu pengetahuan, begitu banyak ilmu dan informasi yang bisa
diperoleh melalui teknologi dieradigital.
Di SMK Negeri 3 Lhokseumawe, berbagai
upaya telah diterapkan supaya siswa termotivasi dalam membaca, sekolah
menyediakan perpustakaan
yang di dalamnya berbagai buku bacaan, baik untuk ilmu pengetahuan maupun
untuk hiburan dan buku-buku prakarya, dll.
Sekolah juga menghadirkan
pojok baca di
setiap kelas di mana pojok baca diisikan dengan buku -buku bacaan dan hiburan,
tetapi kenyataan cuma beberapa siswa saja yang mau membaca,yang lainnya lebih
tertarik menggunakan handphone untuk bermain game.
Pengaruh
Handphone di Era Milenial
Pengaruh hanphone di era milenial
terhadapa siswa SMK Negeri 3 Lhokseumawe memiliki danpak positif dan negative.
Hanphone telah menjadi bagian dari kehidupan siswa SMK Negeri 3 Lhokseumawe
mempengaruhi cara belajar dan berinteraksi dengan teman, dan guru.
Dampak Positif kadang kala buku di Perpustakaan sekolah kurang memadai dan kurang sesuai dengan kurikulum yang berlaku, dengan adanya handphone, handphone bisa di gunakan untuk mencari bahan belajar, referensi dan sulusi permasalahan yang mereka hadapi.
Baca Juga: Kreativitas Siswa di Era Generasi Z
Situs web pembelajaran, dan platform online memberikan kesempatan belajar yang interaktif. Handphone mendorong siswa SMK Negeri 3 Lhokseumawe mengembangkan keterampilan digital, seperti penggunaan aplikasi, internet dan media sosial.
Keterampilan ini sangat penting dalam pembelajaran contohnya mereka menggunakan handphone untuk membuat Vlog berita pada pelajaran Bahasa Indonesia dengan berbagi tugas dan menyelesaikan proyek bersama.
Berkolaborasi secara efisien tentunya mereka akan
membuat semenarik mungkin untuk memperoleh nilai yang maksimal dengan
menggunakan berbagai aplikasi di media internet tentunya dengan pengawasan guru
matapelajaran
Dampat negatif Handphone dapat menggangu konsentrasi belajar siswa SMK Negeri 3 Lhokseumawe,. Notifikasi permainan, seperti game dapat mengalihkan perhatian siswa dari materi pembelajaran dan mengurangi waktu belajar yang efektif. Kecanduan pada handphone dapat menyebabkan penurunan prestasi belajar.
Siswa sering ketiduran di kelas dan masalah mental yang sering terbawa emosi, handphone juga mempengaruhi moral dan perilaku siswa SMK, konten pornografi, kekerasan, dan ujaran kebencian dapat merusak nilai-nilai moral dan mengganggu perkembangan emosianal siswa.
Kesenjangan digital ini juga dapat menyebabkan ketidakserataan dalam proses
belajar dan pembelajaran. Siswa yang tidak memiliki handphone atau akses
imternet yang memadai akan tertinggal dalam mengakses informasi dan mengikuti
pembelajaran online.
Selanjutnya, bagi anak yang sering menggunakan aplikasi yang berkenaan dengan pendidikan selalu memberikan kepada anak berupa pengetahuan. Pendidikan selalu mengutamakan kognitif, apektif, fan psikomotorik.
Dengan aplikasi yang ada, maka sudah mencakup diantaranya
kognitifnya. Anak yang awalnya tidak mengetahui, maka dengan mengunduh aplikasi
yang sifatnya mendidik, maka anakpun bisa mendapatkan pengetahuan yang lebih
dibanding anak yang lainnya.
Anak yang sering memegang smartphone pasti akan berbeda dengan anak yang jarang atau tidak pernah memegangnya. Sebuah hal yang membuat perbedaannya secara positif adalah memunculkan kreatifitas yang tinggi pada anak.
Anak memiliki kreatifitas terhadap berbagai hal tergantung dari aplikasi apa yang digunakannya. Misalnya saja, sebuah aplikasi permainan masak. Dalam permainan itu terdapat sebuah kegiatan membuat makanan. Dari memilih bahan, alat memasaknya, bahkan sampai dengan memasaknya.https://jurnal.stkipbjm.ac.id/index.php/STI/article/download/970/463[1]Diakses 18 Desember 2024.
Pendidikan selalu Mengutamakan Kognitif, Apektif, dan Psikomotorik.
Di era milenial aspek koqnitif contohnya bermain handphone berdampak positif dan dampat negatif. Dampak lnegatifnya salah satu mereka tidak menggunakan handphone untuk mencari ilmu pengetahuan dan untuk membuka wawasan yang lebih luas di dunia pendidikan.
Begitu banyak informasi di sosial media kenyataannya mereka mengabaikannya, tidak tertarik dan tidak punya minat untu membaca. Dampak positif mereka mereka mampu berpikir kritis dan kreatif mampu menganalisis lebih cepat dengan permainan yang mereka dapatkan apakah bermain game atau sejenis bentuk hiburan lainnya, mereka lebih kreatif dalam berbagai hal tergantung dari permainan yang mereka sukai.
Baca Juga: Antara Harapan dan Kenyataan: Peran Keluarga dalam Pendidikan Anak
Aspek apektif penggunaan handphone di era milenial biasanya lebih kepada hal yang negatif melibatkan perasaan. Biasanya anak yang kecanduan handphone cendrung mudah marah marah emosi tidak labil, anak lebih kasar kurang bisa mengontrol diri, etika kurang, dan tidak mau dinasehati.
Aspek fanpsikomotorik cendrung meliputi keterampilan fisik, mereka lebih suka seperti bermain musik menari, olah raga.
Hal ini memunculkan sebuah kreatifitas anak karena anak diminta sekreatif mungkin untuk membuat sebuah makanan yang diambil dari benda yang sesuai dengan keinginannya sehingga terbentuk sebuah makanan yang enak.
Permainan ini mengarah pada psikomotorik anak, yaitu sebuah permainan yang mengehendaki terciptanya sebuah keterampilan anak. Ketika diaplikasikan di dunia nyata, ia sudah mengetahui benda apa saja yang disiapkan untuk memasak. Bahkan, pencampuran bahan yang dimasak pun sudah diketahuinya secara dini. Hal ini menandakan bahwa kreatifitasnya sudah mulai terbentuk dari aplikasi yang dimainkannya https://jurnal.stkipbjm.ac.id/index.php/STI/article/download/970/463.[1] Diakses 18 Desember 2024.
Kurangnya Minat Membaca di Era Milenial
Minat membaca merupakan kunci keberhasialan dalam pendidikan, sayangnya di era milenial, banyak siswa yang mengalami penurunan dalam minat membaca. Fenomenna ini di pengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya,
1) kurangnya motivasi diantaranya tekanan akademik yang tinggi sering membuat siswa merasa terbebeni dan kehilangan motivasi untuk belajar. 2). Kurangnya tujuan, beberapa siswa tidak memiliki tujuan yang jelas dalam belajar sehingga kurang termotivasi untuk berusaha. 3.) Siswa mempunyai banyak masalah di rumah sehingga membuat mereka kurang berkonsentrasi terhadapat pelajaran sehingga kurang tertarik untuk mempelajarinya.
Faktor lain, pengaruh media sosial,
media ini menawarkan banyak hiburan dan interaksi yang menarik, sehingga
dapat mengalih perhatian siswa dari belajar.
Tingkat minat baca yang rendah masih menjadi tantangan bagi pendidikan Indonesia. Minat baca adalah salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan pembangunan suatu negara.
Berdasarkan data UNESCO, Indonesia
menempati peringkat ke-71 dari 77 negara dalam hal minat baca. Pada 2023,
indeks minat baca masyarakat Indonesia hanya 0,001 persen, artinya, hanya 1
berbanding 1000 orang yang gemar membaca.minat baca adalah keinginan seseorang untuk membaca dan
mengeksplorasi bahan bacaan yang menarik baginya.
Minat baca
menjadi pemicu seseorang untuk membaca secara rutin. Dalam jangka waktu
panjang, kebiasaan membaca buku dapat
meningkatkan keterampilan berbahasa dan meningkatkan kecerdasan kognitif
seseorang.
Jika dilakukan dalam kelompok besar, kebiasaan membaca akan menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas sehingga akan berdampak pada tingkat keberhasilan suatu negara.https://kumparan.com/berita-hari-ini/penyebab-rendahnya-minat-baca-di-indonesia-dan-cara-meningkatkannya-2216YtbVnRr/3[2] Diakses 18 Desember 2024.
Lingungan Keluarga yang Kurang Mendukung
Minat belajar siswa merupakan faktor yang sangat penting dalam pencapaian prestasi akademik. Dengan demikian ada beberapa faktor dapat mempengaruhi minat belajar siswa, salah satunya adalah lingkungan keluarga yang kurang mendukung.
Lingkungan keluarga yang kurang mendukung dapat menyebabkan siswa mengalami penurunan dalam minat belajar yang berdampat negatif pada perkembangan belajar anak secara mental.
Lingkungan keluarga memiliki peran yang sangat vital dalam membentuk minat belajar siswa. Lingkungan keluarga yang kurang mendukung dapat berdampak negatif paada minat belajar siswa.
Faktor eksternal penyebab rendahnya minat membaca siswa juga bisa dari lingkungan keluarga yang kurang mendukung. Hal ini diketahui dari budaya membaca di lingkungan keluarga yang masih rendah dan orang tua yang jarang membelikan buku serta mengajak anak ke toko buku.
Hal tersebut disebabkan oleh latar belakang ekonomi keluarga siswa yang 91,67% termasuk dalam ekonomi menengah ke bawah. Kesibukan orang tua siswa dalam bekerja membuat orang tua siswa tidak memiliki waktu untuk membaca dan tidak sempat mengajak anak untuk pergi ke toko buku.
Selain itu, latar belakang pendidikan orang tua yang kurang tinggi membuat orang tua siswa belum memiliki kesadaran tentang pentingnya kegiatan membaca. Temuan di atas sesuai dengan pendapat Wahyuni (2010: 181) yang mengatakan bahwa penyebab rendahnya minat baca adalalah
Faktor-Faktor Penyebab .... (Citra Pratama Sari) 3.135 lingkungan keluarga dan sekitar yang kurang mendukung kebiasaan membaca. Kesibukan orang tua dalam berbagai kegiatan berdampak pada minimnya waktu luang bahkan hampir tidak ada waktu untuk melakukan kegiatan membaca.
Anak yang setiap harinya jarang melihat keluarganya melakukan kegiatan membaca secara umum juga kurang memiliki kegemaran membaca. Faktor eksternal penyebab rendahnya minat membaca siswa yang terakhir adalah pengaruh menonton televisi dan bermain games di handphone.
Siswa cenderung menyukai hiburan yang ditawarkan oleh televisi dan handphone. Intensitas siswa dalam menonton televisi sekitar 2-7 jam per harinya dan biasanya dilakukan pada malam hari. Intensitas menonton televisi yang cukup sering tentu akan menyita waktu untuk belajar dan membaca buku. https://journal.student.uny.ac.id/index.php/pgsd/article/viewFile/13875/13400[3]Diakses 24 Desember 2024.
Minat membaca siswa SMK Negeri 3 Lhokseumawe tergolong sangat kurang ini juga disebabkan beberapa faktor diantaranya yang sangat berpengaruh pengaruh adalah lingkungan keluarga yang tidak mendukung, anak di rumah tidak ada perhatian orang tua, siswa SMK Negeri 3 Lhokseumawe banyak yang broken home.
Anak tidak mendapatkan perhatian yang lebih, masalah ekonomi juga sangat berpengaruh dengan kondisi belajar siswa. Kadang kadang anak untuk biaya traspotasi saja tidak mempunyai uang, tidak ada uang jajan membuat siswa merasa kelaparan dan kurang konsentarasi.
Bermacam kendala yang di hadapi oleh siswa ada kalanya siswa yang di berikan uang jajan memadai oleh orang tuanya sampai disekolah mereka keasikan jajan dan keluar masuk di saat jam belajar.
Masalah psikologis seperti depresi dan kecemasan juga dapat mengurangi minat dan kemampuan belajar siswa di SMK Negeri 3 Lhokseumawe.
Simpulan
Literasi siswa di era milenial di SMK Negeri 3 Lhokseumawe mengahadapi tantangan yang signifikan akibat beberapa faktor yang saling terkait.
Penggunaan handphone yang intensif mengalih perhatian siswa dari aktivitas membaca dan belajar, mengurangi waktu yang dialokasikan untuk kegiatan literasi.
Kurangnya minat membaca yang mungkin disebabkan oleh beberapa faktor termasuk kurangnya akses bacaan yang menarik semakin memperparah pada literasi, lingkungan keluarga yang kurang mendukung, kurangnya dorongan orang tua dalam berkontribusi pada rendahnya tingkat literasi siswa.
Penulis adalah Guru dan Pustakawan SMK Negeri 3 Lhokseumawe
0 Komentar