Perlukah Siswa Shalat Berjamaah di Sekolah?

Perlukah Siswa Shalat Berjamaah di Sekolah?



Sumber : Dokumen  Pribadi 

 Oleh: Fakhriah, S.Pd., M.Pd

Shalat merupakan kewajiban bagi umat Muslim yang sudah baligh dan berakal. Perintah shalat turun kepada Nabi Muhammad melalui peristiwa Isra’Mi’raj, yang merupakan salah satu mukjizat terbesar bagi Nabi SAW. Shalat juga termasuk dalam rukun Islam yang kedua setelah mengucap dua kalimat syahadat. 

Hal itu menunjukkan betapa pentingnya ibadah shalat  bagi umat Islam. Dalam masyarakat Islam, peran orangtua sangatlah penting dalam mengajarkan ibadah shalat bagi putra-putrinya. 

Orang tua di Aceh sedari kecil sudah mengantarkan anak-anak mereka untuk pergi ke balai-balai pengajian yang ada disekitar rumahnya untuk belajar pendidikan agama khususnya shalat dan membaca Alquran.

Dalam ajaran Islam, orangtua diwajibkan untuk mengajarkan anak-anak mereka shalat ketika berusia tujuh tahun, dan pada usia 10 tahun diperbolehkan untuk dipukul jika tidak mau mengerjakannya. 

Hal itu menunjukkan bahwa mengerjakan shalat harus dimulai dari pembiasaan sejak usia tujuh tahun sampai 10 tahun, dan ini dilakukan oleh orangtua di rumah.
 
Anak-anak  baru diwajibkan  shalat atas dirinya sendiri ketika mereka sudah mencapai usia baligh. Batasan usia baligh pada anak perempuan ditandai dengan datangnya haidh dan bagi anak laki-laki adalah ketika mereka sudah mimpi basah. 

Setelah mereka baligh, kewajiban shalat adalah mutlak menjadi kewajiban individu mereka sendiri. Siswa Sekolah Menengah Atas adalah anak usia 16 sampai 18 tahun. 

Secara alamiah, anak-anak pada usia ini sudah sampai pada usia baligh, artinya mereka sudah memiliki kewajiban atas dirinya untuk shalat. Umumya Sekolah di Aceh, waktu pulang sekolah sekitar pukul 14.00 sampai dengan 15.00 WIB. Pada waktu tersebut, ada waktu shalat yang dilalui oleh siswa yaitu shalat dhuhur.  

Shalat dhuhur yang dikerjakan siswa di sekolah biasanya dilakukan secara berjamaah, tetapi ada juga yang melakukan sendiri-sendiri, dengan berbagai alasan dari siswa. 

Baiknya, shalat dhuhur yang dikerjakan oleh siswa di sekolah dilakukan secara berjamaah, karena dapat menghemat waktu dan  waktu tidak terbuang sia-sia untuk menunggu siswa shalat sendiri-sendiri.

1.       Keutamaan Shalat Berjamaah

Shalat berjamah adalah shalat yang dikerjakan bersama-sama yang dipimpin oleh seorang imam dan diikuti oleh makmum di belakangnya. Umumnya shalat berjamaah dilakukankan di masjid-mesjid dan juga di tempat ibadah lainnya, seperti mushalla dan juga surau-surau. 

Shalat berjamaah di masjid umumnya dilakukan oleh kaum laki-laki, tetapi tak jarang pula dilakukan oleh kaum wanita.
Di lingkungan  sekolah, shalat berjamaah pun telah dilakukan, biasanya shalat jamaah yang dilakukan adalah shalat dhuhur. Imam nya bisa dari kalangan siswa maupun guru. 

Jika dari kalangan siswa, biasanya dipilih oleh guru dengan melihat kemampuan yang dimiliki oleh siswa, misalnya bacaannya sudah fasih, dan memiliki kemampuan untuk menjadi imam. Shalat berjamaah bagi siswa di sekolah dikerjakan oleh siswa laki-laki dan siswa perempuan. 
Ada sekolah yang mewajibkan siswanya setiap hari melakukan shalat berjamaah, ada juga yang dijadwalkan karena keterbatasan sarana dan prasarana sekolah.

Banyak sekali hadist-hadist yang menyatakan tentang keutamaan dari shalat berjamaah, salah satunya adalah hadist yang diriwayatkan Abdullah Bin Umar RA, bahwa Rasulullah SAW berdabda, “Shalat berjamaah itu lebih utama daripada shalat sendiri sebanyak 27 derajat.” (HR Bukhari). 

Selain itu, shalat berjamaah juga mampu meningkatkan peluang diterimanya shalat dibanding dengan shalat sendiri. Sampai-sampai ada ulama yang menyatakan bahwa tidak ada alasan Allah tidak menerima shalatnya orang yang melakukan shalat jamaah. https://nu.or.id/syariah/keutamaan-dan-hukum-shalat-berjamaah-BGobi, diakses 18 Desember 2024.

Dengan berbagai keutamaannya, alangkah baiknya jika shalat berjamaah dapat konsisten dilakukan di sekolah. Shalat berjamaah di sekolah dapat meningkatkan kualitas shalat siswa, dapat menumbuhkan kedisiplinan siswa dalam menjalankan ibadah tepat waktu, meningkatkan kekusyukan karena dilakukan bersam-sama serta dapat meningkatkan hubungan sosial emosional siswa.


Selain itu, shalat berjamaah di sekolah juga dapat mengajarkan siswa untuk memperkuat kebersamaan, kekompakan dan saling tolong menolong. Dalam shalat berjamaah, siswa akan belajar untuk menghargai perbedaan, saling menghormati dan bersatu dalam satu tujuan, yaitu meraih ridha Allah Swt. 

2.Tanggung Jawab Pelaksanaan Shalat Berjamaah di Sekolah

Kegiatan  shalat berjamaah di sekolah merupakan salah satu program sekolah yang dilaksanakan untuk memberikan kesempatan kepada siswa melaksanakan ibadah sesuai dengan agama dan keyakinannya. 

Kesempatan yang diberikan ini harusnya dimanfaatkan dengan baik oleh siswa, sehingga siswa tidak ketinggalan dalam melakukan shalatnya. Dalam kegiatan ekstra kurikuler, shalat jamaah masuk kedalam kegiatan Rohis dibawah binaan guru pendidikan Agama Islam.

Kegiatannya di lakukan pada saat sebelum pulangsekolah, kegiatan shalat berjamaah ini dapat dimasukkan kedalam kegiatan kokurikuler. Seluruh guru di sekolah bertanggung jawab untuk mengajak dan membimbing siswa untuk melaksanakan shalat berjamaah. 

Guru Pendidikan Agama Islam menyusun jadwal pelaksanaan shalat berjamaah untuk disampaikan kepada walikelas dan juga siswa. Sementara pada saat pelaksanaannya, guru yang mengajar di kelas, walikelas dan juga guru piket berkewajiban untuk memantau dan mengarahkan siswa untuk shalat. 

Pada tahap awal, seluruh warga sekolah harus pro aktif dan konsisten untuk melakukannya, agar timbul minat dan keinginan siswa untuk shalat berjamaah, dan siswa memiliki kesadaran menunaikan shalat bukan karena paksaan, tetapi karena kewajiban dan juga kebutuhan.

Akan tetapi, banyak hal yang menjadi kendala, sehingga tidak semua guru melaksanakan tanggung jawabnya ini. Salah satu kendala dalam pelaksanaan shalat berjamaah ini adalah siswa yang masih sangat kurang kesadarannya untuk melakukan shalat berjamaah.

Siswa kebanyakan menunggu arahan dari guru untuk melaksanakan shalat berjamah. Sehingga ada sebagian siswa jika tidak dipantau oleh guru, maka dia akan tidak akan shalat.Rasa malas dan jenuh ini sudah menjadi fenomena yang sering terjadi di kalangan kaum muslimin. 

Terlebih lagi di kalangan para remaja. Baik laki-laki maupun perempuan. Diantara ibadah yang sering kali para remaja malas mengerjakannya adalah shalat. Hal ini terjadi karena usia remaja merupakan usia peralihan. Sehingga kebanyakan mereka di usia ini menjadi remaja labil. https://wadimubarak.com/fenomena-malas-shalat-di-kalangan-remaja/, diakses tanggal 18 Desember 2024

Rasa malas merupakan alasan siswa jarangmelakukan shalat. Banyaknya aktivitas yang mereka lakukan menjadikan mereka lalai untuk melakukan shalat. Disinilah pentingnya peran orang tua dan guru untuk terus mengingatkan siswa untuk melakukan shalat.

Salah satu bentuk tanggung jawab guru ketika menemukan hal tersebut adalah guru memanggil siswa lalu menasehatinya, serta memberikan kesadaran kepada siswa untuk tidak melakukannya lagi. 

Dari hasil pembicaraan guru dan siswa tersebut diperoleh informasi bahwa siswa yang tidak  melakukan shalat berjamah di sekolah juga sering tidak melakukan shalat di rumah. Siswa yang banyak tidak melakukan shalat berjamaah umumnya adalah siswa laki-laki. 

Untuk siswa perempuan, alasan mereka tidak melakukan shalat adalah lupa membawa mukena dan juga sedang berhalangan. Hal tersebut juga dikonfirmasi oleh guru kepada orang tua yang bersangkutan. 

Orang tua siswa juga mengatakan hal yang sama, bahwa anaknya memang sangat susah sekali untuk disuruh shalat. Ada saja alasan yang mereka berikan ketika diajak untuk shalat.
 
Jika demikian, tugas guru untuk mengajak siswa melakukan shalat berjamaah di sekolah sangatlah berat. Kerjasama orangtua dan guru sangat diperlukan untuk menumbuhkan kesadaran siswa untuk melakukan shalat. 
    
Orangtua mengingatkan di rumah, sedangkan  guru mengingatkan di sekolah. Walaupun shalat berjamaah itu dilakukan di sekolah, orangtua juga harus terus berperan untuk memantau dan mengingatkan anaknya untuk melakukan shalat.

3. Relevansi Shalat Berjamaah Dalam Membentuk Karakter Siswa

Karakter adalah sifat, sikap dan perilaku yang melekat pada diri seseorang yang diperoleh dari pembelajaran, pengalaman, dan pembiasaan. Karakter yang baik akan membawa seseorang pada kesuksesan pribadi maupun sosial. 

Guru pastinya sangat bahagia jika siswa-siswanya memiliki karakter yang baik, demikian juga halnya dengan orangtua dirumah, sangat menginginkan anak-anaknya kelak sukses dan berakhlak mulia.

Perkembangan teknologi dan pengaruh budaya luar, sangat mempengaruhi karakter siswa. Siswa sangat mudah terpengaruh dengan apa yang dilihatnya dan juga ingin mencobanya. Membentuk karakter baik adalah proses berkelanjutan yang dilakukan di rumah dan juga di sekolah. 

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk membentuk karakter yang baik adalah dengan menerapkan nilai-nilai agama. Dan penerapan nilai-nilai agama yang dilakukan di sekolah adalah dengan melakukan shalat berjamaah.    

Shalat  berjamah selain merupakan kewajiban bagi umat Islam, juga memiliki peran yang sangat penting dalam pembentukan karakter siswa. Diantara karakter-karakter yang tumbuh dari shalat berjamaah bagi siswa adalah: Pertama, disiplin. 
 
Shalat berjamaah mengajarkan siswa untuk beribadah tepat waktu. Shalat  wajib yang dikerjakan lima waktu, memiliki waktu-waktu tersendiri, tidak boleh dikerjakan diluar waktunya.  

Rukun   shalat yang terakhir pun adalah tertib, yang artinya mengerjakan rukun-rukun shalat secara berurutan dan beraturan. Ini menunjukkan bahwa ibadah shalat memiliki tingkat kedisiplinan yang tinggi dibandingkan dengan ibadah-ibadah lainnya.

Shalat adalah cermin dari kedisiplinan dari Islam. Bagaimana tidak, dalam sehari ada lima kali shalat wajib yang sudah ditentukan waktunya dan sudah ditentukan jumlah rakaatnya. Dalam shalat ini kita dibentuk menjadi pribadi yang disiplin. Disiplin menunaikan ibadah sesuai tepat pada waktunya.https://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48002/1/AMALIA%20HERMAN-FITK.pdf, diakses, tanggal 22 Desember 2024.

Sudah sepantasnya shalat berjamaah harus terus dilakukan oleh siswa untuk melatih kedisiplinan siswa, baik yang berkenaan dengan ibadahnya maupun kedisiplinan belajarnya. Karena dengan disiplin semua pekerjaan akan lebih cepat selesai dan menjadi lebih mudah.

   Kedua, tanggung jawab. Shalat yang dikerjakan oleh umat Islam adalah bentuk penghambaan manusia terhadap penciptanya. Shalat mengajarkan tanggung jawab manusia atas segala rahmat dan nikmat yang telah diberikan Allah kepada manusia. 

   Tanggung jawab merupakan karakter penting yang harus dimiliki oleh seorang siswa. Jika siswa tidak mau melaksanakan shalat, bagaimana mungkin siswa dapat bertanggung jawab terhadap diri sendiri dan orang lain, sementara terhadap Allah yang menciptakannya saja dia tak mampu bertanggung jawab. 

Dalam pelaksanaan shalat berjamaah siswa juga belajar bagaimana melaksanakan tugasnya, apakah dia akan menjadi imam ataupun muadzin. Bai siswa perempuan juga dapat bertanggungjawab untuk membawa mukena setiap pelaksanaan shalat berjamaah.   

Ketiga, kerjasama dan persaudaraan. Dalam shalat berjamaah siswa belajar untuk menumbuhkan rasa saling menghormati dan menghargai. Siswa yang dari latar belakang yang berbeda, kelas yang berbeda, bersama-sama melakukan shalat dalam satu barisan. 

   Tidak ada istilah kakak kelas maupun adik kelas. Dalam shalat berjamaah juga diajarkan bahwa makmum haruslah mengikuti imam, tidak boleh mendahuluinya, tetapi boleh menegur apabila imam melakukan kesalahan ataupun lupa. 

Pelajaran ini harusnya melekat dalam diri siswa, bahwa dalam lingkungan sekolah maupun dalam masyarakat kita harus saling menghormati tanpa harus merasa paling hebat, serta mematuhi apa yang disampaikan pemimpin, dan mengingatkan apabila pemimpin melakukan kesalahan.

Keempat, ketenangan. Shalat yang sempurna adalah shalat yang dilakukan dengan penuh kekhusyukan. Khusyuk adalah ketenangan yang dirasakan saat melakukan ibadah shalat.   Khusyuk dalam shalat berarti hadirnya hati ketika menghadap Allah dan tenangnya anggota badan, juga perkataan dan perbuatan orang shalat ikut dihadirkan sejak awal hingga akhir shalat dengan penghadiran dalam rangka pengagungan, pendekatan diri hamba kepada Allah, dan bahwasanya ia sedang bermunajat kepada Allah. https://rumaysho.com/29518-apa-itu-khusyuk-dan-bagaimana-kiatnya-dalam-shalat.html, diakses, tanggal 23 Desember 2024.
 
Rasa tenang yang diperoleh siswa saat shalat berjamaah akan mempengaruhi kehidupannya. Siswa akan lebih stabil emosinya dan tidak mudah marah. Dengan jiwa yang tenang, siswa kan mudah memahami pelajaran dan juga mudah untuk menerima nasehat dari guru maupun orang tuanya. Ketenangan juga akan dapat memecahkan persoalan-persoalan yang dihadapi oleh siswa.
  
Untuk mencapai hal itu semua tidaklah mudah. Diperlukan kerjasama dari berbagai pihak, khususnya guru dan orangtua siswa. Dikarenakan shalat berjamaah ini dilaksanakan di sekolah, seluruh guru harus memiliki komitmen yang sama untuk terus mengawasi siswa dalam melakukan shalat berjamaah. 
   
Bukan hanya tugas walikelas dan juga guru yang mengajar, melainkan tugas seluruh guru di sekolah. Pada  tahap awal akan terasa sulit, mungkin perlu pemaksaan agar menjadi suatu kebiasaan, dikarenakan sebagian siswa belum memiliki kesadaran secara penuh.
    
Akan tetapi, jika semua guru melakukan pengawasan secara kontinyue dan konsisten, InsyaAllah siswa akan melakukan shalat berjamaah dengan kesadaran sendiri. Bukankah Allah tidak hanya melihat pada hasilnya saja, melainkan juga pada proses yang kita lakukan

Simpulan

Pelaksanaan shalat berjamaah disekolah merupakan sebuah program sekolah yang wajib dilaksanakan untuk membentuk karakter siswa menjadi lebih baik. Dengan adanya shalat berjamaah di sekolah, siswa akan menjadi lebih sadar, tentang hakikat dirinya sebagai manusia yang membutuhkan Sang Pencipta. Siswa juga diajarkan untuk mengingat, bahwa ada zat yang selalu mengawasi manusia dimanapun dia berada, baik di rumah maupun disekolah, ataupun ditempat yang tersembunyi sekalipun. 

Shalat berjamaah yang dikerjakan di sekolah, bukan hanya menjadi tanggung jawab guru semata, orangtua juga sangat berperan dalam memberikan kesadaran kepada siswa untuk melakukan shalat.Tugas kita sebagai guru adalah terus memotivasi dan memberikan semangat kepada siswa yang belum memiliki kesadaran untuk melakukan shalat, agar mau melakukannya. 

Sementara untuk siswa yang sudah shalat dengan kesadaran penuh dari dirinya semoga tetap istiqamah melakukannya, sehingga dari dalam diri mereka muncul karakter-karakter baik yang akan dapat menjadi contoh teladan bagi teman-temannya dan masyarakat. Kolaborasi antara orangtua dan guru sangat dibutuhkan untuk mewujudkan program shalat berjamaah ini terus berlanjut. Dengan demikian, kita telah turut serta dalam mengokohkan tiang agama.

Penulis  adalah  Guru   SMK  Negeri  3 Lhokseumawe 


 

Berita Terkait

Posting Komentar

0 Komentar