Oleh: Muklis Puna
Aku ingin bersamamu dalam kesederhanaan,
Seperti bulan menyulam malam,
Membagi kisah, meredam resah,
Seperti angin bersenda dengan ombak,
Memburat buih, menghempas duka.
Seperti bulan menyulam malam,
Membagi kisah, meredam resah,
Seperti angin bersenda dengan ombak,
Memburat buih, menghempas duka.
Baca Juga: Puisi : Friksi
Aku ingin bersamamu dalam kesederhanaan.
Kusiapkan bahu sebagai sandaran,
Kusiapkan telinga dalam diam,
Kusiapkan bulan sabit, mengumbar cerita.
Kusiapkan bahu sebagai sandaran,
Kusiapkan telinga dalam diam,
Kusiapkan bulan sabit, mengumbar cerita.
Aku ingin bersamamu,
Seperti matahari di hulu subuh,
Selalu siaga mengumbar senyum,
Walau langit berbalut mendung,
Tetap kupapah walau hijab menghadang.
Seperti matahari di hulu subuh,
Selalu siaga mengumbar senyum,
Walau langit berbalut mendung,
Tetap kupapah walau hijab menghadang.
Aku ingin bersamamu,
Seperti bara kepada api,
Walau tak menyalak,
Panasnya merambat,
Seperti bara kepada api,
Walau tak menyalak,
Panasnya merambat,
Baca Juga: Puisi: Harum Ramadhan di Balik Rembulan
Menghangatkan ragamu,
Dari resah menggigil,
Dari hujan menderas,
Dari malam menghujam.
Dari resah menggigil,
Dari hujan menderas,
Dari malam menghujam.
Aku ingin bersamamu,
Sampai senja dijemput malam,
Sampai kaki bercabang tiga,
Sampai jasad ditopang penyangga,
Sampai napas di ujung waktu.
Sampai senja dijemput malam,
Sampai kaki bercabang tiga,
Sampai jasad ditopang penyangga,
Sampai napas di ujung waktu.
Banda Aceh, 3 Maret 2024
0 Komentar