Study Tour Antara Pembelajaran Bermakna dan Sekadar Liburan

Study Tour Antara Pembelajaran Bermakna dan Sekadar Liburan

  

                                    


                
          Sumber: Pixabay

Oleh: Mukhlis, S.Pd., M.Pd.

Di tengah peningkatan kesadaran tentang efektivitas pembelajaran yang berbasis pengalaman, kegiatan study tour semakin populer sebagai bagian dari kegiatan pendidikan di sekolah. Namun, di balik popularitasnya, banyak pihak yang mulai mempertanyakan apakah kegiatan ini benar-benar memberikan dampak positif terhadap perkembangan siswa, atau sekadar menjadi ajang jalan-jalan yang tidak berdampak signifikan pada aspek pendidikan. 

Terlebih  kegiatan study tour sering kali membutuhkan biaya yang tidak sedikit, sehingga menjadi perhatian serius bagi orang tua yang memiliki keterbatasan ekonomi. Dalam konteks ini, penting untuk mengevaluasi apakah kegiatan ini benar-benar mendekatkan siswa pada materi pelajaran atau hanya sekadar menjadi alasan untuk mendapatkan izin orang tua.

Baca Juga: Mengungkap Fakta Tersembunyi: Bagaimana Artikel Membentuk Opini Publik

Selain itu, dalam konteks pembelajaran yang terus berkembang, penggunaan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam kegiatan study tour menjadi topik yang relevan untuk dibahas. Pendekatan ini berfokus pada pengenalan materi pelajaran secara langsung melalui interaksi dengan lingkungan sekitar, seperti mengunjungi situs sejarah atau mempelajari sifat-sifat alam. 

Hal ini tentunya membuka peluang besar bagi guru dan sekolah untuk mengintegrasikan pembelajaran berbasis pengalaman yang mendalam, yang bukan hanya menyegarkan, tetapi juga memperkaya pemahaman siswa terhadap dunia nyata. Oleh karena itu, perencanaan yang matang dan tujuan yang jelas dalam setiap kegiatan study tour sangat diperlukan untuk memastikan bahwa manfaat yang didapatkan oleh siswa lebih dari sekadar pengalaman perjalanan.

Libur panjang menyambut lebaran  Idul Fitri 1446 Hijriah  dan libur bersama akan berlangsung dalam seminggu ke depan. Selama periode ini, aktivitas di sekolah seperti terhenti. Tidak ada kegiatan yang menggembirakan, ruang kelas menjadi sepi tanpa tawa ceria siswa. 

Baca Juga: Membangun Bahasa Melalui Sastra: Peran Sastrawan dalam Pembakuan Bahasa

Suasana anak-anak yang biasanya berlarian dan bercanda di sela-sela pembelajaran seolah menghilang begitu saja. Kelas-kelas terasa dingin akibat cuaca musim hujan yang berlangsung sepanjang minggu ini.

Tampaknya, siswa, guru, dan orang tua tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini. Jauh-jauh hari sebelum liburan, mereka sudah mempersiapkan berbagai hal, mulai dari memesan penginapan hingga menyiapkan barang-barang yang dibutuhkan untuk perjalanan.

Destinasi pilihan mereka biasanya tempat-tempat yang sejuk, indah, nyaman, dan menyenangkan. Daerah pegunungan dengan udara dingin menjadi favorit selama liburan.

Pada umumnya, mereka pergi menginap selama satu atau dua hari di musim liburan. Terkadang, mereka pergi bersama keluarga, namun ada juga yang mengikuti rombongan sekolah yang dikoordinasikan dan diawasi oleh guru.

Rombongan yang diawasi oleh guru ini biasanya mengunjungi tempat wisata yang dikemas dengan berbagai nama, seperti Study Tour, Tour Religi, atau Wisata Sejarah.

Pertanyaan yang muncul adalah apakah nama atau istilah ini sekadar digunakan untuk melegalkan kegiatan tersebut? Atau apakah hanya sekadar upaya agar lebih mudah memperoleh izin dari orang tua siswa?

Study Tour yang diadakan sekolah sebagai bagian dari kegiatan pendidikan perlu dipertanyakan efektivitasnya. Apakah kegiatan ini benar-benar berdampak positif pada perkembangan pola pikir siswa, atau hanya sekadar jalan-jalan dan melepaskan penat setelah satu semester belajar?

Jika dilihat secara lebih mendalam, sebenarnya ada manfaat dari Study Tour yang selama ini dilakukan. Namun, yang patut dipertanyakan adalah apakah dampak negatif atau positifnya lebih dominan terhadap perkembangan karakter siswa? Jawaban terhadap pertanyaan ini penting, karena Study Tour memerlukan biaya yang tidak sedikit, yang sebagian besar ditanggung oleh orang tua siswa.

Bagi orang tua dengan kondisi ekonomi yang lebih baik, mungkin ini bukan masalah. Namun, jika kondisi ekonomi orang tua siswa kurang mampu, pelaksanaan Study Tour yang mengusung nilai-nilai pendidikan patut dipertimbangkan lebih hati-hati.

Belajar Langsung di Alam

Salah satu pendekatan pembelajaran yang diterapkan saat ini adalah Contextual Teaching and Learning (CTL). Sebelum membahas lebih jauh mengenai CTL, ada baiknya kita memahami terlebih dahulu arti dari konsep "Pendekatan" yang sering digunakan dalam pembelajaran di sekolah.

Pendekatan adalah cara untuk mendekati objek. Dalam konteks ini, objek tersebut adalah siswa. Ketika kita ingin mendekati siswa untuk menyelenggarakan pembelajaran yang menyenangkan, model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) sangat sesuai.

Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah model pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk langsung berinteraksi dengan materi yang dipelajari. Pendekatan ini memiliki aspek dan sintaks yang bisa disesuaikan dengan karakteristik materi yang diajarkan.

Terkait dengan Study Tour yang sering digembar-gemborkan oleh guru sebagai media pengenalan materi kepada siswa, pendekatan ini sangat relevan. Study Tour dapat menjadi kegiatan yang menyatukan berbagai materi pembelajaran yang disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai.

Akan lebih baik jika guru melakukan kolaborasi dengan guru lainnya, sehingga setiap mata pelajaran atau materi yang diajarkan dapat dirancang dan disesuaikan dalam kegiatan Study Tour.

Kolaborasi ini tentu bergantung pada tujuan pembelajaran masing-masing. Namun, yang perlu dipahami adalah bahwa siswa dalam konteks ini terlibat dalam Study Tour yang dirancang dengan suasana belajar yang tidak kaku, seperti di kelas. Siswa tidak menyadari bahwa mereka sedang dieksplorasi minat, bakat, dan motivasinya, sambil menikmati alam.

Salah satu prinsip utama dalam CTL adalah mendekatkan siswa dengan materi pelajaran. Misalnya, seorang guru yang mengajarkan tentang situs sejarah atau materi mengenai sifat-sifat air laut. Secara logika, tidak mungkin membawa laut ke dalam ruang kelas, tetapi dengan pendekatan CTL, guru bisa membawa siswa langsung ke situs sejarah atau ke lokasi yang relevan untuk mempelajari materi tersebut.

Melalui pembelajaran langsung di alam, siswa lebih mudah memahami materi dan lebih terlibat dalam pengalaman belajar. Hal ini menghindarkan mereka dari sekadar mengandalkan imajinasi dan khayalan.

Jika Study Tour benar-benar dilaksanakan dengan serius, bukan sekadar slogan untuk mendapatkan izin orang tua saat liburan, kegiatan ini bisa memberikan dampak positif bagi perkembangan pola pikir siswa.

Pengalaman yang Membentuk Karakter

Setiap orang pasti memiliki keinginan untuk melakukan perjalanan, karena kegiatan ini memberikan pengalaman berharga. Bagi siswa, belajar tidak hanya terbatas pada materi pelajaran di kelas. Study Tour memberi mereka kesempatan untuk mengeksplorasi diri dan alam secara langsung, yang menjadi pengalaman penting di masa depan.

Pengalaman-pengalaman yang mereka peroleh akan menjadi dasar dalam bersikap dan bertindak. Bahkan, pengalaman tersebut bisa dituangkan dalam bentuk cerpen, puisi, atau karya lainnya yang bisa dibagikan kepada orang lain. Berbagi pengalaman mengenai perjalanan dan pemahaman tentang alam memiliki nilai tersendiri bagi setiap siswa.

Selain itu, pengalaman menarik yang didapat dari Study Tour juga dapat digunakan untuk membandingkan berbagai objek yang dipelajari. Proses perbandingan ini mendorong siswa untuk berkolaborasi dengan teman-temannya, menghasilkan konsep-konsep baru dalam materi pembelajaran.

Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa

Motivasi adalah faktor psikologis yang mendorong seseorang untuk beraktivitas. Motivasi ini dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Kadang-kadang, motivasi bisa muncul setelah mendapatkan penyegaran, seperti berlibur atau melakukan perjalanan untuk menikmati udara segar.

Bagi siswa, kegiatan ini adalah kebutuhan psikologis. Setelah belajar di kelas dengan berbagai tugas dan materi yang menuntut konsentrasi, liburan seperti Study Tour bisa menjadi "obat" untuk menghilangkan stres dan kejenuhan.

 Baca Juga:Menumbuhkan Kecintaan dan Apresiasi Sastra di Sekolah Menengah Atas

Sebagai pribadi, saya merasakan ada kesegaran pikiran setelah mengikuti Study Tour bersama siswa saat liburan tahun baru. Saya yakin siswa juga merasakan hal yang sama. Kesegaran tersebut memotivasi mereka untuk kembali ke sekolah dengan semangat baru, siap untuk belajar dan berbagi cerita tentang pengalaman mereka.

Bagi siswa, kembali ke sekolah setelah liburan membawa semangat baru, cerita baru, dan pengalaman yang menginspirasi mereka untuk belajar lebih giat.

Simpulan

Secara keseluruhan, Study Tour dapat menjadi kegiatan yang bermanfaat apabila dirancang dengan matang dan memiliki tujuan yang jelas. Selain sebagai ajang wisata, Study Tour juga dapat mendekatkan siswa dengan materi pelajaran, memberikan pengalaman yang memperkaya kehidupan mereka, serta meningkatkan motivasi belajar. 

Namun, penting untuk memastikan bahwa kegiatan ini tidak hanya menjadi formalitas untuk mendapatkan izin orang tua, tetapi benar-benar memberikan dampak positif bagi perkembangan karakter dan kepribadian siswa.

Sekali lagi, Study Tour bukan sekadar jalan-jalan atau cara mudah untuk mendapatkan izin orang tua. Kegiatan ini harus memiliki tujuan pendidikan yang jelas, memberi manfaat bagi siswa, serta meningkatkan semangat mereka dalam belajar setelah kembali ke sekolah.

Penulis adalah Pemimpin Redaksi Jurnal Aceh Edukasi dan Guru SMA Negeri 1 Lhokseumawe.

 

Berita Terkait

Posting Komentar

0 Komentar