Sumber: Dreamina.capcut.com
Oleh:
Mukhlis, S.Pd., M.Pd.
"Penulis
yang Baik adalah Pembaca yang Cerdas"
Kutipan di atas, membuktikan bahwa keterampilan menulis berkaitan erat dengan membaca. Jika keterampilan menulis termasuk kegiatan produktif, maka membaca termasuk dalam kegiatan konsumtif.
Sebuah karya hebat sudah pasti ditentukan dari bagaimana penulis mengonsumsi bahan bacaan? Kualitas membaca mempunyai korelasi yang signifikan dengan tulisan yang dihasilkan.
Daniel Parera (2000:26) menyatakan bahwa” Bacalah sebanyak - banyakya. Apa yang kamu baca akan bersarang dibenaknu.” Akan tetapi apa yang tersimpan di bawah alam sadarmu suatu saat akan keluar dalam bentuk tulisan.
Analogi yang tepat
untuk kutipan pendapat tersebut adalah membaca ibarat seseorang mengonsumsi
makanan. Apabila Ia banyak mengonsumsi makanan, maka Ia akan melakukan priduksivitas yang
tinggi.
Baca Juga: Memahami Konsep dan Langkah Menulis Sinopsis dalam Bahasa Indonesia
Dua paragraf pengantar di atas adalah upaya penulis esai ini menggiring pembaca ke arah penulisan puisi. Pertanyaannya mengapa puisi yang dijadikan objek dalam esai ini?
Hal ini sekaligus menjawab beberapa pertanyaan
para sahabat Facebook yang selalu melontarkan soal tanya, ketika penulis
melakukan postingan di beranda penulis. Menulis puisi sebenarnya hanya
olah kekata dalam unity yang utuh saat menempatkan tema secara tepat.
Amatan penulis di media sosial, banyak penulis puisi sering melupakan roh sebuah puisi. Kadang temanya entah kemana? Lariknya tidak beraturan, diksi sering tidak cocok dengan isi yang diemban oleh misi tema yang dibawakan.
Namun yang
mendominasi adalah gaya bahasa yang digunakan kadang terlalu lebay (dalam Bahasa
Jawa disebut lewat).
Sebagian
penulis beranggapan bahwa sebuah puisi adalah tumpukan gaya bahasa dan diksi
yang mewah. Akan tetapi, mereka luput dari konsep konsep aliterasi
dan konsonansi.
Untuk menjawab pertanyaan pembaca di media sosial pada setiap postingan penulis. Berikut disajikan beberapa teknik menulis puisi berdasarkan pemahaman penulis.
Penulisan puisi dibagi dalam tiga versi, yaiitu menulis berdasarkan inspirasi, perenungan, dan objek yang telah ditentukan. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada uraian berikut:
1.Menulis Puisi Berdasarkan Inspirasi
Inspirasi adalah suatu proses yang mendorong atau merangsang pikiran untuk melakukan sesuatu tindakan terutama melakukan sesuatu yang kreatif.
Selanjutnya, inspirasi merupakan suatu proses
dimana mental dirangsang untuk melakukan tindakan setelah melihat atau
mempelajari sesuatu yang ada di sekitar. Dengan bahasa lain, inspirasi adalah
sebuah karunia yang diberikan tuhan kepada hambanya.
Baca Juga: Guru Seharusnya Jadi Pilar Utama dalam Pencegahan Bullying di Sekolah, Tepatkah?
Hampir semua makhluk hidup (manusia) memiliki rangsangan jiwa' terhadap suatu permasalahan yang ingin diungkapkan.
Namun hanya sedikit diantara mereka yang
mampu menangkap sehingga berwujud sebuah maha karya yang bermanfaat bagi orang
lain. Seandainya manusia mampu dan peka mengelola inspirasi, mungkin hampiri
setiap waktu berlalu sudah menghasilkan karya.
Selanjutnya, inspirasi tidak pernah datang berulang dalam kepenulisan puisi. Penyair hebat memahami hal ini.
Inspirasi datang menjenguk sang penyair hanya sekejap saja
setelah itu pergi tanpa meninggalkan bekas sedikitpun. Lalu kapan inspirasi itu
datang?
Nah...! Untuk menjawab pertanyaan adakah waktu khusus yang bisa ditentukan menunggu datangnya inspirasi.
Pengalaman menunjukkan bahwa
penulis secara pribadi pernah bangun tengah malam mencatat inspirasi yang
datang, lalu ditulis dalm bentuk puisi.
Faktor
kelelahan, kesehatan dan keseriusan yang memudar membuat inspirasi tak dapat
dituangkan dalam bentuk karya. Perkiraan penulis hampir setiap sepekan penulis
kehilangan karya- karya brilian akibat dari kecerobohan mengelola
inspirasi.
Penyair yang profesional memandang inspirasi ini sebagai sebuah ilham dalam menulis. Kepribadian penyair dalam menulis juga berperan saat mengolah inspirasi ke arah proses kreativitas yang tinggi.
Ada penyair yang dapat menulis di
tengah keramaian. ada juga membutuhkan ruang dan waktu yang sepi, nyaman dan
aman dari hiruk-pikuk dunia.
Sebenarnya
faktor faktor tersebut bukan penghambat dalam menulis, yang paling penting
adalah kemauan dan motivasi dalam mengelola inspirasi, sehingga tidak ada
inspirasi yang menghampiri penulis lalu pergi lagi.
Hal
yang biasa dilakukan agar inspirasi muncul yang pertama adalah mencari
referensi puisi dari penyair-penyair lewat buku puisi, majalah sastra, koran,
dan internet.
Kita
akan mendapat inspirasi setelah membaca beberapa karya penyair tersebut, karena
dengan membaca seseorang akan lebih mudah untuk menulis atau menuangkan ide-ide
dalam bentuk tulisan. Namun bila inspirasi tersebut belum muncul coba langkah
kedua.
Langkah kedua, melakukan hal-hal yang disukai seperti membaca novel, menata bunga-bunga di taman, mendengarkan musik, bersepeda, atau pergi ke tempat favorit.
Seseorang akan lebih tertarik dengan hal-hal yang disukai, sehingga hal ini
dapat mengirimkan inspirasi dalam menulis puisi. Apa yang dilihat, didengar,
dirasa dapat menjadi tulisan dalam puisi, dan butuh sedikit pembenahan bila
menginginkan puisi yang lebih bagus, seperti memilih diksi, penggunaan majas
dan sebagainya.
2.
Menulis Puisi Berdasarkan Perenungan
Beberapa
sahabat pernah mengeluh tentang hal penulisan puisi. "Saya harus mulai
dari mana? "Lalu bagaimana cara mulai darimana idenya? Keringnya
pengetahuan terhadap Ilmu menulis dan referensi yang ingin dijadikan ide utama
membuat penulis satgnan dalam berkarya.
Nah
..! Untuk menjawab pertanyaan sejenis yang telah dilontarkan di atas
perenungan merupakan proses menulis puisi yang lebih tepat dalam melatih diri
dalam menulis.
Jika
dilihat secara etimologi perenungan itu sendiri berasal dari kata dasar
renung yang tergolong dalam kelas kata kerja yang bermakna adalah suatu
kegiatan berpikir diambang sadar dan tidak.
Kegiatannya sering disebut dengan merenung dan hasil dari merenung namanya renungan. Ketika hukum afiksasi melekat pada kata tersebut maka muncullah kata "Perenungan"
Perenungan
dalam hal ini bermakna suatu proses berpikir diluar ilmiah yang dipandu oleh
halusinasi jiwa tentang masa lalu, sekarang, dan akan datang. Kebiasaan hal hal
yang menjadi perenungan kebanyakan bersifat individual.
Proses
berjalan dalam ruang waktu alam bawah sadar inilah yang membuat penyair mampu
menghasilkan karya yang kaya akan nuansa puitis dan mahakarya
3.
Menulis Puisi Berdasarkan Objek
Dalam buku tertib menulis, Sabarti Akhadah (2000) Membagi tahap menulis dalam tiga bagian, yaitu tahap pramenulis, tahap menulis, dan tahap pascamenulis.
Tahap
pramenulis adalah tahap penulis menentukan tema menyusun kerangka tulisan dan
mengumpulkan semua referensi yang berhubungan dengan tema yang telah dipilih
sebelumnya. Tahap selanjutnya adalah tahap menulis.
Biasanya tahap ini merupakan tantangan tersendiri dalam menulis. Kepiawaian mengunakan kalimat kalimat dalam untaian yang sistematis dan mengusung satu tema yang padu.
Kemampuan mengatur ide atau gagasan secara apik dan tidak menggunakan
kalimat yang ambigu merupakan suatu Ilmu tersendiri yang tidak dapat dikupas
pada badan tulisan ini.
Ketika
tulisan sudah dianggap rampung, maka tahap ketiga yaitu tahap pascamenulis atau
sering dikenal dengan tahap revisi. Revisi yang dilakukan adalah proses cross
and check terhadap tulisan yang sudah dibuat. Secara umum yang direvisi
meliputi penggunaan tanda baca, kalimat efektif serta pengembangan ide yang
berulang.
Salah
satu pendekatan yang dapat digunakan dalam penulisan puisi adalah teknik objek
langsung. Teknik ini menggunakan objek secara langsung. Objek yang dimaksud
adalah benda, orang, dan suasana yang mau dijadikan sebuah puisi.
Baca Juga: Kurikulum Tak Tetap Kebijakan Berubah-ubah, Sesuai Selera
Sebelum puisi dilahirkan dari objek ini, penulis diwajibkan mengobservasi semua bagian dari objek yang dijadikan puisi secara detail. Puisi -puisi yang ditulis dengan teknik objek langsung sangat praktis dilakukan oleh penulis pemula. Setelah observasi dilakukan secara saksama, penulis dituntut menghidupkan imanji dan diksi secara tepat untuk menciptakan bahasa yang bernuansa.
Simpulan:
Setiap penulis dituntut banyak membaca dan mengobservasi objek yang mau ditulis. Selanjutnya menulis puisi juga merupakan sebuah kreativitas dalam menuangkan gagasan yang apik dalam bentuk puisi.
Agar puisi yang ditulis bernilai sastra
tinggi penulis dituntut harus membaca karya- karya penyair terkenal.
Penulis
adalah Pemimpin Redaksi Jurnal Aceh
Edukasi dan Guru SMA Negeri 1 Lhokseumawe
0 Komentar