Oleh: Mukhlis, S.Pd., M.Pd.
Dua hari lalu, telepon genggam milik penulis berdering. Sekilas penulis mengulik siapa ya diujung telepon itu? Masalahnya, yang melambai di layar telepon hanya nomor saja. Kebetulan nomor tersebut tidak tersimpan di kontak telepon milik penulis.
Melihat hal itu, penulis tidak menggubris dan melayani. Wajar jika hal itu penulis abaikan, karena dewasa ini banyak nomor kontak yang tidak jelas menghubungi dan mengirim pesan dan ujungnya membawa bencana . Semua isi rekening terkuras dan semua data privasi dibuka telanjang mata.
Tanpa basa -basi penulis langsung angkat telepon. Isi dari pembicaraan panjang tersebut adalah meminta penulis untuk menjadi instruktur pada pelatihan menulis artikel ilmiah pada siswa SMP.
Mereka yang dipilih sebanyak 27 orang termasuk siswa yang mempunyai talenta dalam menulis. Apa lagi penulis ditantang bahwa tulisan - tulisan tersebut harus diposting di Website Pribadi penulis "Sastrpuna.Com". Menurut pihak pelaksana kegiatan, mereka sering membaca banyak tulisan siswa di website tersebut.
Ada suatu kebanggaan bila tulisan mereka mampu disandingkan dengan tulisan kakak -kakak mereka yang dari SMA. Kebetulan tulisan - tulisan yang diposting di Website tersebut adalah milik siswa SMA yang manjadi binaan penulis.
Paradigma yang berkembang bahwa, menulis itu susah harus dibuktikan lewat pelatihan yang digelar selama dua hari. Sebagai guru, penulis ingin membuktikan bahwa walupun materi menulis artikel dipelajari pada tingkat SMA, ternyata jika para guru terutama guru mata pelajaran Bahasa Indonesia, mau mendalami tentang ilmu menulis ,mereka bisa mengajak siswa untuk menulis secara berkolaborasi.
Sedangkan sebagai penulis, ingin memberikan bukti kepada semua orang bahwa memberikan pelatihan menulis tidak bergantung pada siapa,dan berapa usia serta tingkat pendidikan yang dimiliki.
Berdasarkan pemikiran tersebut penulis bersemangat menyiapkan bahan dan cara yang cocok untuk siswa tersebut dalam menulis artikel popular.
Penulis datang agak cepat hari itu, karena penulis melakukan beberapa persiapan untuk memberikan pelatihan. Sesampai penulis di sekolah tersebut rupanya, sudah ditunggu oleh panitia pelaksana. Penulis dipersilahkan ke ruang perpustakaan , peserta sebanyak 27 orang sudah berada di sana.
Penulis tanpa sungkan dan ragu langsung masuk..Alangkah terkejut penulis rupanya wajah- wajah polos nan cerdas sudah berada di lantai, selonjoran kaki santai menanti kedatangan penulis. Melihat hal itu penulis jadi bersemangat dan termotivasi untuk berada bersama mereka mengurai kisah.
Pemilihan Masalah yang Akan Ditulis
Memberikan pelatihan pada siswa yang usianya seperti sudah disebutkan diatas, tidak perlu memberikan konsep- konsep menulis pada mereka. Apabila hal ini dilakukan dengan menayangkan berbagai slide tentang konsep dan manfaat menulis, hal itu akan membelenggu mereka untuk menulis.
Pengalaman penulis menunjukkan bahwa, ketika slide - slide ditanyakan dihadapan mereka tentang menulis, ini akan menjadi obat untuk tidur bagi mereka.
Untuk pemilihan masalah, penulis meminta peserta untuk menentukan " "Harapan dan Kenyataan", Serta beda antara "Sebenarnya dengan Seharusnya" Kedua komponen diksi ini diajukan pada bidang yang berkaitan dengan kehidupan dirinya dan lagi fenomenal.
Misalnya "Harapan: Setiap Warga Sekolah Mau Membuang Sampah pada Tempatnya, Kenyataan sesungguhnya "Tidak Demikian" Atau "Seharusnya setiap warga sekolah mau membuang sampah pada tempat yang sudah di sediakan" Namun, "Sebenarnya banyak warga sekolah membuang sampah secara sembarang "
Judul tersebut kelihatan sederhana sekali , namun ketika mereka menggunakan diksi yang menarik akan menghasilkan sebuah tulisan yang menarik pula .
Setiap masalah yang dibahas harus sesuai dengan sudut pandang penulis.Konteks ini sangat berkaitan dengan konsep dari artikel ilmiah yaitu sebuah tulisan yang ditulis berdasarkan sudut padang penulis tentang suatu masalah yang fenomenal dan dimuat di media cetak atau media online.
Melalui teknik tersebut, hampir semua peserta mendapatkan judul dari permasalah yang sudah ditentukan sendiri untuk menjadi sebuah tulisan artikel. Ketika setiap peserta sudah membuat judul secara mantap. Sebagai instruktur, penulis memberikan pertanyaan pemandu sebagai indikator apakah judul tersebut layak untuk dijadikan sebut tulisan?
Adapun pertanyaan tersebut adalah, 1) Apakah judul yang sudah dipilih dan ditulis bermanfaat bagi penulis dan pengembangan ilmu pengetahuan? 2) Apakah judul yang sudah dipilih menarik atau tidak? 3) Adakah referensi atau rujukan yang tersedia baik yang ada di buku atau di website ? 4) apakah masalah yang ada di judul yang telah dipilih dikuasai, minimal sekitar 50% ? dan 5) Apakah judul yang sudah ditentukan membutuhkan waktu yang lama untuk menulis?
Sudah menjadi ketentuan umum bahwa, setiap tulisan yang mau disiapkan harus dibingkai terlebih dahulu. Pembingkaian ini disebut dengan kerangka penulisan. Gorys Keraf dalam bukunya Tahun 2000 edisi revisi menyebutkan dengan ragangan..
Ragangan atau rancangan buram ini merupakan sebuah frame untuk dijadikan acuan dalam pengembangan tulisan. Keuntungan dari pengembangan kerangka tulisan adalah untuk mencegah agar tidak terjadi pembahasan berulang. Selanjutnya, pikiran penulis lebih terfokus pada subtopik yang sudah dibuat.
Selain itu, kerangka tulisan ini berfungsi sebagai landasan berpikir penulis pada setiap sesi dari tulisan yang mau dibentang menjadi sebuah ulasan yang apik dan sistematis.
Kerangka- kerangka seperti ini merupakan jawaban dari pertanyaan sebelum dapat dikembangkan secara mudah dalam bentuk tulisan artikel.
Setelah penyusunan kerangka karangan siap dilakukan oleh peserta pelatihan, Tugas penulis selaku instruktur pelatihan meminta peserta untuk membaca referensi yang sesuai dengan judul yang sudah ditentukan Mereka diminta untuk mencari bahan bacaan yang berhubungan dengan judul yang dipilih baik' di buku atau website dan artikel serupa dengan judul mereka masing -masing.
Setelah kedua langkah di atas sudah mantap dilakukan, peserta diminta untuk mengembangkan kerangka tulisan menjadi sebuah artikel popular. Untuk memudahkan mereka menulis, penulis mengaplikasikan "Teknik Menulis Cepat Lima Menit"
Sesuai dengan namanya teknik ini meminta penulis untuk menulis selama lima menit pertama. Ada beberapa ketentuan yang harus diikuti oleh peserta dalam teknik ini, pertama, peserta diminta untuk menulis tanpa jeda selama lima menit. Artinya, peserta dalam menulis lima menit, tidak boleh melihat apa yang yang sudah ditulis, dan tidak boleh dihapus apa yang sudah ditulis
Kedua, setiap peserta. dilarang berhenti apabila aba - aba menulis lima menit diberikan.
Ketiga, peserta diminta untuk berfokus masalah yang akan ditulis tanpa memperhatikan kesalahan salah ketik dan kesatuan gagasan.
Keempat, sebelum aba- aba berhenti menulis diberikan , peserta tetap fokus pada pengembangan tulisan tanpa ada batasan paragraf yang disiapkan.
Teknik ini bisa disesuaikan dengan kemampuan menulis peserta pelatihan. Hal ini bisa ditingkatkan dari 5 menit tanpa jeda, 10 menit atau bahkan sampai 15 menit tanpa jeda.
Pola tuang untuk penulisan simpulan boleh dengan menoleh ke belakang dan boleh juga dengan menatap ke depan. Pola "Menoleh kebelakang "adalah, menulis kembali poin - poin penting dari uraian yang telah dilakukan. Sedangkan untuk pola" Menatap ke depan " adalah dengan melakukan prediksi atau dugaan yang apa yang akan terjadi, jika masalah dalam tulisan tersebut tidak diselesaikan secara cepat, tepat dan terukur.
Apabila dirasakan tulisan para peserta sudah selesai ditulis dengan menggunakan pola tuang " "Menulis Cepat Lima Menit" peserta pelatihan diarahkan untuk melakukan revisi terhadap tulisan yang sudah ditulis.
Biasanya revisi dilakukan meliputi 1) Memperbaiki salah ketik pada tulisan mulai dari judul sampai dengan simpulan,2) Revisi kesalahan penulisan kata, apabila ada kata yang salah tulis ( lihat kembali' (KBBI) sebagai referensi, 3) Perbaiki ungkapan penghubung yang tepat antarparagrf dan kalimat yang sudah ditulis.4) Perbaiki kalimat- kalimat yang tidak baku menjadi baku dan 5) Baca kembali tulisan dari awal sampai akhir sambil melihat ulang kesatuan gagasan antar paragraf dan kerangka tulisan yang sudah dikembangkan.
Akhirnya, selama dua hari bersama peserta hebat, menghasilkan tulisan yang luar biasa tidak seperti yang penulis bayangkan di awal tulisan ini. Hampir 20 lebih tulisan dari peserta pelatihan yang layak posting. Tiga dari artikel penulis hebat tersebut masuk nominasi dan diberikan hadiah oleh pihak sekolah pada hari pembagian raport. Hal ini wujud dari kegiatan meningkatkan literasi pada sekolah tersebut.
0 Komentar