Y
Foto: Getty Images/sarath maroli
Oleh: Muklis Puna
Para pemuja menanti di bawah derasnya hujan.
Kehadiranmu ditunggu oleh seluruh jagad,
lalu menghilang tanpa jejak.
bergema mengetuk pintu langit,
Harummu membahana di angkasa
Lawan abadi menangis di persimpangan waktu
Selama setahun menumpuk dosa,
Istana hancur dalam sekejap.
Bisikan nafsu menghilang dari hati
Gelang merah terbakar, melingkar di tangan
Harummu kini menjadi bagian dari jiwa,
Para pemujamu menyambut penuh haru.
Mulut-mulut meludah kasturi yang menenangkan,
Melawan keinginan terkulai lemas,
Menyisihkan diri dari gosip dan keburukan
Baca Juga; Baitku Terluka
Harummu melembutkan hati yang keras
Pahala berlipat ganda Kau tawarkan,
Malammu adalah keberkahan,
Siangmu adalah ujian iman
Ketika harummu meresap,
Tidur pun dianggap amal,
Malam tidak lagi kelam.
Harummu menyebar ke seluruh alam
Para pemuja berlomba meraih kenikmatan-Mu
Ayat-ayat suci bergema di setiap sudut.
Oh, Ramadhan...
Harummu memikat hati dahaga akan pengampunan
Baca Juga: Wanita dalam Pasu Rindu
Teguhkan kami dalam bulan-Mu,
Wahai Pemilik rahmat,
Biarkan kami membersihkan jiwa yang ternoda
Semoga jiwa ini suci saat kami dipanggil pulang.
Lhokseumawe, 28 Februari 2025
0 Komentar