Sumber: dreamina.capcut.com
Oleh: Mukhlis, S.Pd., M.Pd.
Pengajaran sastra di sekolah menengah memiliki tujuan yang penting, yaitu menumbuhkan pemahaman dan penghargaan murid terhadap karya sastra. Namun, pencapaian tujuan ini seringkali menghadapi tantangan besar, terutama karena buku pelajaran yang ada lebih banyak berfokus pada pengetahuan sejarah dan perkembangan sastra Indonesia.
Buku-buku ini cenderung tidak cukup memberikan perhatian pada upaya mendalam untuk membantu murid menghargai karya sastra secara emosional dan intelektual.
Guru pun dihadapkan pada peran yang penting dalam mengatasi kekurangan ini, dengan menyadari bahwa pengenalan terhadap riwayat hidup pengarang, karya-karya mereka. Istilah sastra yang umum ditemukan dalam buku pelajaran tidak cukup untuk menumbuhkan rasa penghargaan yang sejati terhadap sastra itu sendiri.
Baca Juga: Mengungkap Pesan Dalam Pantun: Sastra yang Menghubungkan Generasi
Pentingnya penghargaan terhadap sastra tidak hanya bergantung pada pengetahuan faktual, tetapi juga pada pemahaman yang mendalam tentang bagaimana karya sastra mengungkapkan pandangan hidup pengarangnya. Sastra merupakan dunia rekaan yang dibangun dengan kata-kata, dan untuk dapat menghargainya, murid perlu menguasai bahasa dengan baik.
Membaca sastra berarti memasuki dunia penuh imajinasi, memahami tokoh-tokoh dan peristiwa, serta menangkap makna lebih dalam yang tersirat di dalamnya.
Dengan menguasai bahasa dan teknik sastra, murid dapat memperkaya keterampilan berbahasa mereka, memahami nuansa bahasa, dan merasakan kedalaman makna yang ingin disampaikan oleh pengarang.
Baca Juga: Keindahan Sastra Al-Quran: Menyelami Kedalaman Bahasa dalam Ayat-Ayat Hari Akhir
Inilah sebabnya pengajaran sastra di sekolah menengah harus lebih menekankan pada keterlibatan aktif murid dalam proses kreatif, seperti mengarang, untuk memupuk rasa cinta dan penghargaan terhadap sastra.
1. Tantangan dalam Pengajaran Sastra di Sekolah Menengah
Salah satu tujuan utama dalam pengajaran sastra di sekolah menengah adalah menumbuhkan pemahaman dan penghargaan murid terhadap karya sastra. Namun, pencapaian tujuan ini tidaklah mudah.
Buku pelajaran sastra yang ada lebih banyak berfokus pada pengetahuan sejarah dan perkembangan sastra Indonesia, tanpa memberikan perhatian yang cukup pada penanaman pemahaman dan penghargaan terhadap karya sastra itu sendiri.
Guru di sekolah, dalam hal ini, menjadi pihak yang bertanggung jawab untuk mengatasi kekurangan tersebut, karena materi-materi seperti riwayat hidup pengarang, daftar karyanya.
Istilah-istilah sastra yang biasanya ada dalam buku pelajaran tidak sepenuhnya efektif untuk menumbuhkan penghargaan terhadap sastra. Meskipun informasi tersebut penting untuk ujian, mereka tidak cukup untuk membantu murid menghargai sastra secara mendalam.
2. Sastra sebagai Dunia Rekaan dan Cara Menghargainya
Membaca karya sastra berarti memasuki dunia rekaan yang penuh dengan berbagai macam tokoh dan peristiwa. Penghargaan terhadap sastra harus dimulai dengan pemahaman bahwa karya sastra bukan sekadar teks, melainkan juga sebuah tanggapan dan penilaian pengarang terhadap kenyataan yang ada di sekitarnya.
Sastra, dengan cara yang mendalam dan simbolis, membantu kita untuk mempertimbangkan kembali pandangan hidup dan sikap kita terhadap dunia.
Sastra juga menunjukkan kekayaan bahasa, di mana kata-kata dipergunakan secara kreatif untuk menciptakan dunia rekaan yang hidup. Oleh karena itu, untuk menghargai sastra dengan baik, kita harus meningkatkan penguasaan atas kata-kata yang digunakan dalam karya sastra.
3. Menggunakan Sastra untuk Meningkatkan Kemampuan Bahasa
Penguasaan bahasa yang baik sangat erat kaitannya dengan pemahaman terhadap karya sastra. Sastra tidak hanya berfungsi sebagai sarana untuk mengembangkan keterampilan berbahasa, tetapi juga dapat memperkaya kosa kata dan memperkokoh penguasaan struktur bahasa murid.
Baca Juga: Gaya Bahasa: Seni Bersembunyi di Balik Kata-Kata
Karya sastra yang baik menyediakan contoh penggunaan kata yang tepat, penyusunan kalimat yang efektif, serta pembentukan alinea yang padu.
Selain itu, sastra juga memperkenalkan berbagai ragam bahasa yang ada dalam masyarakat, yang penting untuk dipahami oleh murid, termasuk ragam bahasa formal dan non-formal yang digunakan dalam percakapan sehari-hari, surat, pidato, dan sebagainya. Dengan begitu, sastra menjadi media penting dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia.
Simpulan
Sastra berperan sangat penting dalam pengajaran bahasa Indonesia di sekolah menengah, baik dalam meningkatkan pemahaman murid terhadap bahasa maupun dalam menumbuhkan penghargaan terhadap karya sastra.
Meskipun buku pelajaran sastra yang tersedia lebih banyak menekankan pada pengetahuan sejarah dan pengenalan terhadap pengarang, guru memiliki peran kunci untuk menjembatani kekurangan tersebut dengan mengedepankan aspek pengembangan pemahaman dan penghargaan terhadap sastra.
Melalui penguasaan bahasa yang baik dan aktivitas kreatif seperti mengarang, murid dapat memperdalam pemahaman mereka terhadap karya sastra serta meningkatkan keterampilan berbahasa mereka.
Oleh karena itu, pengajaran sastra harus lebih menekankan keterlibatan aktif murid dalam proses kreatif untuk menciptakan pengalaman yang menyenangkan dan bermanfaat dalam pembelajaran bahasa dan sastra.
Penulis adalah Pemimpin Redaksi Jurnal Aceh Edukasi dan Guru SMA Negeri 1 Lhokseumawe
0 Komentar